Pengenalan Objek dalam
Psikologi Kognitif
oleh : Sukma Bayyinah
Pengenalan
objek dalam psikologi dan neurosains merupakan proses kognitif yang
menyesuaikan antara informasi dari stimulus dengan informasi yang telah
dipanggil kembali dari memori. Pengenalan objek mendasar umumnya yaitu
pengenalan fitur-fitur wajah, nada-nada pada musik, komponen bahasa atau
karakter serta simbol-simbol lainnya. Salah satu teori mengatakan bahwa proses
kognisi yang satu ini mendapatkan pemahaman melalui satu set fitur yang disalurkan,
namun beberapa penelitian yang lebih kuat mengatakan proses pengenalan objek
ini terjadi secara langsung, dilakukan tanpa adanya usaha apapun, dna proses
terjadinya sangat cepat. Kemampuan manusia dalam mengenali objek ini merupakan
bawaan lahir sehingga sejak masih bayi pun manusia sudah melakukan proses
kognisi dalam mengenali suatu hal atau objek yang ada di sekitarnya.
Sebagai
contoh saat kita mengenali salah satu teman kita. Pada proses ‘melihat’ ini
salah satu sel neuron tentang teman kita akan ‘menyala’. Sel tersebut akan
menerima sinyal-sinyal yang familiat bagi kita. Proses pengenalan objek ini
sangat didasari dengan sensasi, persepsi, memori, dan proses kognitif lain yang
berkaitan dengan sinyal tersebut.
Proses pengenalan objek ini berkaitan dengan
sensai, persepsi, dan memori dikarenakan untuk mengenali objek apakah itu kita
perlu melakukan pemindaian terhadap objek melalui alat-alat indera kita
kemudian akan muncul persepsi untuk menganggap objek itu. Dan dengan begitu
kita dapat menyebutnya objek A, B, C, dst, yaitu melalui memori yang kita
miliki mengenai si objek serta pengetahuan yang kita dapat dan kita simpan
dalam penyimpanan memori itu sendiri.
Teori yang Berkembang Mengenai Pengenalan Objek
1)
Template Matching
Dalam template matching menunjukkan bahwa informasi yang baru saja
diterima akan langsung disejajarkan dengan informasi yang telah tersimpan di
LTM. Informasi yang ada dalam LTM ini kita dapatkan dari pengalaman masa lalu
dan proses belajar. Sebagai contoh apabila ada 3 hurf A disejajarkan dengan
menggunakan font yang berbeda, maka individu akan tetap mengenali semua huruf
itu adalah huruf A, bukan B atau yang lainnya, meskipun deretan huruf tersebut
tidak sama dengan huruf A yang biasanya ia tulis.
2)
Prototype Matching
Proses ini merupakan proses standarisasi antara satu objek dengan objek
yang lain. Teori ini beranggapan bahwa setiap hal memiliki ciri khas tertentu
yang dapat menunjukkan itulah ‘dia’. Seperti yang ada pada contoh diawal tadi,
neuron yang bersangkutan dengan salah satu ciri khusus itu akan menyala saat
mendapati hal yang sesuai. Sebagai contoh apabila disebutkan ‘ada seekor hewan
berkaki 4 dan berbulu’, maka kemungkinan individu akan beranggapan bahwa itu
adalah kucing, anjing, kelinci, dll. Prototype matching ini tidak menekankan
pada kesesuaian yang sempurna antara informasi yang baru dengan informasi yang
tersimpan pada LTM. Teori ini terfokus pada suatu ciri khas atau ciri yang
mencolok akan suatu objek sehingga ia akan dapat menyesuaikan ciri tersebut dengan
ciri lain yang dimiliki objek yang lain pula.
3)
Feature Analysis
Menurut
teori ini, alat-alat indera akan ‘memecah’ stimulus baru menjadi fitur-fitur
kecil dan baru informasi itu diproses. Beberapa fitur mungkin akan lebih
penting daripada fitur yang lain. Semua stimulus merupakan kesatuan dari fitur
yang berbeda-beda. Analisis fitur ini akan sampai pada pengenalan objek melalui
4 tahap. a) Deteksi, b) pemecahan pola, c) perbandingan fitur di dalam memori,
dan barulah ia sampai pada d) pengenalan objek. Proses yang terjadi pada
analisis fitur ini berjalan sangat cepat sehingga tidak akan ada proses
‘loading’ saat kita mengamati sesuatu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar