Selasa, 03 Oktober 2017
Desi Rahmawati
Nama : Desi Rahmawati
NIM : 16410003
Pengenalan
Objek
Setiap
hari kita melihat objek-objek di luar dengan berbagai macam karakteristik dan
dengan mudahnya kita bisa mengenalinya dengan cepat. Pernakah kita berfikir bagaimana
kita bisa dengan mudah mengenali benda-benda di sekitar kita ? bagaimana kita
tahu bahwa jika dalam suatu tempat ada teman kita yang sedang berjalan ke
arah kita meskipun dari jarak jauh ? bagaimana kita bisa pulang kerumah tanpa
tersesat ? bagaimana kita bisa tau bahwasanya seorang anak kecil yang sedang
bermain di rumah adalah adik kita ? bagaimana kita bisa memilih baju yang cocok
untuk di pakai ? bagaimana kita bisa dengan mudah membaca sebuah berita di
Koran ? bagaimana kita bisa mendengarkan dan menebak lagu yang kita dengar ?.
Hal
tersebut di atas merupakan pengenalan objek dari bentuk paling sederhana dalam
berpikir yang sering kita lakukan setiap harinya, namun semua proses tersebut
merupakan suatu kemampuan istimewa yang dimiliki manusia. Kemampuan kita dalam
mengenali berbagai macam objek yang sudah tidak asing bagi kita adalah
karakteristik luar biasa yang dimiliki manusia. Pengenalan pola dan kemampuan
mengenali objek adalah sebuah kemampuan kognitif yang umumnya kita laksanakan
dengan mulus, cepat, dan tanpa banyak usaha. Kita melakukan pengenalan objek
dan pola setiap saat, namun pemahan tentang struktur kognitif yang mendukung
pengenalan tersebut masih baru dikembangkan. Dalam proses mengenali objek yang
kita ketahui, beberapa peneliti memberikan hipotesis mengenai keberadaan sel
objek yang kita ketahui, suatu neuron tunggal yang menyala ketika neuron
tersebut menerima sinyal-sinyal visual mengenai objek yang sudah diketahui bagi
si pengamat.
Saat
kita melihat objek baru yang belum pernah kita lihat sebelumnya, otak kita
berusaha memahaminya. Otak kita menyadari bahwasanya kita belum pernah melihat
objek tersebut sebelumnya. Otak kita akan terus berpikir sampai pada akhirnya
otak kita memahami dengan asumsi yang didapatkan oleh otak. Meskipun terkadang
tidak tepat dan akurat, namun hal ini menggambarkan cara kerja pemrosesan
otomatis untuk memahami dunia visual.
Dalam
pengenalan objek dan pola yang kita lakukan sehari-hari melibatkan sebuah
interaksi rumit antara senssasi, persepsi, memori, dan pencarian kognitif
dengan tujuan pengenalan objek dan pola tersebut. Terdapat dua teori
utama yang telah dikembangkan para psikolog tentang cara manusia memahami
dunia, yaitu yang pertama teori persepsi konstruktif (constructive perception) yang
menyatakan bahwa manusia “mengkonstruksi” persepsi dengan secara aktif memilih
stimuli dan menggabungkan sensasi dengan memori. Yang kedua, teori persepsi
langsung (direct perception), menyatakan bahwa persepsi terbentuk dari
perolehan informasi secara langsung dari lingkungan. Selain kedua teori umum
tersebut, terdapat beberapa teori spesifik lainnya mengenai pengenalan pola
antara lain teori komputasional, teori Gestalt,
pemrosesan bottom-up, dan top-down, pencocokan template, analisis
fitur, teori prototype, dan sebuah bentuk dari gabungan teori persepsi.
Teori
komputasional mengasumsikan otak manusia menggunakan heuristik untuk memproses
sinyal-sinyal informasi. Heuristik adalah penyelidikan atau perumusan pikiran
baru yang menuntun kepada penemuan sesuatu yang baru. Otak ala menggunakan
heuristik kemungkinan besar melakukan kesalahan dalam persepsi. Kekeliruan
tersebut dikarenakan oleh ilusi perseptual yang menyebabkan kita melihat
hal-hal yang tidak eksisi di dunia fisik semisal seperti yang kita gambar-gambar
ilusi mata yaitu kontur ilusoris. Kontur ilusoris adalah persepsi tehadap
bentuk namun bentuk itu hanya ada dalam perseptual-kognitif. Dalam kontur
iluosris dapat bertahan dikarenakan adanya inhibisi lateral yaitu tendensi dari
elemen-elemen neural yang saling berdekatan dalam retina untuk merintangi
sel-sel di sekelilingnya sehingga memperkuat kesan pada kontur.
Teori
selanjutnya teori gestalt, yaitu suatu pandangan dalam psikologi yang didirikan
oleh Max Wheitheimer, Wolfgang Kohler, dan Kurt Koffka. Pandangan teori ini
dalam suatu persepsi ada organisasi pola yaitu yang melibatkan
seluruh stimulus dalam membentuk kesan, dan pola-pola stimulus diorganisasikan
secara spontan. Perspektif kanonik merupakan sebuah pengembangan gagasan para
psikolog gestalt. Perspektif kanonik adalah sudut pandang terbaik untuk
mempresentasikan suatu objek atau suatu Citra yang pertama muncul di pikiran
pada saat mengingat suatu bentuk. Misalnya eksperimen yang dilakukan oleh
psikolog gestalt yang menyuruh orang untuk menggambar cangkir menurut sudut
pandangnya dan hasilnya semua orang menggambar dari sudut pandang dari atas.
Itulah yang dinamakan respektif kanonik.
Kemudian
teori pemrosesan Bottom-up dan top-down. Pemrosesan bottom-up
yakni teori yang berpendapat bahwa proses pengenalan di awali oleh identifikasi
terhadap bagian-bagian spesifik dari suatu pola yang menjadi landasan
pengenalan pola secara keseluruhan. Semisal kita mengenali seseorang
berdasarkan ciri fisik seperti hidung, suara, cara berjalan, gaya rambut, dll.
Kemudian barulah di persepsikan. Sedangkan pemrosesan top-down adalah teori
yang berpendapat proses pengenalan objek di awali oleh hipotesis atau proses
kognitif terhadap suatu pola, yang diikuti oleh pengenalan terhadap
bagian-bagian pola. Semisal mengenali si A, kita pertama mengenali bahwa itu si
A, kemudian barulah mengenalkan si A berdasarkan ciri fisiknya.
Pencocokan
template yaitu suatu teori yang menjelaskan mula-mula cara otak mengenali pola
dan objek. Objek atau pola yang ditangkap sensorik akan disamakan dengan
template atau konstruk internal dalam otak. Ketika pola sama dengan template
yang ada di otak maka akan terjadi proses pengenalan objek. Pencocokan template
ini bisa saja disebut dengan lubang kunci dan kunci, ketika kunci (sebagai pola)
akan dapat membuka sebuah pintu ketika sama dengan lubang kunci (sebagai
template).
Teori
alternatif dalam pencocokan template terdapat suatu teori yaitu teori geon yang
dikenalkan oleh Irving Biederman. Teori geon adalah teori yang berpendapat
bahwa seluruh bentuk yang kompleks tersusun dari beberapa geon. Dalam teori
geon kita dapat mengombinasikan sebanyak 30.000 geon namun yang kita namai
hanya 3.000 geon saja. Geon adalah bentuk dari suatu volume sederhana seperti
balok, kerucut, prisma dll.
Pembahasan
analisis fitur adalah suatu pendekatan terhadap problem bagaimana kita
menyaring informasi dari stimuli rumit. Teori ini menyatakan pengenalan objek
merupakan pemrosesan tingkat tinggi yang didahului identifikasi stimuli
kompleks yang masuk ke retina sesuai dengan fitur-fitur yang sederhana. Semisal
kita mengenal objek berupa tulisan PANAH kita mengidentifikasi dan memersepsi
satu per satu huruf. Sebuah pendekatan dalam analisis fitur adalah pengamatan
terhadap pergerakan mata dan pengenalan objek. Pendekatan ini mengasumsikan
bahwa mata melakukan gerakan sekadik yang berhubungan dengan informasi visual
yang sedang di indera. Sehingga semakin lama kita memandang suatu objek maka
akan semakin banyak informasi yang kita dapatkan. Berbeda jauh dengan ketika
kita hanya memandang sekilas.
Pembahasan
terakhir dari proses pengenalan objek adalah pencocokan prototipe. Prototipe
adalah jenis pola-pola abstrak dalam memori. Sehingga sebuah pola yang yang di
indera selanjutnya akan dicocokkan dengan prototipe dalam memori. Jika pola
tersebut cocok maka pola terssebut dapat dikenali dan begitu sebaliknya.
Semisal kita melihat huruf S, dalam prototipe S telah terukir dalam ingatan
kita, sehingga meskipun terdapat bermacam-macam bentuk huruf S kita tetap dapat
mengenali huruf S. Sehingga dapat diasumsikan bahwa sebuah pola diidentifikasi
oleh sejumlah proses yang melibatkan pencocokan informasi sensorik dengan
sejumlah jejak ingatan (prototipe) yang disimpan di dalam memori.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar