Nama: Fikrotul Barizah
16410006
Pengenalan Objek
pada saat kita berada di tempat- tempat kerumunan
misalnya ketika kita sedang di pasar, kemudian bertemu
dengan saudara yang sedang berbelanja juga. Dengan mudahnya kita mengenalinya
padahal dalam kerumunan orang banyak. Itu sebabnya kemampuan dalam mengenali jenis-jenis
objek yang familiar merupakan suatu hal yang
menabjubkan bagi manusia. Seorang individu mampu
mengenali berbagai jenis objek yang familiar serta dengan sekian banyaknya
objek secara cepat dan akurat meski objek tersebut terasa asing dengan proses
yang cukup singkat yaitu kurang dari satu detik, namun
melibatkan sebuah interaksi antara sensasi yang ada pada masing-masing indera
kemudian di interpretasi oleh persepsi, memori serta pencarian kognitif. Cara kerja seperti inilah yang bisa disebut
dalam pengenalan pola atau pattern
recognition. Ada beberapa prinsip dalam proses pengenalan pola,
diantaranya; mengenali pola-pola yang familiar, mengevaluasi dan memahami
objek-objek asing di sekitar, secara akurat menggenali objek yang di letakkan
pada sudut yang berbeda, mengenali objek yang tersembunyi dari pandangan serta
melakukan pengenalan pola dengan cepat, mudah dan otomatis.
Para
ilmuan psikolog membagi cara manusia dalam memahami dunianya ke dalam dua teori
utama, yaitu; teori perspektif konstruktif (constructive
perception) dan persepsi
langsung (direct perception). Perspektif konstruksi itu sendiri menyatakan
bahwa manusia “mengkontruksi” persepsi dengan cara aktif memilih stimuli dan
menggabungkan sensasi dengan memori. Teori ini disusun berdasarkan anggapan
bahwa selama persepsi kita membentuk dan menguji hipotesis-hipotesis yang berhubungan dengan
persepsi berdasarkan apa yang kita indera dan apa yang kita ketahui. Seorang
konstruktivis akan menyatakan bahwa otak bersifat interpretative bawah-sadar,
yaitu sebuah proses ketika mengintegrasikan informasi dari beberapa sumber
untuk disusun secara spontan. Sedangkan persepsi langsung merupakan persepsi
yang terbentuk dari perolehan informasi secara langsung dari lingkungan.
Otak
menggunakan heuristic dan algoritma untuk memroses sinyal –sinyai informasi.
Otak sangat mengandalkan heuristic sehingga akan sering membuat kekeliruan.
Suatu keanehan atau kekeliruan dalam karakteristik penglihatan manusia adalah
tendensi untuk melihat hal – hal yang sesungguhnya tidak eksis di dunia fisik. Ilusi-ilusi tersebut bersumber dari sensasi
yang di inderakan serta dari predisposisi sistem visual dari dunia nyata. Organisasi
pola (pattern organization) bagi para ilmuan psikolog Gestalt melibatkan
kerja sama seluruh stimuli dalam menghasilkan sebauh kesan yang melampaui
gabungan seluruh sensasi. Beberapa hukum menurut Gestalt antara lain; hukum
penutupan, simetri, keterdekatan, kesamaan, kontinuitas serta hukum nasib
bersama. Asumsi mencolok yang disusun oleh Gestalt yaitu bahwasannya
pengorganisasian spontan terhadap suatu pola merupakan suatu fungsi natural
dari stimulus itu sendiri dan berhubungan dengan masa lalu terkait objek
tersebut.
Untuk
mengenali suatu pola terdapat dua teori, yaitu pemrosesan bottom-up yakni
teori yang mengajukan gagasan bahwa proses pengenalan diawali oleh identifikasi
terhadap bagian – bagian spesifik dari suatu pola yang menjadi landasan
bagi penganalan pola secara keseluruhan. Teori selanjutnya ialah pemrosesan
top-down yakni teori yang mengajukan gagasan bahwa proses pengenalan
diawali oleh suatu hipotesis mengenai identitas suatu pola yang diikuti
oleh pengenalan terhadap bagian – bagian pola tersebut, berdasarkan asumsi yang
sebelumnya telah dibuat. Sebuah teori mula – mula tentang cara otak mengenali
pola dan objek disebut teori pencocokan template. Sebuah template dalam
konteks pengenalan pola pada manusia, merujuk pada suatu konstruk internal yang
ketika disesuaikan atau dicocokkan dengan stimuli sensorik, menyebabkan
terjadinya pengenalan objek. Teori pencocokan template sebagai sebuah teori
pengenalan pola, memiliki kekuatan dan kelemahan. Kekuatannya, yaitu bahwa agar
kita mampu mengenali suatu bentuk, suatu huruf, atau suatu wujud visual, otak
perlu melakukakn pembandingan stimuli visual tersebut dengan suatu bentuk internal
yang tersimpan dalam memori. Untuk mengenali objek yang berada di realitas
eksternal, otak perlu menemukan memori tentang objek pembanding dalam memori
jangka panjang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar