ADHETIO RINOLVA PUTRA
16410162
Menjelaskan
mengenai
pengenalan
objek
Pernahkah
kita semua berpikir tentang apa saja yang sudah ada dalam memori kita, sudah
berapa banyak benda yang kita kenali ? selama masa hidup kita yang sepanjang
ini dan mungkin pada masa sekarang ini rata – rata harapan hidup menurut WHO
(World Healt Organization) yang didapat melalui Wikipedia menyatakan bahwa
masyarakat pada Negara maju memiliki angka harapan hidup hingga mencapai 78
tahun. Dari mulai kita hidup sampai kepada 78 tahun, atau mungkin kurang dari
angka tersebut berapa banyak kemungkinan benda, informasi atau berbagai
stimulus yang mungkin akan masuk ke otak kita? Dan semua dari stimulus itu akan
masuk ke otak sebagai sebuah sesuatu yang akan mendapatkan proses dari otak.
Ketika
alat panca indra kita menangkap sebuah stimulus kita terkadang dapat menangkap
dengan cepat apa nama atau keterangan lain dari benda yang ditangkap oleh
indra. Contohnya adalah saat berjalan –jalan disebuah kebun binatang kita dapat
mengenali banyak binatang dengan cepat dan rasanya merupakan sebuah hal yang
mudah bagi kita dalam mengenalinya. Dan
bagaimana kita mengenalinya? Kita membutuhkan pengenalan pola (pattern
recognition) sehari-hari untuk sebuah interaksi yang rumit antara
persepsi, memori dan pencarian kognitif.
Pada
materi sebelumnya kita telah mengenal persepsi atau bagaimana manusia
menafsirkan sebuah stimulus dari apa yang sudah dimiliki didalam memori yang
didapat dari berbagai pembelajaran berupa pengalaman. Kemudian, para tokoh ini mengembangkan
hal – hal yang memungkinkan seseorang dalam mengenali sebuah objek dengan
mudah. Teori yang pertama, yaitu
persepsi konstruktif (constructive perception) yang menyatakan
bahwa manusia “merekonstruksi” persepsi dengan secara aktif memilih stimulant
serta menggabungkan sensasi dengan memori. Dan teori persepsi konstruktif
menyatakan bahwa perubahan pola pada stimulus asli dapat dikenali karena adanya
interfensi bawah – sadar (unconscious interference), yaitu sebuah
proses pengintegrasian informasi secara spontan untuk menyusun interpretasi.
Sedangkan untuk teori kedua, persepsi langsung (direct perception),
yaitu persepsi terbentuk dari perolehan informasi secara langsung dari
lingkungan. Kedua teori tersebut menjelaskan persepsi tetapi memiliki fokus dan
tahap-tahap proses yang berbeda.
Lalu
pola yang dilakukan oleh otak dalam melakukan pemanggilan terhadap sebuah
informasi selalu tepat? Jawabanya adalah tidak. Karena, terkadang ada beberapa
kondisi yang mengakibatkan otak menampilkan sesuatu tidak pada realitanya
melainkan apa yang menjadi ilusi dari kita yang kemudian diproyeksikan kepada
sebuah objek atau proyeksinya tanpa menggunakan sebuah objek melainkan langsung
menampilkan apa yang ada diimajinasi kita. Contohnya adalah kasus seseorang yang
sangat gemar menonton film horror, pada saat situasi dan kondisi memenuhi
syarat seperti apa yang terjadi sebelum sesosok hantu menampakan dirinya dengan
kondisi hujan lebat, listrik sedang padam, suara – suara misterius yang
terdengar, dan berbagai kejadian pra kemunculan hantu maka otak kita akan
menampilkan imajinasi tentang sesosok hantu seperti apa yang telah ada dalam
memori kita. Kita akan selalu menampilkan jenis hantu yang sama atau gabungan
dari bentuk hantu didalam film atau hantu yang diceritakan oleh orang lain.
Maka saat ada proyeksi yang tepat atau hamper mirip dengan gambaran yang kita
miliki, maka secara otomatis otak kita akan mempersepsikan bahwa itu adalah
hantu. Selain pada contoh diatas saat kita kelaparan kita akan mudah membayangkan
sesuatu yang dapat memenuhi apa yang memuaskan kita dan berbagai contoh kasus
lainnya.
Gestalt
berasala dari bahasa Jerman yang jika diartikan kedalam bahasa Indonesia
sebagai Bentuk keseluruhan. Pandangna dari teori ini adalah bahwa obyek atau peristiwa dalam pandangan gestalt memiliki
susunan yang terdiri dari bentuk dan latar. Bentuk disini dimaksudkan sebagai suatu obyek yang menjadi
pusat pengamatan. Sedangkan ground berarti sesuatu yang melatar belakangi suatu
bentuk sehingga bentuk itu nampak sebagai sesuatu yang bermakna. Suatu obyek
akan bermakna dalam pandangan gestalt apabila dilihat secara keseluruhan.
Misalnya. sebuah rumah bukanlah atapnya atau gedung dan jumlah kamarnya saja,
tapi keseluruhan yang bermakna dari komponen-komponen tersebut. Jadi, suatu
komponen-kompenen diatas dikatakan bermakna -katakanlah dalam contoh
diatas akan disebut rumah- apabila antara komponen tersebut saling dikaitkan
secara keseluruhan.
Teori buttom-
up adalah teori yang memulai gagasan jika proses pengenalan diawali dengan
identifikasi terhadap bagian-bagian spesifik dari suatu pola, yang menjadi
landasan pengenalan pola secara keseluruhan. Dan yang kedua, pemrosesan top-down.
Teori ini yang menyatakan bahwa pemrosesan pengenalan diawali dengan suatu
hipotesis tentang identitas suatu pola, yang diikuti dengan pengenalan terhadap
bagian-bagian tersebut, dan berdasarkan asumsi yang telah di buat sebelumnya.
Pencocokan
template, banyaknya objek yang kita kenali
membuat otak kita mengembangkan apa yang disebut para tokoh sebagai template
yang tersambung dengan sebuah stimulus. Ketika stimulus tersebut ditangkap maka
pola atau template itu akan muncul secara otomatis dalam mempermudah pengenalan
terhadap sebuah objek.
Tingkatan
lebih tinggi adalah analisis fitur yang
dimulai dengan pengidentifikasian stimulan yang kompleks lalu masuk ke retina
yang sesuai dengan fitur-fitur dan akhirnya sebelum kita memahami suatu
pola informasi visual, kita mereduksi dan menganalisis komponen visual.
Pergerakan mata dan pengenalan objek adalah penelitian yang mengasumsikan jika
mata membuat gerakan sekadik, yaitu gerakan yang meloncat dari satu titik
fiksasi ke fiksasi yang lain,dan berhubungan dengan visual yang sedang
diindera.
Dan
yang terakhir adalah pencocokan
prototipe, pengenalan suatu pola adalah teori pencocokan prototipe. Ini, lebih
dari sekedar membentuk beragam fitur yang akan kita identifikasi. Kita
menyimpan sejumlah pola abstraksi dalam memori yang berperan sebagai suatu
prototipe. Sebuah pola yang akan di inderakan selanjutnya di bandingkan dengan
prototipe dalam memori, jika ada kesamaan, maka pola bisa kita kenali.
Abstraksi informasi visual dapat terjadi dalam tahap pengenalan visual. Tetapi,
pada tahap yang lebih tinggi, atau tahap yang lain mungkin akan menggunakan
pencocokan prototipe. Prototipe adalah sebuah abstraksi dari serangkaian
stimulan yang mencangkup jumlah besar bentuk-bentuk serupa dari pola yang sama.
Pseudomemori adalah memori semu yang membuat partisipan salah dalam mengenali
prototipe sebagai bentuk yang sudah ditampilkan sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar