PENGENALAN
OBJEK
Oleh Arini Rusda
Kemampuan kita untuk
mengenali jenis-jenis objek yang familiar bagi kita adalah suatu karakteristik
mengagumkan yang dimiliki manusia. Kemampuan tersebut memampukan kita mengenali
seorang sahabat di tengah-tengah orang, menganali sebuah lagu hanya dari
beberapa nada yang kita dengar, membaca kalimat-kalimat, mengenali citarasa
minuman tertentu, atau menyadari harumnya setangkai mawar.
Pengenalan pola dan
kemampuan mengenali objek adalah sebuah kemampuan kognitif yang pada umumnya
kita laksanakan dengan mulus, cepat, dan tanpa banyak usaha.
Sebagaimana yang akan
kita pelajari, pengenalan pola (pattern
recognition) sehari-hari melibatkan sebuah interaksi rumit antara sensasi,
persepsi, memori, dan pencarian kognitif dengan tujuan pengenalan terhadap pola
tersebut. Seberapapun rumitnya proses pengenalan suatu objek, sesungguhnya
proses tersebut diselesaiakan kurang dari sedetik.
Teori
Perseptual
Sebagaiman yang sudah
diketahui, kita terus menerus dihujani informasi tentnag karakteristik fisik
dunia kita, melalui kelima indera kita. Terdapat sedemikian banyak informasi
sehingga kita memperlukan penyimpanan sensorik sementara dan penyaring sensorik
yang rumit untuk membantu kita menentukan jenis dan jumlah informasi yang
dikirimkan ke otak kita.
Para psikolog yang
mempelajari persepsi telah mengembangkan dua teori utama tentang cara manusia
memahami dunia. Sebuah teori, persepsi
konstruktif (constructive perception),
menyatakan bahwa manusia “mengkonstruksi” persepsi dengan secara aktif memilih
stimuli dan menggabungkan sensasi dengan memori. Teori lainnya, persepsi langsung (direct perception), menyatakan bahwa persepsi terbentuk dari
perolehan informasi secara langsung dari lingkungan.
1. Persepsi Konstruksi
Teori persepsi konstruksi disusun berdasrakan anggapan bahwa
selama persepsi, kita membentuk dan menguji hipotesis-hipotesis yang
berhubungan dengan persepsi berdasarkan apa yang kita indera dan apa yang kita
ketahui. Dengan demikian, persepsi adalah sebuah efek kombinasi dari informasi
yang diterima sistem sensorik dan pengetahuan yang kita pelajari tentang dunia,
yang kita dapatkan dari pengalaman.
2. Persepsi Langsung
Teori persepsi langsung menyatakan bahwa informasi dalam
stimuli adalah elemen penting dalam persepsi dan bahwa pembelajaran dan kognisi
tidaklah penting dalam persepsi karena lingkungan telah mengandung cukup
informasi yang dapat digunakan untuk interpretasi. Pendukung uatama teori ini
adalah almarhum James Gibson (1996, 1979) dan para muridnya di Universitas Cornell,
seperti James Cutting (1986, 1993), yang menyatakan bahwa “persepsi langsung
mengasumsikan bahwa keanekaragaman lapisan-lapisan optik sama kayanya dengan
keanekaragaman dalam dunia ini” (hal. 247).
Pengenalan Pola Visual
Selain kedua teori umum tersebut, terdapat
sejumlah teori spesifik yang meraih dukungan seiring berlalunya waktu, meskipun
tidak semua teori tersebut mendapat dukungan yang seimbang. Teori-teori
tersebut adalah teori komputasional, teori Gstalt, pemrosesan buttom-up dan top-down, pencocokan template,
analisis fitur, teori prototipe, dan sebuah bentuk gabungan dari teori
persepsi.
Organisasi Subjektif
Seorang konstruktif akan menyatakan bahwa
otak bersifat interpreatif. Otak menggunakan heuristik dan algoritma untuk
memproses sinyal-sinyal informasi. Heuristik dapat dianggap sebagai suatu
‘tebakan bagus berdasarkan aturan main yang berlaku’ yang seringkali
menhasilkan solusi yang tepat. Algoritma dapat dipandang sebagai suatu tatanan
aturan yang spesifik, yang mengarahkan proses pada hasil yang dapat diprediksi
sebelumnya. Otak amat mengandalkan heuristik sehingga akan sering membuat
kekeliruan. Kekeliruan-kekeliruan tersebut umumnya bersumber pada ilusi
perseptual, yang menyebabkan kita melihat hal-hal yang sesungguhnya tidak eksis
di dunia fisik.
Sejenis ilusi yang menggambarkan cara
pikiran dalam mengorganisasikan stimuli visual sekaligus menggambarkan
pentingnya pikiran dalam pengenalan objek, adalah ilusi yang disebut kontur ilusoris (illusory contour).
Teori Gestalt
Cara kita mengorganisasi dan
mengklasifikasi stimuli dipelajari oleh para penganut psikologi Gestalt selama awal abad ke-20, meskipun persepsi itu
sendiri hanyalah bagian kecil dari keseluruhan teori Gestalt. Organisasi pola (pattern organization), bagi para psikolog Gestalt tersebut,
melibatkan kerjasama seluruh stimuli dalam menghasilkan sebuah kesan yang
melampaui gabungan seluruh sensasi.
Persepsi Kanonik
Perepsi kanonik (canonic perspective) adalah sudut pandangterbaik untuk
merepresentasikan (menggambarkan) suatu objek, atau suatu citra (image) yang
pertama muncul di pikiran saat kita mengingat suatu bentuk.
Representasi kanonik dibentuk melalui
pengalaman dengan anggota-anggota sejenis dari suatu kategori, atau disebut eksemplar (exemplar).
Pemrosesan Bottom-Up versus Pemrosesan Top-Down
Teori pertama adalah pemrosesan bottom-up,
yakni teori yang mengajukan gagasan bahwa proses pengenalandiawali oleh
identifikasi terhadap bagian-bagian spesifik dari suatu pola, yang menjadi
alasan bagi pengenalan pola secara keseluruhan.
Teori kedua adalah pemrosesan top-down,
yakni teori yang mengajukan gagasan bahwa proses pengenalan diawali oleh suatu
hipotesis mengenai identitas suatu pola, yang diikuti oleh pengenalan terhadap
bagian-bagian pola tersebut, berdasarkan asumsi yang sebelumnya telah dibuat.
Pencocokan Template
Suatu teori mula-mula tentang cara otak
mengenali pola dan objek disebut teori pencocokan template.
Teori pencocokan template, sebagai sebuah
teori pengenalan objek, memiliki kekuatan dan kelemahan. Kekuatannya, jelaslah
bahwa agar kita mampu mengenali suatu bentuk, suatu huruf, atau suatu wujud
visual, otak perlu melakukan pembandingan stimuli visual tersebut dengan suatu
bentuk internal yang tersimpan dalam memori. Sedangkan kelemahan dari teori
tersebut adalah suatu interpretasi harifiah dari teori pencocokan template akan
menghadapi suatu kesulitan.
Teori Geon
Teori Geon, sebagaimana yang diajukan
Biederman (Biederman 1985, 1987, 1990, cooper & Biederman, 1993) berisi
gagasan bahwa pengenalan terhadap suatu objek sperti sebuah telepon, koper,
atau bahkan bentuk-bentuk yang lebih rumit, terdiri dari recognition by components RBC; pengenalan berdasarkan komponen).
Analisi Fitur
Teori ini menyatakan bahwa pengenalan objek
merupakan pemrosesan informasi tingkat tinggi yang didahului pengidentifikasian
stimuli kompleks yang masuk ke retina sesuai dengan fitur-fitur yang lebih
sederhana. Dengan demikian, menurut pendekatan ini sebelum kita memahami
keseluruhan pola informasi visual, kita mereduksi dan menganalisis
komponen-komponen informasi visual.
Pencocokan Prototipe
Pencocokan
prototipe pada manusia tampaknya sesuai dengan asas keekonomisan neuroligis dan
juga lebih sesuai dengan proses-proses pencarian memori, dibandingkan
pencocokan template. Selain itu, pencocokan prototipe memungkinkan pengenalan
pola-pola yang tidak lazim namun tetap memiliki hubungan dengan prototipe.
Abstraksi Informasi Visual. Gagasan
ini menyatakan bahwa suatu prototipe adalah sebuah abstraksi dari suatu
rangkaian stimuli yang mencangkup sejumlah besar bentuk-bentuk serupa dari pola
yang sama.
Pseudomemori. Pseudonmemori atau
memori semu. Solso dan McCharty mengajukan hipotesis bahwa sebuah prototipe
dibentuk berdasarkan fitur-fitur yang sering dijumpai partisipan.
Teori-teori Pembentukan Prototipe. Sejumlah eksperimen diatas pada akhirnya memunculkan dua model teoritis
tentang pembentukn prototipe, yakni teori tendensi sentral dan teori frekuensi
atribut. Dalam teori tendensi sentral, sebuah prototipe dikonseptualisasikan
mewakili nilai rata-rata suatu seteksemplar. Sedangkan teori frekuensi atribut
mengajukan gagasan bahwa sebuah prototipe mewakili mode atau kombinasi
atribut-atribut yang paling sering dialami seseorang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar