PENGENALAN OBJEK DALAM
PSIKOLOGI KOGNITIF
Vica Nahdiyatus Suaiba (16410092)
Vica Nahdiyatus Suaiba (16410092)
Kemampuan mengenali
jenis – jenis objek yang familiar merupakan suatu karakteristik mengagumkan
yang dimiliki manusia. Pengenalan tersebut merupakan kemampuan kognitif yang
pada umumnya dilakukan secara cepat dan tanpa banyak usaha. Adanya pengenalan pola (pattern recognition) melibatkan sebuah
interaksi rumit antara sensasi, persepsi, memori, dan pencarian kognitif dengan
tujuan pengenalan terhadap pola tersebut. Misalnya, tiap hurup dari
alfabet merupakan salah satu contoh pola. Pada tulisan tangan juga merupakan
contoh pola, jelas bahwa tidak semua orang memiliki jenis tulisan tangan yang
sama dan beberapa tulisan tangan lebih sulit dabaca daripada yang lainnya.
Namun, meskipun tulisan tersebut sulit untuk dibaca (kurang jelas), biasanya
kita masih dapat membacanya, hal ini merupakan proses mengenali kata.
Perlu diketahui bahwa memori jangka panjang
kita berisi gambaran-gambaran dari berbagai macam pola. Ketika kita mendengar
atau melihat suatu pola, kita membentuk suatu gambaran mengenai pola tersebut
dan membandingkannya dengan gambaran pola-pola yang sebelumnya tersimpan dalam
LTM (long term memory) kita. Kita mampu untuk mengenali pola jika gambarannya
berhubungan dekat dengan gambaran yang sebelumnya sudah tersimpan di dalam LTM
kita. Meskipun ini adalah penjelasan yang masuk akal, namun masih bersifat
samar-samar. Dari sini kita memiliki 3 penjelasan, di antaranya:
1.Teori template, yaitu pola yang tidak
dianalisis yang dicocokan dengan pola alternatif dengan menggunakan kecepatan
kelengkapan sebagai ukuran kesamaan.
2.Teori Ciri, yaitu suatu teori pengenalan
pola yang menggambarkan ke dalam bagian-bagian atau ciri-cirinya.
3.Teori Penjelasan structural, yaitu suatu
teori yang menentukan bagaimana ciri dari sebuah pola bergabung dengan ciri
lain dari poal tersebut.
Ada beberapa teori
yang menjelaskan tentang pengenalan objek ini, di antaranya:
1. Teori-teori Pereseptual
Para
psikolog yang mempelajari peresepsi telah mengembangkan dua teori utama tentang
manusia memahami duania. Sebuah teori, peresepsi konstruktif (constructive
pereception), menyatakan bahwa manusia “mengkonstruksi” perespektif
dengan cara aktif memilih stimuli dan menggabungkan sensasi dengan memori.
Teori lainnya, peresepsi langsung (direct pereception), menyatakan
bahwa peresepsi terbentuk dari perolehan informsi secara langsung dari
lingkungan.
a.
Peresepsi Konstruktif
Teori
persepsi konstruktif disusun berdasarkan anggapan bahwa selama peresepsi, kita
bentuk dan menguji hipotesis – hipotesis yang berhubungan dengan persepsi
berdasarkan apa yang kita inderakan apa yang kita ketahui. Dengan demikian,
persepsi adalah sebuah efek kombinasi dari informasi yang diterima sistem
sensorik dan pengetahuan yang kita pelajari tentang dunia, yang kita dapatkan
dari pengalaman.
b.
Peresepsi Langsung
Teori
peresepsi langsung menyatakan bahwa informasi dalam stimuli adalah elemen
penting dalam peresepsi dan bahwa pembelajaran dan kognisi tidaklah penting
dalam peresepsi karena lingkungan telah mengandung cukup informasi yang dapat
digunakan untuk interpretasi. Pendukung utaman dalam teori ini adalah James
Gibson (1966,1979) dan para muridnya di Universitas Cornell. James Cutting
(1986, 1993) menyatakan “peresepsi langsung mengasumsikan bahwa keanekaragaman
lapisan-lapisan optik sama kayaknya keanekaragaman didalam dunia ini”. Gagasan
tersebut yang didukung oleh para psikolog yang berorientasi ekologis,
menyatakan bahwa stimulus itu sendiri telah memiliki informasi yang cukup untuk
menghasilkan peresepsi yang tepat dan tidak memerlukan adanya representasi
internal.
Dan
Masing-masing teori tentang peresepsi
tersebut memiliki pendukungnya sendiri-sendiri, dalam jumlah besar dan dengan
antusiasme yang tinggi. Dipermukaan kedua teori-teori tersebut tampaknya
mengemukakan dalil-dalil yang saling bertentangan dan tidak mungkin
diperdamaikan. Menurut pandangan kami adalah bahwa kedua teori tersebut dengan
baik menjelaskan peresepsi, namun berfokus pada tahap-tahap proses yang
berbeda.
2.
Pengenalan pola visual
Masing
– masing sudut pandang memiliki kesamaan dasar teori satu sama lain, sedangkan
perbedaan yang ada akan menyediakan sebuah kerangka organsiasional. Seorang
konstruktivis akan menyatakan bahwa otak bersifat interpretatif. Otak
menggunakan heuristik dan algoritma untuk memproses sinyal – sinyal informasi.
Namun diantara keduanya otak cenderung mengandalkan heuristik sehingga akan
sering membuat kekeliruan. Kekeliruan tersebut umumnya bersumber pada ilusi
perseptual yang menyebabkan kita melihat yang sesungguhnya tidak ada di dunia
fisik.
Jenis
ilusi menggambarkan cara pikiran mengorganisasikan stimuli visual sekaligus
menggambarkan pentingnya pikiran dalam pengenalan objek adalah ilusi yang
disebut kontur ilusoris (ilusory contour). Dalam kontur ilusoris ini
terdapatinhibisi lateral (lateral inhibition) yakni tendensi dari elemen –
elemen neural yang saling berdekatan dalam retina untuk merintangi sel - sel di
sekelilingnya, sehingga memperkuat kesan terhadap kontur. Para psikolog Gestalt
mengajukan argumen bahwa manusia membentuk ilusi – ilusi subjektif karena
adanya figur sederhana dan familiar dalam wujud yang baik di sebuah lingkungan.
Gagasan ini dikenal sebagai hukum Prägnanz dan dianggap hukum utama
persepsi Gestalt.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar