Pengenalan
objek
Indah noor mazaya 16410079
Kemampuan
kita untuk mengenali jenis jenis objek yang familiar bagi kita adalah suatu
karateristik yang mengagumkan yang dimiliki manusia. Pengenalan pola dan
kemampuan mengenali objek adalah sebuah kemampuan kognitif yang pada umumnya
kita laksanakan dengan cepat, mulus dan tanpa banyak usaha.
Teori
teori presepsi berguna untuk membantu manusia untuk memahami bagaimana sebuah
sensasi di proses menjadi presepsi sebuah pola atau objek. Dua teori utama
tentang memahami dunia adalah sebuah teori persepsi komtruksi (constructive
perception), menyatakan bahwa manuisa “mengontruksi” presepsi dengan secara
aktif memilih stimuli dan menggabungkan sensasi dengan memori. Teori lainnya
yakni teori presepsi langsung (direct perception), menyatakan bahwa persepsi
terbentuk dari perolehan informasi secara langsung dari lingkungan.
Pengenalan
pola visual,Organisasi subjektif, seorang kontruksivis akan menyatakan bahwa
otak bersifat interpretative. Otak menggunakan heuristic dan algoritma untuk
memproses sinyal sinyal informasi (cacatan Heuristik adalah peneylidikan dan
perumusan-perumusan pikiran baru yang menuntun kepada penemuan sesuatu yang
baru)
Teori
gelstat, organisasi pola bagi para psikolog gestalt tersebut melibatkan kerjasama
seluruh stimuli dan menghasilkan sebuah kesan yang melampaui gabungan seluruh
sensasi, ada beberapa hukum gestalt :hukum keterdekatan (law of proximity),
hukum kesamaan (law of similarity),hukum penutupan (law of closure), hukum
simetri (law of simetry), hukum kontiutinitas, (low of contiunity), dan hukum
nasib bersama (law of fate).
Asumsi
yang dikemukaan oleh kohler, awalnya, bahwa pengorgananisasian spontan terhadap
suatu pola adalah suatu fungsi natural dari stimulus itu sendiri. Namun
demikian, teori ini mengalami kontroversi yang masih terus berlanjut. Studi
terhadap pengenalan pola yang telah dilakukan oleh para psikolog kognitif telah
memperluas bidang bidang penelitian para psikolog Gestalt awal. Beberapa
psikolog kognitif modern berkonsentrasi pada stuktur-struktur dan proses-proses
internal yang berhubungan dengan pengenaln pola yang rumit, alih alih
menekankan pada karateristik dari stimuli sederhana
Perspektif
kanonik (canonic persepective) adalah sudut pandang terbaikuntuk mempersentasikan
suatu objek atau citra yang pertama muncul di pikiran saat anda mengingat suatu
bentuk. Resepresntasi keronik dibentuk melalui pengalaman dengan
anggota-anggota sejenis dari suatu kategori atau disebut ekspemplar
Pemrosesan
Bottom Up Versus pemrosesan Top Down, teori ini yang mengajukan gagasan bahwa
proses pengenalan diawali oleh identifikasi terhadap bagian bagian spesifik
dari suatu pola, yakni menjadi landasan bagi pengenalan pola secara keselruhan.
Teori kedua adalah pemrosesan top down (top-down processing) yakni teori yang
mengajukan gagasan bahwa proses pengenalan diawali oleh suatu hipotesis
mengenai identitas suatupola, yang diikuti oleh pengenalan terhadap bagian
bagian pola tersebut, berdasarkan asumsi yang sebelumnya telah dibuat.
Pencocokan
temple, sebuah teori mula mula tentang cara otak mengenali pola dan objek.
Teori pencocokan temple sebagai suatu teori pengenalan pola memiliki kekuatan
dan kelemahan, kekuatannya jelaslah bahwa agar kita mampu mengenali suatu
bentuk, otak perlu melakukan pembadingan stimuli visual tersebut dengan dengan
suatu bentuk internal yang tersimpan dalam memori. Kelemahan teori ini suatu interpretasi harafiah
dari teori pencocokan template akan menghadapi kesulitan
Analisi
fitur, adalah sebuah pendekatan terhadap problem bagaimana manusia menyaring
informasi dari stimuli rumit. teori ini
menyatakan bahwa pengenalan objek merupakan suatu pemrosesan informasi tingkat
tinggi yang di dahuli oleh pengidentifikasian stimuli kompleks yang masuk ke
retina sesuai dengan fitur fitur yang lebih sederhana. Dengan demikian, menurut
teori ini sebelum kita memahami keseluruhan pola invormasi visual kita, kita
mereduksi dan menganalisi komponen komponen informasi visual.
Pergerakan
mata dan pengenalan objek, sebuah pendekatan langsung dalam analis fitur adalah
pengamatan terhadap penggerakan dan fiksasi mata. Jenis penelitian ini
mengasumsikan bahwa mata membuat gerakan sakadik (gerakan mata yang “meloncat”
dari satu titik fiksasi/tatapan ke titik fiksasi lainnya) yang berhubungan
dengan informasi visual yang sedang di indra.
Pencocokan
prototipe(prototype matching), diasumsikan bahwa alih alih membentuk template
yang spesifik atau bahkan membentuk fitur fitur berbagai ragam pola yang harus
kita identifikasi, kita akan menyimpan sejumlah jenis jenis pola abstraksi
dalam memori, dan abstraksi tersebut berperan sebagai suatu prototipe. Selain
itu pencocokan prototipe memungkinkan pengenalan pola pola yang tidak lazim
namun tetap memiliki hubungan dengan prototipe.
Abstrak
informasi visual, gagasan ini menyatakan bahwa suatu prototipe adalah
sebuahabstraksi dari suatu rangkaian stimuli yang mencangkup sejumlah besar
bentuk-bentuk serupa dari pola yang sama.
Pseudomemori
(pseudomemory) atau memori semu berawal dari sebuah eksperimen mengenai
pembentukan prototipe dengan menggunakan prosedur frank dan Bransford menemukan
bahwa para partisipan kerapmelakukan suatu kekeliruan, yakni “mengenali”
propotipe sebagai suatu bentuk stimulus yang pernah ditampilkan sebelumnya,
bahkan partisipan merasa lebih yakin dibandingkan saat mereka mengidentifikasi
bentuk bentuk yang memang sudah pernah mereka lihat sebelumnya.
Teori
pembentukan protitipe : teori tendensi mental adalah sebuah propotipe
dikonseptualisasikan mewakili nilai rata-rata (mean) suatu set eksemplar. Teori
frekuensi atribut mengajukan gagasan bahwa sebuah propotipe mewakili mode atau
kombinasi atribut atribut yang paling sering dialami seseorang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar