Model-Model
Memori dan Memori Jangka Pendek
Memori menjadi subjek penelitian utama para
peneliti terdahulu seperti William James dan Ebbinghaus dikarenakan memori
merupakan elemen pokok dalam nsebagian proses kognitif . Salah satu model memori yang bertahan paling lama adalah model memori William
James yang telah mengalami beberapa modifikasi , model memori William James
mengatakan bahwa memori bersifat dikotomi yang berarti manusia mengamati
sejumlah objek , informasi memasuki memori dan kemudian hilang sedangkan
beberapa informasi menetap di memori selamanya . Kemudian muncullah memori
jangka pendek .
Pada
akhir tahun 1800-an minat awal terhadap memori ganda ( dualistic model of memory ) , James membedakan memori langsung ( immediate memory ) , yang disebut memori
primer ( primary memori ) , dan
memori tidak langsung ( indirect memory )
atau yang disebut memori sekunder ( secondary
memory ) kemudian menyusun teori tentang struktur memori berdasarkan
introspeksi dan menganggap bahwa memori sekunder sebagai tempatpenyimpanan
informasi yang pernah dialami namun tidak dapat diakses lagi . Sedangkan memori primer mirip ( namun tidak
identik ) dengan memori jangka pendek ( short-term
memory / STM ) tidak pernah meninggalkan kesadaran dan dapat menayangkan
kembali peristiwa-peristiwa yang pernah dialami . Memori sekunder atau memori
jangka panjang ( long-term memory / LTM )
merupakan jalur yang terpahat dalam jaringan otak manusia , dan setiap manusia
memiliki struktur jalur yang berbeda-beda . Menurut James memori bersifat
dualistic yakni transitoris ( sebagai pengantara ) dan permanen .
Model
memori ganda dari James William tampaknya masuk akal secara intuitif dan
memiliki validitas . Berdasarkan pengetahuan tentang struktur otak dan
pemrosesannya di otak .Namun , bukti-bukti yang mendukung keberadaan dua tipe
memori muncul belakangan dari studi-studi fisiologois .Terdapat fakta yang
mengemukakan bahwa kinerja yang ditunjukkan hewan-hewan dalam uji pembelajaran
( learning trials ) cenderung menurun ketika uji tersebut dibarengi dengan kejutan
listrik dari fakta ini dapat disimpulkan bahwa proses pemindaian informasi dari
memori primer ke memori sekunder bisa dihambat
Model
behavior yang merupakan model dualistik
yang mencakup model primer dan sekunder dikembangkan oleh Waugh dan
Norman . Mereka mengembangkan model dari James yang juga memberikan konstribusi
terhadap model tersebut yakni dengan memperkenalkan metafor “ kotak-kotak di
kepala “ (boxes in the head ) yanhg menggambarkan memori sebagai suatu diagram
flow-chart . Metafor tersebut kemudian digunakan secara luas dalam literature
psikologi kogbitif . Waugh dan norman mengembangkan model James dengan
mengkuantifikasikan karakteristik-karakteristik memori primer . Hilangnya
sebuah informasi dikarenakan sistem penyimpanan jangka pendek memiliki
kapasitas yang sangat terbatas sehingga akan terjadi hilangnya informasi , hal
ini juga dikarenakan informasi-informasi yang sudah lama akan tertumpuk oleh
informasi-informasi yang baru .
Dalam
sebuah penelitian Wough dan Norman untuk mengetahui kapasitas memori primer
dengan menggunakan daftar yang terdiri dari 16 angka yang dibacakan dengan
kecepetan satu angka perdetik atau empat angka perdetik . Angka terakhir adalah
angka yang sudah disebutkan sebelumnya dan digunakan sebagai isyarat yang
diucapkan secara bersamaan dengan sebuah nada . Contoh 7 9 5 1 2 9 3 8 4 6 3 7
0 6 0 2 Kemudian partisipan diminta mengingat suatu angka yang persist
tadi berada di belakang angka isyarat .
Dalam contoh tersebut terdapat sepuluh item ( menyilang ) antara angka 2 yang
disebutkan pertama kali dengan angka 2 yang disebut paling belakang . Item-item
tersebut akan menghilang dari memori , atau memori tersebut digantikan atau
digambat oleh informasi-informasi baru .
Model
Atkinson dan Shiffrin mengemukankan idenya pada 1968 yang disusun berdasarkan
gagasan bahwa struktur-struktur memori bersifat stabil dan proses-proses
kontrol berupa faktor-faktor tak tetap . Atkinson dan Shiffrin meminjam konsep dualistic
memori dari Waugh dab Norman , namun lebih banyak subsitem dalam STM dan LTM . Menurut Atkinson dan Norman model
awal tentang memori bersifat terlalu menyederhanakan sehingga tidak cukup kuat
untuk menangani kerumitan proses antensi , proses membandingkan stimuli ,
pengendalian dalam mengambil memori (
received control ) , pemindahan dari STM ke LTM , pencitraan , memori
penyandian , sensorik , dll . Model Atkinson dan Shiffrein memiliki tiga area
penyimpanan jangka pendek yaitu : 1). Register sensorik , 2), penyimpanan jangka
pendek , 3). Penyimpanan jangka panjang . Sebuah stimulus kemudian diproses
dengan cepat dan dengan stimulus yang tepat kemudian selanjutnya bisa hilang
atau diproses lebih lanjut lagi .
Atkinson
dan Shiffrin membedakan antara konsep memori dan konsep penyimpanan memori .
Memori mengacu pada data yang disimpan sedangkan penyimpanan memori mengacu
pada komponen structural yang berisi informasi . Dalam model ini , memori dan
penyimpanan jangka pendek dapat ditransfer ke penyimpnan jangka panjang ,
sedangkan informasi lain dipertahankan selama beberapa menit dalam penyimpanan
jangka pendek namun tidak pernah memasuki penyimpanan jangka panjang .
Memori
jangka panjang ( LTM; long-term memory )
merupakan suatu aspek dari memori kita . Sedangkan memori jangka pendek ( STM; short-term memory) memiliki
kapasitas yang jauh lebih kecil dibandingkan LTM namun memiliki peranan penting
dalam pemrosesan memori . Karakteristik dari STM adalah kapasitas
penyimpanannya yang terbatas diimbangi oleh pemrosesan yang terbatas juga ,
terdapat pertukaran ( trade-off )
yang konstan antara kapasitas penyimpanan dengan kemampuan pemrosesan .
Lloyd
dan Margaret Intons-Peterson melakukan sebuah penelitian yang kemudian
menghasil teknik Brown-Peterson yang menjelaskan bahwa kapasitas kita untuk
menyimpan informasi dalam suatu area penyimpanan sementara bersifat sangat
terbatas dan rentan memudar dengan cepat
apabila informasi tersebut tidak diulang kembali .
Memori
kerja ( working memori ) didefinisikn
secara konseptual sebagai suatu tipe meja kerja ( workbench ) yang secara konstan mengubah , mengkombinasi , dan
memperbarui informasi baru dan lama . Model memori kerja menyanggah pandangan
bahwa STM hanyalah sekedar suatu otak di kepala , semacam unit pemrosesan
sederhana tempat informasi dikirim ke LTM atau hilang . Konsep ini juga
menyanggah bahwa kapasitas STM terbatas hanya pada tujuh item . Baddeley
menyatakan bahwa rentang memori ditentukan oleh kecepatan kita menguklang
informasi . Dalam kasus verbal , Baddeley mengajukan gagasan bahwa kita
memiliki putaran fonologis ( phonological
loop ) yang berisi penyimpanan fonologis dan proses artikulatoris , yang
dapat membuat kita mengingat informasi sebanyak yang dapat kita ulangi ( rehearse ) dalam waktu yang terbatas
Llyod
dan Margaret Peterson merupakan peneliti yang mempelajari durasi STM , namun
Miller yang mempelajari kapasitas STM . Miller menyimpulkan bahwa STM memuat
tujuh unit , menurutnya catatan resmi awal tentang keterbatasan STM ditemukan
pada pengamatan Sir William Hamilton ( seorang filsuf ) yang menyatakan bahwa “
jikalau Anda melempar segenggam kelereng ke lantai , Anda paling-paling hanya
dapat mengamati enam kelereng atau paling banyak tujuh kelereng tanpa rasa
bingung ” . Miller menyusun hipotesis bahwa kapasitas kita untuk memproses
informasi memiliki batas sekitar tujuh unit , keterbatasan-keterbatasan
tersebut dikarenakan oleh sejumlah mekanisme yang bersifat mendasar dan umum ,
mekanisme selanjutnya disebut STM .
Gagasan
paradoks mengenai STM memuat tujuh uint terlepas dari data apapun yag masuk ke
dalamnya . Serangkaian kata tentunya mengandung informasi yang lebih besar
dibandingkan serangkaian huruf seperti A W D R G H U N I O F V Z X E L , Anda
mungkin hanya mengingat tujuh huruf dan apabila anda membaca rangkaian kata
seperti sepeda , tas , jarum , baju , uang , gula , musik , murid , bantal ,
selimut , rambut , jalan Anda juga mengingat tujuh item ( tergantung kecepatan
penayangan stimuli ). Meskipun demikian , Anda pasti lebih banyak mengingat
rangkaian kata daripada rangkaian huruf .
Kemampuan
STM menangani informasi dalam jumlah besar dipengaruhi oleh kemampuan kita
melakukan chunking yaitu mengubah informasi menjadi unit-unit
yang bermakna , namun chunking belum dapat terjadi hingga LTM dan chunking diilustrasikan dengan sangat baik dalam sebuah
penelitian yang dilakukan Bower dan Springston (1970) . Dalam penelitian
tersebut , partisipan diminta membaca rangkaian huruf dan selanjutnya mengingat
rangkaian huruf tersebut . Pada tahap pertama , partisipan membaca huruf-huruf
yang disusun menjadi unit-unit chunk
, yang tiap-tiap unitnya terdiri dari tiga huruf . Dengan bantuan LTM ,
unit-unit chunk trsebut menjadi bermakna , misalnya CSI , LOL , MTV , IBM .
Pada tahap kedua , partisipan membaca huruf-huruf dalam chunk yang tidak bermakna
seperti CS , ILO , LMT , VIB , M . Disimpulkan bahwa partisipan akan lebih
mudah mengingat huruf-huruf yang digabungkan memiliki makna dibandingan denga
yang tidak memiliki makna , hal ini membuktikan peran LTM dalam STM dan chunking
Informasi
yang tersimpan dalam STM dapat berupa informasu audiotorik , visual atau
semantic , tergantung pada jenis informasi atau tugas yang dialami seseorang .
Sandi Audiotorik STM beroperasi menggunakan sandi audiotorik ( audiotory code ) , meskipun informasi
tersebut dihasilkan dari sandi nonaudiotorik seperti stimulus visual . Dukungan
rhadap dominasi audiotorik berasal dari sebuah penelitian awal yang dilakukan
Conrad pada 1963 , ia menemukan bahwa kesalahan-kesalahan dalam STM bersumber
pada kesalahan audiotorik , bukan keslahan visual .
Adanya
sandi visual membuktikan bahwa STM juga menyandikan informasi menggunakan sandi
visual ( visual code ) . Posner dan
rekan-rekannya menemukan setidaknya pada sebagian kecil waktu , informasi
disandikan secara visual oleh STM . Dalam penelitian tersebut peneliti
menyajiakan huruf-huruf berpasangan dalam tiga mode ; yang identic dalam pelafalan dan bentuk ( AA,
aa ) , pelafalan yang sama namun bentuknya berbeda ( Aa) , atau yang memiliki
perbedaan pelafalan dan bentuk yang berbeda ( AB , aB ) . Partisipan diminta
menunjukkan apakah kedua huruf yang ditampilkan adalah huruf yang sama (dengan
memencet tombol ) dengan waktu yang berbeda-beda : 0 detik ( huruf ditampilkan
secara bersamaan ) , 0,5 detik , 1 detik , atau 2 detik . Para peneliti
beranggapan pasangan huruf tersebut diproses secara audiotorik , sehingga
seharusnya para partisipan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memproses AA
dengan Aa . Dapat disimpulkan bahwa seharusnya partisipan membutuhkan waktu
yang lebih lama untuk merespin pasangan huruf yang memiliki pelafalan yang sama
namun bentuk yang berbeda .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar