PENGENALAN OBJEK
Oleh
Abdullah nashikhul umam
Teori-teori
perseptual
Para psikolog yang telah mempelajari
persepsi telah mengembangkan dua teori utama tentang cara manusia memahami
dunia. Sebuah teori , persepso konstruktif(constructive
perception) , menyatakan bahwa manusia “mengkonstruksi” persepsi terbentuk
dari perolehan informasi secara langsung dari lingkungan. Persepsi konstruktif
menggunakan strategi top-down sedangkan
persepsi langsung menggunakan strategi bottom-up.
Teori Persepsi konstruktif disusun
berdasarkan anggapan bahwa selama persepsi kita membentuk dan menguji
hipotesis-hipotesis yang berhubungan dengan persepsi berdasarkan apa yang kita
indera dan apa yang kita ketahui. Dengan demikian persepsi adalah sebuah efek
kombinasi dan informasi yang diterima system sensorik dan pengetahuan yang kita
pelajari tentang dunia , yang kita dapatkan dari pengalaman.
Teori persepsi langsung menyatakan bahwa
informasi dalam stimuli adalah elemen penting dalam persepsi dan bahwa pembelajaran
dan kognisi tidaklah penting dalam persepsi karena lingkungan telah mengandung
cukup informasi yang dapat digunakan untuk interpretasi
Pengenalan
pola visual
Selain
kedua teori umum yang dijabarkan sebelumnya , terdapat sejumlah teori spesifik
yang meraih seiring berlalunya waktu , meskipun tidak semua teori tersebut
mendapatkan dukungan seimbang. Teori-teori tersebut adalah teori komputasional
, teori Gestalt , pemrosesan bottom-up dan
top-down , pencocokan template , analisis fitur , teori
prototype , dan sebuah bentuk gabungan dari teori-teori persepsi. Perlu
diperhatikan bahwa masing-masing sudut pandang tersebut memiliki kesamaan dasar
teori dengan sudut pandang yang lain;sedangkan perbedaan-perbedaan yang ada
menyediakan sebuah kerangka kerja organisasional.
Teori
Gestalt
Beberapa hukum gestalt meliputi ,
sebagai contoh , hukum keterdekatan (law
of proximity) , hukum kesamaan (law
of similarity), hukum penetapan (law
of closure), hukum simetris (law of symmetry), hukum kontinuitas (law of countinuty) dan hukum nasib
bersama (law of common fate) . Karena pengaruh pragnans , kita melihat
pengaturan delapan titik dibawah ini sebagai sebuah persegi panjang atau suatu
lingkaran , namun bila tata letak titik-titik tersebut tidak memiliki bentuk (form) yang baik , kita hanya akan
mempersepsi bentuk yang abstrak.
Menurut para psikolog Gestalt, kita
mencari simetri ketika berusaha memahami pola-pola. Sebuah asumsi mencolok yang
disusun para psikolog Gestalt mula-mula—terutama kohler (1947)-adalah bahwa
pengorganisasian spontan terhadap suatu pola adalah suatu fungsi natural dari
stimulus itu sendiri dan hanya sedikit berhubungan dengan pengalaman masa lalu terkait
objek tersebut.
Pemrosesan bottom-up dan pemrosesan top-down
1. Teori yang pertama adalah Pemrosesan bottom-up (Bottom up processing) , yakni
teori yang mengajukan gagasan bahwa proses pengenalan diawali oleh identifikasi
terhadap bagian-bagian spesifik dari suaru pola , yang menjadi landasan bagi
pengenalan pola secara keseluruhan .
2. Pemrosesan top-down (top-down processing), yakni teori yang mengajukan gagasan
bahwa proses pengenalan diawali oleh suatu hipotesis mengenai identitas suatu
pola , yang diikuti oleh pengenalan terhadap bagian-bagian pola tersebut ,
berdasarkan asumsi yang sebelumnya telah dibuat.Pemrosesan top-down memerlukan sejumlah waktu pelaksanaan . Para peneliti yang
menguji pengenalan wajah telah menemukan bahwa wajah dapat diinterpretasikan
berdasarkan bagian-bagiannya (secara fitural) dan berdasarkan konfigurasi
keseluruhan bagian tersebut (secara konfigurasional)
Pencocokan
template analisis fitur dan pencocokan prototipe
Sebuah
teori mula-mula tentang cara otak mengenai pola dan objek disebut teori
pencocokan template (template matching).
Sebuah template, dalam konteks pengenalan pola pada manusia, merujuk pada suatu
konstruk internal yang ketika disesuaikan atau dicocokkan dengan stimuli
sensorik, menyebabkan terjadinya pengenalan objek.
Teori
pencocokan template, sebagai sebuah teori pengenalan pola, memiliki kekuatan
dan kelemahan. kekuatannya, bahwa agar kita mampu mengenali suatu bentuk, suatu
huruf, atau suatu wujud visual, otak perlu melakukan pembandingan stimuli visual
tersebut dengan bentuk internal yang tersimpan dalam memori.
Kelemahan teori tersebut, suatu
interpretasi harafiah dari teori pencocokan template akan menghadapi suatu
kesulitan.Pengenalan objek merupakan pemrosesan informasi tingkat tinggi yang
didahului oleh pengidentifikasian stimuli kompleks yang masuk ke retina sesuai
dengan fitur-fituryang lebih sederhana.
Selain
pencocokan dan analisis fitur, sebuah alternatif teori untuk menjelaskan
pengenalan objek adalah teori pencocokan prototipe (prototype matching. Diasumsikan bahwa, alih-alih membentuk template
yang spesifik atau bahkan membentuk fitur-fitur berbagai ragam pola yang harus
kita identifikasi , kita akan menyimpan sejumlah jenis pola-pola abstraksi
dalam memori dan abstraksi tersebut berperan sebagai prototype. Sebuah pola
yang diindera selanjutnya akan dibandingkan dengan prototype dalam memori, dan
jika terdapat kesamaan antara keduanya.
Pengenalan
Pola pada pakar
Chase
dan Simon menguji hipotesis menggunakan tiga jenis partisipan-seorang maestro,
seorang pemain catur level A (sesorang yang sangat mahir namun belum mencapai
tingkat grandmaster), dan seorang
amatir. dalam eksperimen tersebut, Chase dan simon menemukan bahwa waktu yang
digunakan seluruh partisipan untuk mengati papan catur adalah setara , namun
waktu yang digunakan untuk merekontruksi berbeda-sang maestro catur memerlukan
waktu lebih singkat dibandingkan kedua partisipan lain.
Eksperimen
Chase dan Simon memilik dampak teoritik yang signifikan, bongkahan-bongkahan
informasi yang disatukan oleh hubungan-hubungan yang bersifat abstrak mungkin
merupakan landasan teori sintaksis pola. Potongan-potongan informasi yang tidak
disertai konteks yang bermakna atau yang sulit dikelompokkan ternyata lebih
sulit disandikan, apapun bentuk informasi itu, huruf, bentuk, geometric,
catatan-catatan , dan lain-lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar