Pemrosesan Informasi
Oleh : Nur Amalia Hamida
16410046
Untuk mempersepsi informasi mengenai lingkungannya,
memahami dirinya, dan memproses informasi, manusia menggunakan otak
komputasional (computasional brain).
Sinyal sensoris yang merupakan tahap utama dalam pemrosesan informasi
diterima oleh sistem saraf perifer (peripheral nervous system) dan dilanjutkan
ke otak sebagai pusat pengolahan informasi.
Sistem saraf prefier dan otak berfungsi untuk mempersepsi dan memikirkan
serta menerima suatu infromasi dan memahaminya. Informasi didapatkan dari
sistem sensorik berupa pancaindera yang dimiliki manusia.
Konsep otak kompusional didasarkan pada ide
bahwa pikiran adalah apapun yang dilakukan otak yakni pemrosesan informasi.
Komputasi sebenarnya lebih merujuk pada cara untuk menemukan pemecahan masalah.
Ketika kita berpikir bagaimana untuk mendapatkan IP lebih tinggi dari semester
sebelumnya maka kita sedang melakukan suatu jenis komputasi.Proses dimana
informasi mulai berinteraksi dengan reseptor yang kita miliki disebut dengan sensasi.
Semisal sensasi pengelihatan, terjadi ketika cahaya lampu mengadakan kontak
dengan mata, kemudian difokuskan ke retina, dan ditransmisikan oleh saraf optik
ke pusat visual di otak. Kemudian
informasi yang kita terima diinterpretasikan dan dimaknai oleh otak. Proses ini
dinamakan persepsi. Ketika kita makan kue bolu bersama orang yang kita
sayangi contohnya, tentnya kita mengalami lebih dari sekedar stimulasi
sensorik, namun terdapat makna terhadap pengalaman tersebut.
Mata memiliki sekitar 7 juta sel kerucut (cones)
yang peka terhadap stimulus terang, dan memiliki sekitar 125 juta sel batang
(rods) yang peka terhadap stimuli gelap. Gelombang elektromagnetik berupa
cahaya dicatat menjadi sinyal-sinyal elektrokimiawi, yang merupakan “bahasa”
otak. Kemudian sinyal tersebut menembus
retina sampai pada korteks visual. Saat mencapai korteks visual, sinyal-sinyal
ini direduksi menjadi unit-unit kecil seperti garis-garis (hubel&wiesel,1959).
Setelah itu, garis-garis ini dikirim ke korteks serebral menuju jalur-jalur
khusus yang berbeda tergantung bagaimana sinyal-sinyal tersebut akan
diinterpretasi. Namun, ketika kita melihat tidak selamanya apa yang kita
persepsikan akan sama dengan realitasnya. Hal ini biasaanya disebut dengan
ilusi. Menurut ilmuwan psikofisika terjadinya ilusi bukan semata-mata
menunjukkan keterbatasan manusia untuk mempersepsi, melainkan karena ilusi
justru menyediakan wawasan untuk memahami cara kerja sistem persepsi kita.
Selain itu, faktor pengetahuan sebelumnya (
prior knowledge) juga dapat mempengaruhi persepsi kita mengenai sesuatu. Misalnya,
ketika seorang arkeolog menemukan lubang-lubang disebuah situs kuno yang pernah
dihuni oleh suku purbakala. Apabila ia mengetahui sebelumnya mengenai suku
tersebut. Ia akan melihat pola-pola gubuk dan menyimpulkan bahwa itu persegi
panjang. Sebaliknya, hipotesis yang lain akan dapat merubah kesimpulan anda
mengenai bentuk gubuk suku tersebut. Pandangan kita mengenai dunia ditentukan
oleh gabungan dari apa yang kita ketahui dengan apa yang kita indera.
Pernahkah anda menyadari, ketika kita menutup
mata, kita masih tetap dapat melihat dunia, ketika alunan musik berhenti, kita
masih dapat mendengarkannya walaupun hanya sebentar dan kemudian menghilang.
Ingatan kita mengenai stimuli di sekitar kita masih ada meskipun itu bersifat
sangat sementara. Jika dianalisa kembali, sepertinya kita memiliki penyimpanan
sensori (sensory store). Kemudian ingatan
kita mengenai kesan-kesan visual yang kita terima dan menetap dalam jangka
waktu yang singkat ini disebut memori ikonik (iconic memory) . Banyak para ahli
kemudian menkritik penggunaa kata memori ini, karena memori lebih merujuk kepada penggunaan kognisi
tingkat tinggi. Berdasarkan penelitian,
jangka waktu memori ikonik adalah sebesar 2.50 milidetik. Selain memori ikonik,
ternyata kita juga memiliki memori ekhoik ( echoic memory) yang berfungi untuk
menyimpan kesan-kesan audio yang kita terima dalam waktu singkat. Artinya, kita
masih bisa mendengarkan stimuli berupa audio dalam waktu yang singkat. Sedangkan
jangka waktu memori ekhoik sekitar 4 detik. Keberadaan penyimpanan sensorik yang telah
dipaparkan diatas seolah memungkinkan kita untuk memperhatikan segalanya namun
hanya mengolah informasi yang penting saja.
Tanpa kita sadari, banyak sekali
isyarat-isyarat yang tak terbatas disekeliling kita. Jika kita mencoba untuk
menerima seluruh infromasi yang ada, maka otak kita tidak akan sanggup untuk
memprosesnya. Itulah mengapa, selain ada sensasi dan persepsi, kita juga akan
membahas mengenai atensi. Atensi menurut pendapat umum adalah pemusatan upaya
mental pada peristiwa-peristiwa sensorik atau peristiwa-peristiwa mental.
Penelitian terhadap atensi mencakup lima hal utama: kapasitas pemrosesan dan
atensi selektif, tingkat rangsangan, pengendalian atensi, kesadaran dan
neurosains kognitif.
Saat berada di jalan raya, kita dapat
memperhatikan kondisi jalan saat sedang menyetir dan bahkan mendengarkan musik
sekalipun, karena sudah menjadi kebiasannya yang terlatih dengan cukup baik.
Informasi yang penting akan terus diproses dalam otak sedangkan informasi yang
tidak pentig akan dibuang dan tidak diproses lebih lanjut. Namun, terkadang
informasi tidak penting tidak langsung dibuang begitu saja, namun hanya
dijadikan informasi skunder. Misalnya, ketika anda membaca Al-qur’an bersama
teman disamping anda, ketika anda menyadari teman anda salah dalam membaca
ayat, maka anda akan memperbaiki dan melanjutkan kembali bacaan anda.
Lima isu terkait atensi, yakni. Pertama,
kapasitas pemrosesan dan selektivitas. Kita dapat memprhatikan stimuli yang ada
namun tidak dapat memperhatikan seluruh stimuli yang ada. Kedua,
kendali. Kita memegang kendali terhadap
stimuli yang ingin kita perhatikan. Ketiga, pemrosesan
otomatis. Sejumlanh proses rutin sehingga hanya memerlukan sedikit atensi
sadar. Keempat, Neurosains kognitif. Otak dan sistem saraf pusat sebagai pendukung
anatomis atensi. Kelima, Kesadaran. Atensi membawa peristiwa-peristiwa ke
alam kesadaran. ( Solso, 2007, p.94)
Kurangnya kapasitas saluran yang dapat
diproses menyebabkan kita secara otomatis akan selektif dalam memilih stimuli
yang kita terima. Kita memperhatikan informasi yang paling penting dan
mengabaikan atau kurang memperhatikan informasi yang lain (atensi selektif). Atensi
selektif adalah atensi yang digunakan untuk memusatkan pemrosesan informasi terhadap
stimuli spesifik. Atensi selektif memiliki model – model yang digunakan
membantu peneliti mengorganisasikan data yang telah mereka kumpulkan dan
membatu memandu penelitian karena memungkinkan peneliti menyusun hipotesis dan
sekaligus menguji hipotesis tersebut.
Model pertama yakni, model penyaringan (Broadbent).
Dalam model ini, informasi diproses melaui sejumlah saluran sensorik yang
paralel. Contohnya saat sebuah sinyal
berfrekuensi tinggi dan sebuah sinyal berfrekuensi rendah kemudian dibunyikan
secara bersamaan, bunyi tersebut dapat dibedakan oleh otak karena memiliki
karakter yang berbeda, meskipun keduannya diterima otak dalam waktu bersamaan.
Model kedua yakni, model atenuasi (Treisman) mengakatakan
bahwa penyaringan tingkat pertama mengevaluasi sinyal berdasarkan karakteristik
fisik kasar dan selanjutnya penyaring-penyaring yang lebih canggih mengevaluasi
sinyal beerdasarkan makna.
Belajar mengenai atensi daari sudut pandang
neurosains kognitif, membantu kita menemukan lokasi dari berbgai proses-proses
terkait atensi yang berlangsung dalam otak. Awalnya, terdapat kesulitan bagi
para peneliti atensi dan otak manusia untuk menentukan pusat kerusakan otak
yang mengkibatkan gangguan atensi yang spesifik. Kemudian, baru-baru ini
peneliti mengembangkan sejumlah teknik yang secara signifikan mengembangkan
pemahaman kita mengenai hubungan antara otak dan atensi. Fokus pada penelitiian
modern ini berada di dua bidang: penelitian dan diagnosis.
Berdasarkan paparan diatas, kita dapat menarik
kesimpulan bahwa informasi – informasi disekitar kita akan berinteraksi dengan
reseptor kita dan kemudian dibawa ke otak untuk diproses dan diinterprtasikan.
Namun, tidak semua informasi disekitar kita dapat diproses dan
diinterpretasikan, kita akan membuang atau mengabaikan informasi lainnya yang
kurang penting bagi kita karena terdapat keterbatasan dalam proses mengolah informasi. Maka dari
itu, kita akan memilih dengan selektif informasi yang akan diproses dan diinterpretasikan oleh otak
kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar