Nama : Mihmidati Hilmia
NIM : 16410212
SENSASI, PERSEPSI, DAN ATENSI: MENERIMA
DAN MENGOLAH INFORMASI
Setelah
mempelajari mengenai bagaimana informasi yang didapat oleh manusia itu diproses
di dalam otak dalam Neurosains Kognitif, pembahasan kali ini adalah tentang
bagaimana segala sesuatu itu “dirasakan” oleh manusia, menurut “sudut pandang”
mereka masing-masing. Kata kuncinya ada pada indra dan pengalaman. Ada dua
tahapan utama dalam pemrosesan informasi, yakni: fenomena eksternal (energi
fisik/stimuli) dan proses-proses internal di dalam otak yang kemudian
memunculkan respon dari individu.
Sensasi adalah pendeteksian dini terhadap stimuli. Jadi, apa
saja yang diindra (melalui penglihatan, pendengaran, perasa/pengecap,
penciuman, dan peraba) akan diproses lebih lanjut. Banyak hal dalam indra kita
yang sangat luar biasa. Mata manusia dapat membedakan lebih dari 300.000 warna
yang berbeda. Telinga manusia dapat mendeteksi suara rendah 20 hertz (getaran
per detik) dan setinggi 20.000 hertz, dan dapat mendengar suara detakan jarum
jam sekitar 20 kaki di ruangan yang tenang. Kita bisa mencicipi satu sendok teh
gula dilarutkan dalam 2 galon air, dan kita dapat mencium satu tetes parfum
disebarkan di sebuah apartemen tiga kamar. Ada beberapa proses saat individu
mengindra, yaitu:
1. Penglihatan
Yang sangat diperlukan oleh
manusia untuk dapat melihat suatu objek adalah cahaya. Objek yang terkena cahaya tersebut selanjutnya
akan diproses melalui bagian-bagian yang ada di mata. Secara sederhana dapat
diurutkan sebagai berikut: Objek →
terkena cahaya → kornea → lensa crystalia →
terfokus di retina → saraf optic → thalamus → lateral geniculate body → pusat saraf penglihatan di korteks → dianalisis → memunculkan gambar → objek terlihat.
2. Pendengaran
Bunyi adalah getaran yang ada di
udara yang diproses oleh sistem auditor. Proses individu mendengar adalah: sumber
bunyi → daun telinga → gendang telinga → ossicle (tulang malleus, incus, stapes)
→ vanestra ovalis → coclea → cairan rumah siput → bergetar → sel rambut → impuls listrik → saraf
pendengaran →
diinterpretasi → bunyi
terdengar.
3. Pengecap
Indra pengecap
memungkinan manusia untuk dapat mendeteksi dan memproses zat kimia yang ada di
lingkungan. Bagian
terpenting dalam indra ini adalah Papila,
tonjolan yang terdapat di lidah yang
mengandung kuncup pengecap
atau
reseptor rasa. Kualitas rasa yang diproses manusia meliputi kategori manis,
asin, asam, dan pahit meskipun kemampuan sebenarnya melampaui keempat kategori
tersebut.
4. Pembau
Sama halnya seperti indra
pengecap, indra ini juga memungkinkan manusia mendeteksi dan memproses zat
kimia. Sumber bau → gas/uap → rambut-rambut protoplasma pada dinding
melintang sebelah atas dalam rongga hidung benang-benang saraf → pusat saraf pembau → diinterpretasi → bau atau aroma tercium.
5. Peraba
Energi mekanis atau
tekanan pada kulit didapat melalui sentuhan. Terdapat beberepa bagian dalam kulit yang
sensitif terhadap masing-masing stimulus
(panas, hangat, dingin, basah, halus, kasar, tekanan, sakit, dan
vibrasi).
Manusia memiliki setidaknya 4 juta reseptor rasa sakit, 500.000 reseptor tekanan,
150.000 untuk dingin, dan 16.000 reseptor untuk panas. Reseptor-reseptor tersebut terspesialisasi pada
sendi, ligamen, dan otot guna
menghasilkan
informasi yang dikombinasikan dengan informasi dari reseptor yang lain, seperti
mata dan telinga untuk memberikan kita indra posisi bagian tubuh tertentu dalam
hubungannya dengan bagian tubuh yang lain. Penglihatan, pendengaran, peraba,
pengecapan, dan penciuman adalah spektrum sensasi umum yang paling luas. Organ
indra dan reseptor sensoris dimasukkan dalam beberapa kelas utama berdasarkan
tipe energi yang dipancarkan, termasuk:
a) Resepsi cahaya (photoreception):
mendeteksi cahaya, dipersepsikan sebagai penglihatan.
b) Resepsi mekanik (mechanoreception):
mendeteksi tekanan, getaran, dan pergerakan, dipersepsikan sebagai peraba,
pendengaran, dan keseimbangan.
c) Kemoreseptor (chemoreception):
mendeteksi rangsangan kimiawi, dipersepsikan sebagai pengecap dan penciuman.
Setelah individu
melalui proses sensasi, selanjutnya ia akan masuk pada tahap persepsi. Persepsi
inilah yang merupakan hasil dari “proses lebih lanjut” tersebut. Pada persepsi,
individu diharuskan melibatkan kognisi tingkat tinggi dalam penginterpretasian
terhadap informasi yang telah diindra. Informasi tersebut diproses sesuai
dengan pengetahuan individu masing-masing tentang dunia (termasuk budaya,
pengharapan, dan lain-lain).
Selanjuntya
adalah tentang perhatian atau atensi. Perhatian merupakan salah satu proses
untuk mengadakan persiapan guna memberikan reaksi tertentu. Apa yang kita amati
tidak hanya bergantung dan terbatas pada stimulus saja, tetapi juga pada proses
kognitif yang merefleksikan minat, tujuan, dan harapan kita saat itu. Pemusatan
inilah yang kemudian disebut dengan perhatian atau atensi. Hubungan fisiologis
perhatian terhadap persepsi adalah seperti ketika suatu stimulus menarik
perhatian kita, kemudian kita meresponnya; melakukan gerakan-gerakan badan
tertentu. Gerakan yang dimaksud bisa berupa gerakan kepala dan mata ketika
berhubungan dengan stimulus visual, meletakkan telapak tangan di sekitar
telinga atau mengarahkan telinga ke sumber suara ketika frekuensi stimulus
auditoris yang ada termasuk lemah sehingga mampu membangkitkan resepsi. Gerakan
badan tersebut disertai perubahan fisiologis tertentu. Reaksi fisiologis yang
terjadi merupakan respon pada perubahan stimulus di sekitarnya sehingga
membentuk pola yang ajeg yang disebut refleks berorientasi. Proses
perhatian meliputi rangsangan yang menonjol dari objek yang diterima oleh alat
indra lalu dibawa saraf ke dalam otak dan kemudian diserap oleh persepsi.
Yang
perlu diperhatikan disini adalah bahwa persepsi tidak sama dengan sensasi,
tetapi otak memberikan makna terhadap sensasi melalui persepsi. Sensasi adalah
kesadaran yang dihasilkan oleh stimulasi akal, sedangkan persepsi adalah
interpretasi sensasi-sensasi tersebut. Sensasi adalah kesan sesaat yang
ditangkap oleh seseorang ketika stimulus baru diterima oleh otak dan belum
diorganisasikan dengan stimulus lainnya serta ingatan-ingatan yang berhubungan
dengan stimulus tersebut. Sensasi juga dapat diartikan sebagai suatu proses
menerima energi rangsangan dari lingkungan luar. Rangsangan yang dimaksud bisa
berupa cahaya, suara, aroma dan sebagainya. Rangsangan tersebut dideteksi oleh
sel reseptor khusus yang ada pada indra manusia (mata, hidung, telinga, kulit,
dan lidah). Ketika sel-sel reseptor menangkap rangsangan yang ada, energi
tersebut dikonversi menjadi impuls kimia listrik atau transduksi.
Transduksi kemudian menghasilkan potensi aksi yang mengalirkan informasi
melalui rangsangan melalui sistem saraf ke otak. Ketika rangsangan tersebut
sampai ke otak, informasi kemudian bergerak ke bagian yang berhubungan dengan
korteks serebrum. Sebagai contoh, seorang mahasiswa duduk dikursi dengan meja
yang kasar didepannya, ia akan mengatakan bahwa meja tersebut tidak cukup
nyaman untuk digunakan menulis. “Meja yang kasar” merupakan sensasi, karena ia
merasakannya dengan indra kulit atau tangannya dan “meja tidak cukup nyaman
untuk digunakan menulis” merupakan persepsi yang telah diproses sebelumnya dan
kemudian diinterpretasikan dengan melibatkan sensasi dan pengalamannya. Ia
merasa tidak nyaman menulis di meja tersebut karena mungkin ia pernah
mengalaminya sendiri. Persepsi dibentuk oleh pembelajaran, pengalaman, ingatan,
harapan, dan perhatian. Persepsi bergantung pada fungsi sistem saraf yang
kompleks, tetapi tidak tampak karena terjadi di luar kesadaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar