SENSASI, PERSEPSI, DAN ATENSI
Nama : Fikrotul Barizah
Nim : 16410006
Sistem saraf perinfer dan otak manusia di
desain untuk menerima, memikirkan, menginterpretasikan, dan memahami sebuah
informasi yang di dapatnya. Seperti yang dikatakan oleh Pinker dalam bukunya
yang berjudul how the mind works: “pikiran (mind) adalah sebuah sistem yang
tersusun dari organ-organ komputasional, yang di desain oleh seleksi alam untuk
memecahkan berbagai permasalahan yang di hadapi oleh nenek moyang kita selama
hidup mereka sebagai pemburu-peramu, khususnya untuk memahami (dan mengakali)
objek-objek seperti binatang, tumbuhan, dan manusia lain”. (Solso, 2007)
Konsep ‘ otak komputasional’ didasarkan
pada ide bahwa pikiran adalah apapun yang dilakukan otak-yakni pemrosesan
informasi. Dalam tahap-tahap pemrosesan informasi eksternal dan proses internal
dapat diketahui bahwa energi fisik menstimulasikan sistem sensorik, dan
tertranduksi, di sandikan, dan kemudian di kirim ke sistem memori untuk di
proses lebih lanjut. Kemudian dari serangkaian tahap tersebut akan menimbulkan
respon yang lebih lanjutnya diproses sebagai bagian medan stimulus.
Kita tau bahwa penghubung realitas
eksternal dengan dunia mental berpusat pada sistem sensorik. Dan disini kita
mengenal dua istilah yang tidak asing lagi yakni sensasi dan persepsi,
sensasi merupakan pendeteksian dini terhadap stimuli yang hadir. Sedangkan persepsi
merupakan penginterpretasian informasi sensorik yang melibatkan kognisi tingkat
tinggi. Kemudian setelah mempersepsikan suatu stimuli, stimuli tersebut akan di
simpan dalam otak. Penyimpanan yang terjadi tersebut terbagi menjadi dua, yaitu
ekonik dan ekhonik. Penyimpanan ekonik menurut Neisser (1967) dimaknai sebagai
kemampuan kesan-kesan visual untuk menetap selama jangka waktu singkat.
Penyimpanan ekonik ini dapat hilang secara cepat jika tidak dikirim ke tahap
selanjutnya. Untuk menyelidiki menghilangnya (decay) informasi dalam
penyimpanan yang sangat singkat ini, berbagai penelitian telah di laksanakan.
Salah satu penelitian menvariasikan interval antara penampilan huruf dengan
munculnya isyarat (berupa nada atau tampilan tertentu. Hasilnya, jangka waktu
penyimpanan memori ikonik adalah sebesar 250 milidetik (1/4 detik). Yang kedua
yaitu penyimpanan ekhoik (pendengaran). Penyimpanan ekhoik serupa dengan
penyimpana ekonik dalam dua hal: 1) informasi sensorik metah di simpan dalam
ruang penyimpanan ?(agar informasi mentah tersebut dapat di olah lebih lanjut)
dan 2) jangka waktu penyimpanannya sangat singkat. Penyimpanan ekhoik berfungsi
sebagai lem yang secara singkat menyimpan informasi auditorik sehingga seluruh
informasi auditorik dapat dipahami.
Sebagai manusia sudah menjadi kodratnya
jika memiliki kapasitas dalam pemrosesan informasi. Dalam memproses informasi
seseorang tidak dapat secara langsung menangkap seluruh stimuli secara
bersamaan. Hal ini disebabkan adanya keterbatasan neurologis. Selain itu
seseorang juga memiliki atensi selektif, dapat di analogikan dengan menyorotkan
cahaya lampu senter ke tengah sebuah ruang gelap untuk mencari benda-benda yang
kita perlukan, sambil membiarkan benda-benda yang lain berada dalam kegelapan.
Mengingat jumlah informasi yang kita olah dan ingat, tampaknya kekuatan
kognitif kita menunjukkan ketidakleluasaan dalam limitasi sensorik. Dengan
demikian, kita berhati-hati dalam mengarahkan senter atensi kita, memproses
informasiyang kita butuhkan dan mengabaikan informasi lain. Dalam pemrosesan
informasi, manusia memiliki pemrosesan informasi secara otomatis.
Aktivitas-aktivitas yang telah di latih dengan baik atau yang sering dilakukan
akhirnya menjadi otomatis sehingga memerlukan seikit atensi dibandingkan
melakukan aktivitas yang baru, atau yang belum dikuasai. Posner dan Snyder
(1974, 1975) telah menyebutkan tiga karakteristik pemrosesan yaitu : 1)
pemrosesan otomatis terjadi tanpa ada niat sadar. 2) pemrosesan otomatis
tersebunyi dari kesadaran. 3) pemrosesan otomatis menggunakan hanya sedikit
sumber daya sadar (atau bahkan tidak menggunakan sumber daya sadar sama
sekali).
Hubungan antara atensi dan otak manusia
pada mulanya diselidiki melalui studi terhadap defisit atensi yang terjadi
karena cedera otak. Baru baru ini, para
peneliti yang berminat terhadapdan atensi telah menerapkan sejumlah teknik yang
di kembangkan dalam psikologi dan ilmu otak. Fokus dari upaya-upaya modern
tersebut secara umum berada di dua bidang: penelitian dan diagnosa. Otak tampaknya
memiliki sistem-sistem yang secara anatomis terpisah, yang mengendaikan atensi
dan sistem-sistem lain seperti sistem pemrosesan data, yang tetap melakukan
kinerja pada input-input tertentu sekalipun atensi kita diarahkan ketempat
lain. Dapat dikatakan bahwa sistem atens memiliki kemiripan dengan
sistem-sistem lain (seperti sistem motorik dan sensorik), yakni bahwa sistem
tersebut berinteraksi dengan sejumlah besar bagian otak yang lain, namun tetap
mempertahankan ciri khasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar