SENSASI,
PERSEPSI DAN ATENSI
Oleh Garin Prakoso
(13410107)
Sebagian besar dari kita mungkin tidak
asing lagi dengan sensasi, persepsi dan atensi. Pada semester sebelumnya kita
sudah membahas sedikit hal yang berkaitan dengan ketiga istilah tersebut. Sebelum
kita membahas lebih rinci tentang sensasi, persepsi dan atensi alangkah lebih
baiknya jika kita mempelajari terlebih dahulu mengenai pengertian ketiganya.
Sensasi adalah aspek kesadaran paling
sederhana yang dihasilkan oleh pancaindera kita. Sedangkan persepsi adalah
proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji, dan
memberikam reaksi kepada rangsangan panca indera atau data. Jadi, di dalam
kedua proses sensorik ini kita memerlukan pancaindera kita. Yang mana kita
memiliki lima pancaindera yakni mata (melihat), telinga (mendengar), lidah
(perassa atau pengecap), hidung (penciuman) dan kulit (peraba). Setiap
aktifitas yang kita lakukan pasti akan membutuhkan pancaindera kita. Ketika
kita bangun tidur ketika mendengar suara alarm yang sangat berisik dan
mengganggu indra pendengaran kita. Setelah itu kita membuka mata secara
perlahan guna menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina sehingga pada saat ini
indra penglihatan sudah mulai bekerja. Lalu kita pergi ke dapur untuk membuat secangkir
kopi di pagi hari. Kita akan memasak air lalu kita mengambil gelas kosong dan
sebuah sendok lalu kita merasakan permukaan gelas yang halus, disinilah kita
sudah mengaktifkan indra peraba. Selanjutnya kita mulai mencampurkan bubuk
gula, kopi dan air panas lalu kita mengaduknya, mulailah tercium aroma kopi
yang menggugah semangat, pada saat ini hidung kita mulai menghirup aroma yang
semerbak dari secangkir kopi seduh tersebut. Lalu dilanjutkan dengan merasakan
bagaimana rasa dari kopi tersebut, kita mulai merasakan pahitnya kopi dan
manisnya gula yang bercampur baur dengan air panas yang menyatukan mereka
disitulah indera perasa kita mulai berfungsi. Dan masih banyak lagi hal-hal
yang kita lakukan yang berhubungan dengan pancaindera kita.
Dalam mempelajari persepsi kita pasti
akan menjumpai pertentangan antara persepsi dengan fakta. Sebagai contoh, saat
kita memasukkan sendok kedalam gelas berisi air putih, kita akan melihat bahwa
sendok itu patah, padahal tidak. Contoh berikutnya saat kita melihat rel kereta
api, seakan-akan kedua rel tersebut bertemu dalam satu titik di cakrawala,
nyatanya tidak demikian. Kedua kejadian tersebut dinamakan sebagai ilusi, jadi
dapat dissimpulkan bahwa ilusi adalah kessalahan persepsi.
Dengan menggunakan pancaindera, kita bisa
memperoleh informasi sebanyak mungkin. Jumlah informasi yang dapat kita pahami
dalam periode pemaparan yang singkat disebut sebagai rentang perseptual. Dengan
memperbanyak informasi, maka kita akan menggunakan otak kita untuk meningat
(memori). Ada 2 macam memori dilihat dari jangka waktunya, yakni penyimpanan
ikonik dan penyimpanan ekhoik. Penyimpanan ikonik adalah kemampuan kesan-kesan
visual untuk menetap selama jangka waktu yang singkat. Sedangkan penyimpanan
ekhoik berfungsi sebagai lem yang secara singkat menyimpan informsi auditorik
sehingga seluruh informasi auditorik dapat dipahami.
Setelah mempelajari tentang sensasi
dan persepsi, kini kita akan membahas tentang atensi. Atensi adalah pemusatan
pikiran dalam bentuk yang jernih dan gamblang terhadap sejumlah objek simultan
atau sekelompok pemikiran. Pemusatan kesadaran adalah intisari atensi.
Penelitian tentang atensi meliputi lima aspek utama, yakni kapasitas pemrosesan
dan selektivitas, kendali terhadap atensi, pemrosesan otomatis, pandangan neurosains
kognitif terhadap atensi dan kesadaran. Terdapat dua model atensi selektif.
Yang pertama adalah model penyaringan (Broadbent), teori ini berhubungan dengan
teori ssaluran tunggal yang menyatakan gagasan bahwa pemrosesan informasi
dibatasi oleh kapasitas saluran yang tersedia. Model yang kedua yakni model
atenuasi (Treisman), modelini menggabungkan struktur model Broadbent ditambah
hasil-hasil empirik yang didapat dari penelitian moray.
Mempelajari atensi dari sudut pandang
neurosains kognitif membeikan kita kesempatan untuk menemukan dukungan neurologis bagi
penemuan-penemuan sebelumnya, dan juga membantu menentukan lokasi dari berbagai
proses-proses terkait atensi yang brlangsung dalam otak. Hubungan antara atensi
dan otak pada mulanya diselidiki melalui studi terhadap defisit atensi yang
terjadi karena cidera otak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar