SENSASI, PERSEPSI, DAN ATENSI
Oleh Arini Rusda
Pada kesempatan kali ini, kita akan
mempelajari mengenai cara kerja otak komputasional dalam mempersepsi informasi
mengenai lingkungannya, memahami dunianya, dan memproses informasi.
Sebelumnya kita akan mempelajari persepsi
terlebih dahulu, karenainilah tahap pertama dalam pemrosesan informasi. Pusat
dari seluruh proses ini adalah otak, karena otak lah yang mengolah dan memaknai
informasi yang diterima dari sistem saraf perifer; saraf yang terletak di luar
sumsum tulang belakang atau otak.
Otak
Komputasional (Computational Brain)
Konsep ‘otak komputasional’
didasarkan pada ide bahwa pikiran adalah apapun yang dilakukan otak-yakni
pemrosesan informasi. Para psikolog kognitif meyakini bahwa otak diaktifkan saat
informasi sedang diproses.
Tahapan pemrosesan informasi
dimulai dari adanya energi fisik yang menstimulasi sistem sensorik dan
tertransduksi (diubah ke energi neural oleh organ-organ sensorik). Energi
neural ini disimpan sesaat di penyimpanan sensorik, selanjutnya diproses oleh sistem syaraf
pusat, dan mungkin dikirim ke sistem memori untuk diproses lebih lanjut.
Sensasi
dan Persepsi
Sensasi
mengacu pada pendeteksian
dini terhadap energi dari dunia fisik, pada umumnya berkaitan dengan struktur
dan proses mekanisme sensorik.
Sedangkan persepsi melibatkan kognisi tingkat tinggi dalam penginterpretasian
terhadap informasi sensorik.
Penglihatan
Sejauh
ini, inderah yang menyediakan informasi paling penting adalah indera
penglihatan. Penglihatan (vision) yaitu
pendeteksian sebuah bagian kecil gelombang elektromagnetik (yang disebut
“cahaya”), dimungkinakn terjadi karena mata manusia memiliki struktur yang
unik.
Mata
manusia memiliki sekitar 7 juta sel kerucut (cones), yang peka terhadap stimuli terang (bersifat photopic), dan memiliki sekitar 125 juta
sel batang (rods) yang peka terhadap
stimuli gelap. Sel kerucut banyak didapati di fovea, dan berperan dalam
mengenali warna dan objek dalam cahaya terang. Sel batang menyebar menjauh dari
fovea, bahkan tidak ada sel batang dalam fovea. Menariknya, pencitraan dalam
retina bersifat dua dimensi, tanpa kedalaman dan tanpa warna (persepsi warna
dihasilkan hanya ketika input neural digabungkan dengan citra dalam retina).
Ilusi
Studi
yang mempelajari hubungan antara perubahan-perubahan fisik di dunia dengan
pengalaman-pengalaman psikologis akibat perubahan tersebut, disebut psikofisika
(psychophysics).
Ilusi
dianggap penting bagi para ilmuwan psikofisika, bukan karena ilusi menunjukkan
kegagalan kemampuan manusia untuk mempersepsi, melainkan karena ilusi justru
menyediakan wawasan untuk memahami cara kerja sistem persepsi kita.
Pengetahuan Sebelumnya
Hubungan
antara persepsi dan pengetahuan sebelumnya tentang dunia dimanifestasikan tidak
hanya dalam wujud ilusi geometri sederhana, melainkan dalam penginterpretasian
data-data ilmiah.
Cara kita
dalam mengolah informasi primer dari dunia sangat dipengaruhi oleh struktur
sistem sensorik dan struktur otak kita – kita “diprogram” untuk memahami dunia
dalam cara tertentu- dan juga dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman kita, yang
meberikan makna bagi stimuli.
Predisposisi Sensorik-Otak
Sistem
sensorik tersusun oleh reseptor-reseptor dan neuron-neuron penghubung dari
kelima indera (pendengaran, penglihatan, peraba, perasa, dan penciuman).
Pengetahuan
tentang otak dan perannya dalam persepsi, di sisi lain, lambat berkembang
karena sulitnya mengakses otak. Observasi langsung terhadap otak umumnya
melibatkan pembuatan lubang pada tempurung kepala pasien, atau melalui
pemeriksaan postmortem (pascakematian)
oleh para dokter yang berminat menemukan penyebab neurologis dari simtom yang
dialami pasien selama hidupnya.
Dengan
bantuan bantuan teknologi modern, para ilmuwan kognitif telah mampu
mengobservasi proses-proses sensorik, perseptual, dan kognitif di otak tanpa
harus membongkar tempurung kepala seseorang. Teknik-teknik tersebut meliputi
data-data behavioral, seperti eksperimen waktu-reaksi dan teknologi pencitraan.
Segala
Sesuatu yang Kita Ketahui adalah Keliru
Sistem
sensorik kita memiliki keterbatasan kemampuan dalam menerima sensasi, sehingga
pengetahuan kita tentang dunia pun terbatas. Karena kita harus memahami realita
melalui saluran-saluran yang sedemikian terbatas, kita terpaksa menyimpulkan
bahwa segala sesuatu yang kita ketahui adalah keliru. Kunci pemrosesan
informasi sensorik dan interpretasi kognitif terletak pada proses
pengabstraksian informasi.
Penyimpanan
Ikonik
Memori ikonik (iconic memory) merupakan kemampuan
kesan-kesan visual untuk menetap selama jangka waktu singkat; sehingga dapat
diproses lebih lanjut (Neisser, 1967). Bagi banyak psikolog kognitif, istilah memori
menyiratkan adanya penyandingan dan penyimpanan informasi, yang melibatkan
proses-proses kognitif tingkat tinggi.
Penyimpanan ikonik hanyalah
menyerupai semacam arsip foto (snapshot) tentang medan penglihatan. Setiap
arsip hanya bertahan sekitar satu detik.
Penyimpanan
Ekhoik
Seperti penyimpanan ikonik, yang
berfungsi menyediakan waktu tambahan untuk mengamati stimuli yang menghilang
dari penglihatan, penyimpanan ekhoik memberikan waktu tambahan bagi kita untuk
mendengarkan pesan. Penyimpanan ekhoik berfungsi sebagai “lem” yang secara
singkat menyimpan informasi auditorik sehingga seluruh informasi auditorik
dapat dipahami.
ATENSI
Atensi adalah pemusatan pikiran,
dalam bentuk yang jernih dan gamblang, terhadap sejumlah objek simultan atau
sekelompok ikiran. Pemusatan kesadaran adalah intisari atensi. Atensi
mengimpilikasikan adanya pengabaian objek-objek lain agar kita sanggup
menangani objek-objek secara efektif (James William, 1890, hal. 403-403).
Kapasitas
Pemrosesan dan Atensi Selektif
Fakta bahwa kita secara selektif
memilih hanya sebagian kecil stimuli dari seluruh stimuli yang ada di
sekeliling kita. Selektifitas ini dipandang sebagai akibat kurangnya kapasitas
saluran, yakni ketidakmampuan kita memproses seluruh stimuli sensorik secara
bersamaan. Gagasan ini menyarankan bahwa terdapat suatu kondisi “kemacetan” (bottleneck) pada suatu tahap pemrosesan
informasi, yang sebagian diakibatkan oleh
keterbatasan neurologis.
Atensi selektif yaitu
mengarahkan atensi kita, memproses informasi yang paling kita perhatiakn, dan
mengabaikan informasi yang lain. Atensi selektif dapat dianalogikan dengan
menyorotkan cahaya lampu senter ke tengah sebuah ruang gelap untuk mencari
benda-benda yang kita perlukan, sambil membiarkan benda-benda yang lain tetap
berada dalam kegelapan.
Pemrosesan
Otomatis
Setiap orang menghadapi stimuli
tak terhitung jumlahnya saat secara bersamaan melakukan beberapa tugas
sekaligus. Agar pemrosesan otomatis dapat terjadi, informasi haru dapat
mengalir bebas dar memori ke kendali seseorang atas tindakan-tindakannya.
Pemrosesan informasi secara
otomatis diteliti secara mendalam oleh Posner dan Snyder (1974, 1975), yang
menyebutkan tiga karakteristik pemrosesan otomatis.
a) Pemrosesan otomatis terjadi tanpa ada niat
sadar
b) Pemrosesan otomatis tersembunyi dari
kesadaran.
c) Pemrosesan otomatis menggunakan hanya
sedikit sumber daya sadar (atau bahkan tidak menggunakan sumber daya sadar sama
sekali).
Pandangan Neurosains Kognitif
tentang Atensi
Atensi dan Otak Manusia
Hubungan antara atensi dan otak manusia pada mulanya
diselidiki melalui studi terhadap defisit atensi yang terjadi karena cedera
otak. Lebih jauh lagi, terdapat sejumlah teknik mengesankan, yang dapat dipilih
oleh psikologi kognitif dan ilmu otak, yang tidak mengharuskan subjek
penelitiannya berada dalam keadaan tidak bernyawa dsb. Fokus dari upaya-upaya
modern tersebut secara umum berada di dua bidang; penelitian dan
diagnosis/testing.
1. Ada upaya menemukan korelasi antara
struktur geografi otak dan proses-proses atensi
2. Teknik-teknik yang dikembangkan di
laboratorium kognitif digunakan sebagai alat uji diagnostik dan digunakan untuk
menyelidiki senyawa farmakologis yang berperan mempengaruhi proses-proses
atensi (Tinkleberg & Taylor, 1984).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar