Marisatia Risma N. / 16410073
Sensasi, Persepsi dan Atensi
Salah satu pembahasan dalam
psiologi kognitif adalah tentang proses dari sensasi, persepsi, dan atensi yang
diproses oleh otak. Dalam psikologi kognitif, pemrosesan informasi mengacu pada
dunia fisik (eksternal) sekaligus dunia mental (internal). Penghubung realitas
eksternal dunia mental berpusat pada sistem sensorik, yaitu sensasi dan
persepsi.Otak komputasional manusia yang digunakan untuk mempersepsi informasi
mengenai lingkungannya, memahami dirinya, dan memproses informasi. Istilah
komputasi didasarkan pada pemrosesan informasi yang dilakukan oleh otak. Kita
melihat, mendengar, mengecap, dan merasakan sensasi dari dunia sebagai rantai
pertama dalam tahapan kejadian yang selanjutnya melibatkan penyandian stimuli,
penyimpanan informasi, pengubahan material, berpikir, dan, akhirnya, memberikan
reaksi sesuai pengetahuan yang didapatkan.
Sensasi (sensation) mengacu pada
pendeteksian dini terhadap energi dari dunia fisik. Sensasi adalah tahap pertama
stimuli mengenai indra kita. Sensasi berasal dari kata “sense” yang artinya
alat pengindraan, yang menghubungkan organisme dengan lingkungannya. Menurut
Dennis Coon,“Sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak
memerlukan penguraian verbal. Simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali
berhubungan dengan kegiatan alat indera.” Tetapi pada dasarnya, sensasi mengacu
pada pendeteksian dini terhadap stimuli, persepsi mengacu pada interprestasi
hal-hal yang diindera.
Sedangkan persepsi (perseption)
melibatkan kognisi tingkat tinggi dalam penginterprestasian terhadap informasi
sensorik. Persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu
informasi terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap
objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses
oleh otak. Proses kognisi dimulai dari persepsi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi dapat di kategorikan menjadi:
Faktor fungsional
Faktor fungsional dihasilkan
dari kebutuhan, kegembiraan (suasana hati), pelayanan dan pengalaman masa lalu
seorang individu.
Faktor struktural
Faktor-faktor struktural berarti
bahwa faktor-faktor tersebut timbul atau dihasilkan dari bentuk stimuli dan
efek-efek netral yagn ditimbulkan dari sistem saraf individu.
Faktor situasional
Faktor ini banyak berkaitan
dengan bahasa nonverbal, petunjuk proksemik, petunjuk kinesik, petunjuk wajah,
petunjuk paralingiustik adalah beberapa dari factor situasional yang
mempengaruhi persepsi.
Faktor personal
Faktor psikologis lain yang juga
penting dalam persepsi adalah berturut-turut: emosi, impresi dan konteks.
Emosi akan mempengaruhi
seseorang dalam menerima dan mengolah informasi pada suatu saat, karena
sebagian energy dan perhatiannya adalah emosi tersebut. Seorang yang sedang
tertekan karena baru bertengkar dengan pacar dan mengalami kemacetan mungkin
akan mempersepsikan lelucin temannya sebagai penghinaan.
Impresi. Stimulus yang
salient/menonjol akan lebih dahulu mempengaruhi persepsi seseorang. Gambar yang
besar, warna yang kontras, atau suara yang keras akan lebih menarik seseorang
untuk memperhatikan dan menjadi focus dari persepsinya. Seseorang yang
memperkenalkan diri dengan sopan dan berpenampilan menarik akan lebih mudah
dipersepsikan secara positif, dan persepsi ini akan mempengaruhi bagaimana ia
dipandang selanjutnya.
konteks bisa secara sosial,
budaya atau lingkungan fisik. Konteks memberikan background yang sangat
menentukan bagaimana figure dipandang. fokus pada figure yang sama, tetapi
dalam ground yang berbeda, mungkin akan memberikan makna yang berbeda.
Selain sensasi dan persepsi, kita juga
mnegenal tentang atensi (perhatian). Atensi adalah pemusatan pikiran, dalam
bentuk yang jernih dan gamblang terhadap sejumlah objek stimulan atau
sekelompok pikiran. Pemusatan kesadaran adalah intisari atensi. Atensi
mengimplikasikan adanya pengabaian objek-objek lain agar sanggup menangani
objek-objek tertentu secara afektif. Secara umum atensi adalah upaya pemusatan
upaya mental pada peristiwa-peristiwa sensorik atau peristiwa-peristiwa mental.
Penelitian terhadap atensi mencangkup lima aspek utama, yaitu kapasitas
pemrosesan dan atensi selektif, tingkat rangsangan, pengendalian atensi,
kesadaran, dan neurosains kognitif. Atensi mencakup proses-proses sadar maupun
bawah sadar → proses sadar relatif lebih
mudah dipelajari, sementara proses bawah sadar lebih sulit karena tidak
disadari oleh individu. Kita lebih mudah mengingat informasi yang mendapatkan
atensi kita ketimbang informasi yang kita abaikan. Contohnya, kita mampu
mengingat informasi yang kita lihat di tv saat kita menyimak dengan seksama
(memberi antensi), sementara saat kita melakukan kegiatan lain sembari menonton
tv, atensi kita teralih dan kita tidak mampu mengingat informasi yang terdapat
di tv. Atensi yang disadari mengandung 3 tujuan bagi kognisi, yaitu:
·
Atensi
membantu pemonitoran interaksi-interaksi kita dengan lingkungan. Melalui
pemonitoran kita mempertahankan kesadaran tentang seberapa baiknya kita
beradaptasi dengan lingkungan kita. Contoh, saat kita berada dalam kelas, kita
memiliki kemampuan untuk bertahan duduk dan berperilaku berbeda seperti saat
kita sedang di tengah pesta. Hal itu terjadi karena kita memberi atensi pada
situasi dan interaksi kita di tengah lingkungan.
·
Atensi
membantu kita mengaitkan masa lalu (memori) dan masa kini (pencerapan),
memberikan kita pemahaman tentang kontinuitas pengalaman. Contoh, saat menonton
serial sinetron di tv, seseorang mampu mengaitkan cerita dari episode baru yang
sedang ia tonton dengan episode sebelumnya karena ia memberi atensi terhadap
sinetron tersebut.
·
Atensi
membantu kita mengntrol dan merencanakan tindakan-tindakan ke depan. Kita dapat
melakukannya berdasarkan informasi yang kita peroleh dari pemonitoran dan
pengaitan memori masa lalu dan pencerapan masa kini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar