BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Sebagian besar kegiatan manusia
berhubungan dengan memori (ingatan) manusia, seperti saat manusia selalu
mengingat semua yang terjadi, memori manusia berisi semua pengetahuan dari
urutan perilaku.
Manusia memilki memori yang
kemampuan dan kapasitas sangat besar, sehingga tak terhitungkan besarnya. Akan
tetapi tidak semua memanfaatkan kapasitas tersebut seoptimal mungkin dan lebih banyak
lagi yang memanfaatkan memori ini sekedarnya saja, sehingga banyak ruang-ruang
dalam memori seseorang yang tidak terisi bahkan tidak diisi serta tidak
diperlakukan dengan lebih baik karena berbagai faktor. Memori memiliki fungsi
yang penting bagi manusia. Jika kita lakukan aktivitas berpikir maupun menalar,
maka sebahagian besar kita menggunakan fakta dari memori atau ingatan kita.
Kita menggunakan konsep waktu dengan menghubung-hubungkan masa sekarang dengan
masa lalu serta membuat perencanaan untuk masa datang. Hal tersebut
dimungkinkan dengan adanya fasilitas fungsi memori kita yang kuat dan dapat
disesuaikan pada berbagai situasi. Oleh karena memori inilah manusia dapat
dikatakan makhluk bersejarah. Artinya makhluk yang tidak ditentukan oleh pengaruh
proses dari hal yang terjadi saat kini saja, tetapi berkembang dalam sejarah
masa lalunya yang masih dimilikinya dan sewaktu-waktu dapat dihidupkannya
kembali. Yang terakhir inilah yang dikatakan memori. Memori memungkinkan
seseorang melakukan tindakan yang berulang, menggunakan bahasa, menggunakan
informasi yang baru diterima melalui inderanya, mengidentifikasi dengan
menggunakan informasi yang pernah diterima dari pengalaman masa lalu.
Seperti yang kita ketahui bahwa
memori sangat penting dalam kehidupan manusia. Maka dari itu hendaknya kita
mempelajarinya agar kita dapat memaksimalkan fungsi memori kita dan memahami
sistem kerjanya.
- Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari
makalah ini adalah sebagai berikut.
1.
Apa itu memori dan perannya dalam kehidupan?
2.
Apa saja jenis memori dan bagaimana perbedaannya?
3.
Bagaimana cara kerja memori?
- Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini
adalah sebagai berikut.
1.
Untuk memahami hakikat memori serta perannya dalam kehidupan.
2.
Untuk memahami apa itu Short Term
Memory dan Long Term Memory serta perbedaan perannya.
3. Untuk
memahami bagaimana cara kerja memori baik STM maupun LTM.
BAB II
PEMBAHASAN
- Penelitian, Formasi dan Cara Kerja Memori
Memori
adalah elemen pokok dalam sebagian besar proses kognitif (Solso,
dkk., 2008). Statemen tersebut menjadi
alasan kuat kenapa memori menjadi suatu hal yang penting dalam proses
perkembangan kognitif manusia. Penelitian tentang memori tidak pernah berhenti
sampai akhir tahun 1900-an. Berbagai ilmuwan semakin memperbaiki satu teori
menuju teori selanjutnya.
James,
seorang ilmuwan, mengungkapkan beberapa statemen mengenai memori. Ia
beranggapan bahwa memori memiliki sifat dualistik, yaitu transitoris (sebagai
perantara) dan sifat permanen. James juga mengungkapkan tentang efek awal-akhir (primacy
and recentcy) dan efek Von Restroff. Efek awal-akhir (primacy and
recentcy) adalah, yaitu apabila ditunjukkan data pada seseorang maka item
yang pertama dan terakhir adalah item yang cenderung paling diingat. Sedangkan
efek Von Restroff adalah apabila dalam suatu data adanya item yang unik, maka
item unik tersebut adalah yang paling diingat.
Pada tahun 1968, Richard Attkinson dan Richard Shiffrin mengungkapkan
teori tentang memori dalam versi terbaru. Menurut Attkinson dan Shiffrin,
memori memiliki 3 area penyimpanan, yaitu register sensorik, penyimpanan jangka
pendek, dan penyimpanan jangka panjang.
Sebuah stimulus ditangkap
oleh alat indera kita kemudian dilanjutkan menuju ke otak ke memori jangka
pendek. Kemudian disimpan menuju memori jangka panjang yang nantinya akan
dimunculkan kembali. Sesuai dengan model yang dibuat oleh Atkinson dan
Shiffrin, pertama-tama kita merekam informasi yang ingin kita ingat melalui
alat indera kita (sensory memory). Setelah itu akan disalurkan dan dibawa
menuju short-term memory (STM). Memori yang muncul dalam STM dapat bertahan
apabila kita melakukan ‘latihan’ untuk mengingat informasi tersebut. Informasi
yang berada pada STM hanya akan bertahan sekitar 30 detik saja tanpa adanya
pengulangan, sehingga apabila tidak di-‘latih’ akan sangat mungkin bagi kita
untuk melupakan informasi tersebut. Hal
tersebut dikarenakan ingatan kita sebenarnya hanya mampu menangkap 4-7
informasi yang berbeda dalam satu waktu. Maka dari itu informasi lain yang
tidak diinginkan akan hilang dan atau ditransfer menuju long-term memory
(LTM).
Long-term memory (LTM)
merupakan tempat penyimpanan pada otak yang kekal, dimana disana tersimpan
semua pengetahuan, skill, dan pengalaman yang pernah kita alami.
Definisi mengenai STM dari
Atkinson dan Shiffrin dianggap tidak melingkupi semua proses yang berkembang
pada transformasi informasi dari STM ke LTM. Sehingga para psikolog pada masa
kini mengkaji kembali ide-ide tentang STM yang kemudian di-update
menjadi konsep yang lebih komprehensif, yaitu working memory. Working
memory melibatkan seluruh proses antara pengambilan informasi dari STM dan
transformasi penyimpanan pada LTM.
Adapun yang dinamakan memori
eksplisit dan memori implisit pada proses ini. Memori ekspilist adalah
keadaan dimana dengan sadar kita menyimpan sebuah informasi, contohnya yaitu
belajar, menghafal angka, dll. Sedangkan memori implisit adalah dimana
kita menyimpan informasi dalam keadaan tidak sadar. Seperti tiba-tiba kita
teringat hal-hal kecil dalam kejadian sehari-hari.
Secara umum, memori dapat diakses kembali
melalui 3 cara, yaitu :
1)
Recall : proses ini mendeskripsikan bagaimana kita
memanggil kembali informasi yang pernah kita ketahui. Proses ini dianalogikan
seperti saat kita melengkapi pernyataan yang memiliki kata-kata yang hilang.
2)
Recognition : proses saat dimana kita hanya butuh untuk
mengidentifikasi informasi yang disajikan bersamaan dengan informasi lain.
Proses ini dianalogikan seperti saat kita mengerjakan soal pilihan ganda.
3)
Relearning : proses mempelajari kembali hal-hal yang
telah disimpan beberapa waktu lalu. Contohnya saat belajar untuk ujian, kita
akan lebih mudah belajar dengan mengingat ulang kembali materi-materi yang
hampir dilupakan.
- Memori Jangka Pendek
1) Pengertian memori
Santrock dalam bukunya menjelaskan memori adalah unsur
perkembangan kognitif, yang memuat seluruh situasi yang ada didalamnya individu
menyimpan informasi yang diterima sepanjang waktu. Oleh karena itu para psikologi berpendapat bahwa memori inilah yang
memberikan kepada manusia rasa kesatuan yang menjadi pendapat setiap manusia,
karna pada saat itu manusia berpikir tentang artinya manusia.
2) Memori jangka pendek.
Kita sering berpikir
tentang memori, kita selalu membayangkan suatu tempat penyimpanan yang berisi
informasi atau pengetahuan. Terdapat dua penyimpanan di dalam memori kita yakni
memori jangka panjang atau LTM dan memori jangka pendek atau STM. Memori jangka
pendek atau disebut STM memiliki peranan penting dalam proses memori,
karateristik dari STM adalah penyimpanannya yang terbatas diimbangi oleh
kapasitas pemrosesan yang juga terbatas dan terdapat pertukaran konstan antara
kapasitas penyimpanan dan kemampuan pemrosesan. Teknik Brown paterson
mendemonstrasikan bahwa kapasitas kita untuk menyimpan informasi dalam suatu area
penyimpanan, sementara sifat sangat terbatas dan rentan terhadap memudarnya
informasi dengan cepat jikalau tidak memiliki kesempatan mengulang informasi
tersebut. Adapun gagasan yang mendukung keberadaan dua penyimpanan memori dapat dirangkum:
a) Pengamatan
sehari-hari menunjukkan bahwa sejumlah hal di ingat selama sesaat sedangkan hal
hal lain di ingat dalam jangka waktu yang lama.
b) Eksperimen
eksperimen psikologis menunjukkan bahwa pengambilan sejumlah informasi dalam
memori adalah karateristik kinerja memori jangka pendek. Sedangkan pengambilan
sejumlah informasi yang lain adalah karateristik kinerja memori jangka panjang,
misalnya terkait data awal dan akhir
c) Studi-studi
fisologis menunjukkan bahwa
kinerja memori jangka pendek dapat mengalami hambatan, sedangkan kinerja memori
jangka panjang tampak tetap stabil.
3) Dukungan neurosains kognitif
Penemuan penemuan
neuorofisiologis menunjukkan bahwa kedua penyimpanan memori yang berbeda
tersebut memiliki letak tertentu dalam struktur otak manusia. Struktur memori
manusia yang paling penting adalah lobus temporal dan hipokampus. Secara khusus
hipokampus adalah sebuah tempat penyimpanan sementara bagi LTM, yang memproses
informasi awal dan memindahkan informasi informasi tersebutke korteks serebral
sebagai tempat penyimpanan
yang lebih permanen.
4) Model memori kerja
Formulasi teknik Brown dalam mengkur kapasitas STM beserta
kasus H.M memperkuat konsep STM sebagai sistem memori yang mandiri. STM tidak
hanya dianggap terpisah dari LTM , namun konsep STM juga memiliki landasan
fisiologis yang ditegaskan oleh studi studi neurologis terhadap pasien yang
mengalami kerusakan otak.
Memori
kerja (working memory) didefinisikan secara konseptual sebagai
suatu tipe kerja yang secara konstan mengubah, mengkombinasikan dan memperbarui
informasi baru ataupun lama. Model memori kerja menyanggah pandangan bahwa STM
hanyalah sekedar “kotak” dikepala dan konsep memori kerja juga menyanggah
gagasan bahwa kapasitas STM terbatah hanya pada tujuh item. Baddley menyatakan
bahwa rentang memori ditentukan oleh kecepatan kita mengulang informasi.
Intisari dari gagasan Baddely adalah bahwa kita dapat melakukan pengulangan hanya sejumlah informasi yang
terbatas dalam putaran fonologis (phonological loop), dan satu satunya
determinan adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengucapkan kata-kata tersebut
secara lisan. Komponen kedua dalam memori kerja adalah “alas sketsa visuospasial
(visuospatial sketchpad) yang memiliki kemiripan dengan putaran
fonologis namun berperan mengendalikan kinerja visual dan spasisal. Eksekutif
sentral (central executive) berperan layaknya seorang penyelia yang
menentukan topik topik yang seharusnya diabaikan dan apa yang harus dilakukan
apabila sistem mengalami masalah. Tidak lamasetelah model memori kerja
diperkenalkan, para peneliti mengungkapkan lebih banyak informasi mengenai
putaran fonoligis, visuopital dan hakikat eksekutif sentral menggunakan standar
pengukuran dalam ilmu psikologi. Cabeza dan Nyberg (1997) menemukan bahwa
putaran fonologis memiliki kaitan aktivasi bilateral pada lobus frontal dan
parietal, alas sketsa visuospital mengaktifkan area area yang berbeda dalam
korteks. Penahan episodik adalah suatu sistem berkapasitas terbatas yang
menggabungkan informasi dari LTM, dari alas sketsa visuopasial, serta dari putaran
fonologis kedalam eksekutif sentral.
5) Kapasitas STM
STM (short term
memory). Menurut miller dalam catatan resmi paling awal tentang keterbatasan
STM ditemukan pada pengamatan Sir william Hamilton, seorang filsuf abad ke-19,
yang mengatakan: “jika anda melemparkan segenggam kelereng ke lantai, Anda
paling-paling hanya mampu mengamati, secara sekaligus, enam atau paling banyak
tujuh paling banyak tanpa rasa bingung.”
Miller menyusun hipotesis bahwa kapasitas kita untuk memproses
informasi memiliki batas sekitar tujuh unit, dalam hipotesis miller,
ketebatasan-keterbatasan tersebut diakibatkan oleh adanya sejumlah mekanisme
yang bersifat mendasar dan umum, mekanisme ini selanjutnya dikenal sebagai STM.
Chunking
George
Miller (1956), chunking adalah alat mengingat yang kuat yang sangat
meningkatkan jumlah informasi yang dapat diandalkan dalam memori jangka pendek.
Menghafal nomor telepon adalah salah satu contoh yang sering digunakan dalam
penggunaan chunking, biasanya kita membagi no tersebut kedalam 3 atau 4 bagian,
sehingga dengan demikian kita akan dapat mudah mengingat dan menghafal nomor
tresebut. Chunking juga dapat sangat berguna ketika anda mencoba untuk
menghafal sejumlah besar informasi, seperti urutan nomor atau daftar kata.
Proses chunking adalah suatu proses yg penting karena menjelaskan fenomena STM
yang mampu memproses sejumlah besar informasi tanpa menyebabkan “kemacetan”
dalam rangkaian pemrosesan informasi.
6)
Penyandian Informasi dalam STM
Informasi
yang tersimpan dalam STM dapat berupa informasi auditori, visual, dan semantik. Sandi auditorik merupakan sandi yang
paling dominan dari STM, yakni partisipan mendapatkan informasi dengan
pendengaran, sandi visual yaitu partisipan mendapatkan informasi dengan
penglihatan. Sandi sematik yaitu sandi yang berhubungan dengan makna.
7)
Pengambilan informasi dari STM
Di era modern
pemrosesan informasi sangat di pengaruhi oleh sebuah teknik ekperimental yang
di kembangkan oleh Saul Sternberg. Teknik ini melibatkan sebuah tugas
pemindaian serial yang didalamnya pertisipan mendapatkan stimuli berupa
serangkaian item, misalnya angka, dengan jeda 1,2 detik setiap item.
Diasumsikan bahwa item-item tersebut disimpan dalam STM partisipan. Setelah
partisipan menghapalkan daftar, ia menekan sebuah tombol untuk memunculkan
sebuah angka yang ada (atau yang tidak ada) dalam daftar yang telah
dilihat sebelumnya. Tugas partisipan adalah membandingkan angka tersebut dengan
daftar yang telah diingatnya dan menjawab apakah angka tersebut memang ada
didaftar atau tidak. Setiap tugas berisi daftar yang berbeda. para peneliti
mengubah-ubah ukuran daftar sesuai kapasitas STM yaitu dari satu hingga enam
angka. Pada dasarnya, tugas ini mengharuskan partisipan mencari
angka-angka dalam suatu daftar untuk menemukan jawaban yang tepat. Pencarian seperti ini dapat berhenti dengan
sendirinya saat partisipan telah menemukan angka tersebut dan memberikan
jawaban, sebaliknya partisipan mungkin melakukan pencarian menyeluruh terhadap
daftar di memori sebelum melaporkan jawabannya, terlepas ia menemuka angka itu
atau tidak.
- Memori Jangka Panjang
1)
Lokalisasi dan
Distribusi LTM
Studi-studi
masa kini yang mempelajari memori dalam kaitannya dengan neurosains kognitif
cenderung bersifat terus terang (straightforward). Studi-studi tersebut melibatkan
penentuan letak (plotting) fungsi-fungsi kognitif dalam topografi otak,
melibatkan pelacakan jejak-jejak memori (memory traces) dan pengidentifikasian
perubahan-perubahan neural di otak yang terasosiasi dengan pembentukan dan
perubahan memori (Solso, Maclin, & Maclin,
2008).
Lokasi
tempat memori disimpan adalah di seluruh bagian otak, meskipun juga berpusat di
bagian-bagian tertentu. Studi-studi PET menunjuka bahwa area frontal di
otak banyak terlibat dalam pemrosesan
informasi dimana kinerja memori bersifat spesifik (Craik dalam Solso, dkk., 2008). Sebagaimana diketahui dari studi
pasien yang menderita kerusakan otak bagian frontal tersebut, bahwa
hippocampus, cortex, dan thalamus merupakan bagian yang esensial dari memori
jangka panjang. Memori jangka panjang yang permanen nampaknya tersimpan dan
diproses dalam cerebral cortex. Informasi dari mata dan telinga dilewatkan ke
visual cortex dan auditory cortex, dan nampaknya memori jangka panjang yang
bertipe visual dan auditori juga disimpan di sekitar lokasi tersebut. Informasi
yang awalnya berada di sistem memori jangka pendek melalui proses pengulangan
kemudian berpindah ke sistem memori jangka panjang. Selanjutnya setelah berada
di sistem, meori jangka panjang informasi tersebut dapat diperoleh kembali
melalui strategi tertentu atau informasi tersebut terlupakan (gagal diperoleh
kembali) karena adanya kekurangan dalam sistem pengarsipannya (Estem, 2008)
Beberapa region otak memiliki fungsi
penting dalam pembentukan memori. Region-region tersebut meliputi hipokampus
dan korteks (yang berbatasan dengan hipokampus), serta thalamus. Pentingnya
region tersebut ditunjukkan oleh studi-studi terhadap pasien-pasien klinis yang
mengalami kerusakan pada area-area tersebut. Hipokampus sendiri bukanlah merupakan
penyimpanan memori jangka panjang yang permanen. Informasi sensorik dikirimkan
ke region-region otak yang spesifik misalnya informasi dari mata dan telinga
dikirimkan ke korteks visual dan korteks auditorik secara berturut-turut. Jadi
sekalipun model-model memori menampilkan memori sebagai kotak, kenyataannya
memori tersebar di seluruh otak. Memori adalah suatu proses yang aktif yang
melibatkan sejumlah besar area di otak dan sejumlah area memiliki fungsi lebih
dominan dibandingkan area lain. (Solso, dkk.,
2008)
2)
Kapasitas Memori
Tentunya
tidak terpikirkan seberapa memori kita mampu mengingat begitu banyak hal.
Apalagi membayangkan kapasitas dan durasi informasi yang tersimpan dalam LTM.
Jaman modern seperti sekarang ini pasti sudah banyak orang mengetahui komputer
dimana penyimpanannya sangat tidak terbatas, namun tidak bisa dibandingkan
dengan otak manusia yang mampu menyimpan informasi yang mendetail dalam jangka
waktu lama. Otak manusia adalah struktur yang sedemikian kecilnya (Solso, dkk., 2008). Terdapat sebuah
penelitian oleh Shepard (1967) yang menunjukkan kemampuan manusia mengenali
gambar setelah periode waktu yang sangat lama. Disini partisipan memiliki tugas
rekognisi memori selama 3 hari, 7 hari, dan 120 hari. Dukungan lebih lanjut
terhadap kapasitas LTM ditemukan oleh Standing Conezio dan Haber (1970).
ü Analisis
teoritik tentang kepakaran
Chase dan Ericsson (1982) dalam Solso menjelaskan tiga prinsip kinerja memori
a)
Mnemonic encoding principle (prinsip penyandian mnemonic)
Menyatakan bahwa para pakar menyandikan informasi berdasarkan basis pengetahuan
yang luas, yang dimiliki para pakar tersebut.
b)
Retrieval structure principle (prinsip struktur
pengambilan informasi) Menyatakan bahwa para pakar menggunankan pengetahuan
mereka tentang suatu objek untuk mengembangkan mekanisme yang sangat
terspesialisasi dan abstrak yang secara sistematik menyandikan dan
mengembangkan pola-pola yang bermakna dari LTM.
c)
Speed-up principle (prinsip percepatan) Menyatakan bahwa
latihan akan meningkatkan kecepatan para pakar dalam mengenali dan menyandikan
pola-pola. (Solso, dkk., 2008)
Salah satu unsur yang sering kali
terabaikan dalam diskusi tentang para pakar adalah latihan (practice), yang
merupakan tema yang dianalisis secara mendetail oleh Ericsson, Krampe, dan
Tesch-RÓ§mer (1993). Seperti kata pepatah “practice makes perfect” hal ini menunjukkan bahwa meskipun sederhana latihan
tersebut, latihan yang “cerdas” dengan alokasi waktu yang teratur adalah jenis latihan
yang berhubungan positif dengan kepakaran.
3)
Durasi LTM
Sejumlah
penelitian mendukung adanya memori jangka sangat panjang atau very long-term
memory (VLTM). Studi ini dilakukan oleh Bahrick dan Wittlinger (1975). Mereka
melakukan studi cross-sectional dengan memberikan tugas isyarat-gambar
(picture-cueing task) dalam tugas itu para partisipan diminta mengingat nama
seorang rekan mereka berdasarkan gambarnya. Data yang dihimpun Bahrick dan
rekan-rekannya mendukung bahwa VLTM memang ada dan bertahan dalam jangka waktu
yang sangat lama. Selain itu, stabilitas rekognisi memori dalam jangka waktu
selama itu sungguh mengejutkan. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat penyandian
awal (pada saat peristiwa tersebut terjadi) dan distribusi rehearsal
(pengulangan).
Dalam
studi lain oleh Bahrick yang menguji memori tentang bahasa Spanyol yang
dipelajari lima puluh tahun sebelumnya. Meliputi tes pemahaman bacaan, tes
mengingat (recall) dan tes rekognisi terkait perbendaharaan kata (vocabulary),
tata bahasa (grammar), dan idiom-idiom. Dan didapat kemampuan berbahasa Spanyol
tersebut masih tetap eksis (dan berguna) setelah 50 tahun. Memori yang
“permanen tersebut” disebut Bahrick sebagai permastore dan diasumsikan bahwa
memori tentang Spanyol (dan bahasa-bahasa asing lain) dapat eksis untuk jangka
waktu yang lama.
a) VLTM dan
Psikologi Kognitif
Penelitian Conway, Cohen, dan Stanhope (1991) berjudul
“On the Very Long-Term Retention of Knowledge Acquired Through Formal
Education: Twelve Years of Cognitive Psychology” yang meneliti tentang ingatan
para mantan mahasiswa yang pernah belajar psikologi kognitif. Retensi nama
menunjukkan penurunan yang sedikit lebih dibandingkan pengingatan (recall) dan
rekognisi konsep. Data tersebut konsisten dengan eksperimen penting Bahrick
dkk, yakni bahwa sebagai suatu bentuk informasi, VLTM- baik berupa memori
tentang kawan-kawan masa kecil maupun berupa dikotomi STM/LTM- menurun dengan
cepat pada awalnya kemudian menjadi stabil selama bertahun-tahun. Hal ini
menunjukan bahwa konsep lebih lama diingat dibandingkan nama.
b) Memori tentang
gambar
Shepard (1967) menunjukan demonstrasi tentang kemampuan
manusia dalam mengenali gambar. Para peserta diminta melihat gambar-gambar yang
ditampilkan di sebuah layar. Lalu setelah beberapa saat mereka kembali
ditunjukan gambar-gambar yang sebagian isinya merupakan pengulangan dari gambar
sebelumnya dan mereka diminta menunjukan mana gambar yang sudah pernah mereka
lihat sebelumnya. Persentase kebenaran dari tes ini cukup tinggi, lalu para
partisipan kembali melihat gambar-gambar dengan pengulangan kembali yang berjarak
3 hari, 7 hari, dan 120 hari. Hasilnya, penurunan skor mereka rata-rata
terjadio setelah 4 bulan. Hal ini dikarenakan memori tentang gambar disandikan
dalam sistem memori jangka panjang partisipan dan adanya intervensi
gambar-gambar baru yang membingungkan.
c) Memori
otobiografis
Merupakan memori yang dimiliki seseorang tentang masa
lalunya. Memori ini banyak dibahas karena berkaitan dengan individu yang
bersangkutanm serta seluruh sejarah hidupnya yang unik. Memori otobiografis
juga dapat memberitahu kita berbagai hal mengenai kepribadian dan konsep diri
orang yang bersangkutan. Isi memori pribadi kita menyerupai semacam penyimpanan
selektif yang berisi memori-memori yang penting atau aneh. Memori otobiografis
pada umumnya sangat akurat dan detail namun biasanya orang yang bersangkutan
masih membutuhkan memori orang lain di sekitarnya untuk memperkuat suatu
kejadian. Namun memori otobiografis juga dapat memudar seiring berjalannya
waktu, dan kemampuan mengambil item memori tersebut memudar dalam kecepatan
yang stabil (Solso, dkk., 2008).
Kecepatan kelupaan
berbentuk linier. Linton membagi kelupaan menjadi dua jenis, yang pertama
terkait dengan peristiwa serupa yang sering terjadi sehingga tumpang tindih.
Yang kedua terkait dengan kejadian yang memang dilupakan secara alamiah. Tidak
ditemukan hubungan antara pentinya dan seberapa emosionalitas memori dengan
kemudahan memori tersebut diingat (Solso, dkk.,
2008).
4)
Penyimpanan LTM
Sebuah penjelasan tentang
bagaimana memori jangka panjang dibentuk dan disimpan, ditemukan dalam karya
Donald Hebb yang menjadi klasik. Versi sederhana dari gagasan Hebb tentang LTM
menyatakan bahwa informasi dari STM akan dikirim ke LTM apabila diulang-ulang
(rehearsed) di STM dalam jangka waktu yang cukup lama. Transformasi informasi
dari STM ke LTM terjadi karena struktur STM diotak memiliki sirkuit yang
berisikan aktivitas-aktivitas neural yang bergema (reverberating), yang
memiliki neuron-neuron yang mampu bergerak dalam putaran (loop) secara mandiri.
Manaka sirkuit tersebut tetap aktif selama satu periode tertentu, terjadilah
perubahan kimiawi dan/atau perubahan structural, dan memori akan disimpan
secara permanen dalam LTM. Jika informasi tersebut dikombinasikan dengan
memori-memori lain yang bermakna, terjadilah peningkatan memoribilitas
(kemudahan memori untuk diingat).
Sejumlah pengalaman lebih mudah
diingat dibandingkan pengalaman lain. Sebagai contoh, pengalaman-pengalaman
yang menyenangkan, yang melibatkan ego, atau yang bersifat traumatic, tampaknya
bertahan lama dimemori dibandingkan memori yang mengenai kuliah yang rumit.
Penelitian terhadap hewan menunjukan peran peningkatan kadar glukosa terhadap
pembentukan memori. Lebih lanjut lagi ketika peristiwa menyenangkan terjadi,
medulla adrenal meningkatkan sekresi epinephrine (adrenaline) kedalam darah
sehingga meningkatkan konsolidasi memori (Megaugh,1990). Diyakini bahwa
epinephrine tidak secara langsung menstimulasi sinapsis-sinapsis otak,
melainkan mengubah jadangan glikogen menjadi glukosa sehingga meningkatkan
kadar glukosa dalam darah, yang menjadi nurisi dalam otak. Sejumlah penelitial
eksperimental telah mendukung gagasan bahwa penyunting glukosa seketika setelah
proses belajar akan meningkatkan memori tentang materi yang dipelajari
(Gold,1987; Hall & Gold, 1990)
a) Sandi
Dalam LTM, informasi sidandikan
secara akustik, secara visual, dan secara semantic. Hakikat ketiga jenis sandi
(codes) dalam LTM tersebut dapat diilustrasikan dengan mudah. Sebgian besar
dari kita pernah mengalami kondisi ti of the tongue (TOT): di ujung lidan)
(Brown,1991,Schwartz, 1999), yakni kondisi saat Anda mengingat sejumlah aspek
dari item tertentu, namun melupakan indetitas utama item yang bersangkutan.
Dalam kondisi TOT, Anda mampu mengingat atribut-atribut item yang bersangkutan,
namun nama item itu sendiri seolah berada diluar jangkauan Anda. Sebagai
contoh, pada suatu saat kami sedang mengendarai motor menuju ke kampus, dan
percapakan yang berlangsung diantara kami sempat tersendat saat kami mencoba
mengingat nama sebuah jenis minuman ringan (diet soda). Kami tida mampu
mengingat nma minuman tersebut, dan hal tersebut segera menjadi hal
perbincangan kami.
b) Level pemrosesan
Sebagaimana telah kami
nyatakan, hal-hal yang bemakna akan disimpan dalam memori, namun hal tersebut
menimbulkan pertanyaan: Bagaimana otak mengenali bahwa informasi adalah sebuah
informasi yang syarat makna? Otak dapat menggunakan metode heuristic (metode
yang menutun pada penemuan sesuatu, atau penyelidikan sesuatu, sehingga
penyembabkan perumusan-perumusan pikiran-pikiran atau kesimpulan baru).
Penelitian Craik dan Lockhart
(1972) terhadap level pemrosesan (level of processing) menyertakan gagasan umum
bahwa informasi yang diterima oleh indera harus menjalani serangkaian analisis
yang diawali dengan analisis sensorik dangkal dan dilanjutkan oleh
analisis-analisis yang semakin dalam, semakin rumit,semakin abstrak,dan semakin
bersifat semantic.
Dalam pandangan Craik dan
Lockhart, isu yang signifikan adalah bahwa kita mampu menganalisis atau
mempersepsi informasi pada level yang rumit, yang penuh makna (meaningful)
sebelum kita menganalisis informasi tersebut pada level yang primitive.
Gagasan bahwa kita dapat
menganalisis informasi pada level yang lebih dalam sebelum pada level yang
lebih dangkal menyebabkan timbulnya keraguan-keraguan besara terhadap teori
asli yang menyatakan keberadaan sejumlah level pemrosesan. Jika seluruh tipe
pemrosesan dapat menerima stimulus (yang sma), akibatnya teori mengenai
keberadaan sejumlah level dapat digantikan oleh subuah sistem yang melenyapkan
konsep “sejumlah level” atau “sejumlah krdalaman pemrosesan” namun tetap
memepertahankan beberapa gagasan Craik dan Lockhart mengenai pengulangan
(rechearsal) dan mengenai pembentukan jejak-jejak memori
c) Level Pemrosesan versus
Pemrosesan informasi
Model-model memori yang
menggunakan konsep ppemrosesan informasi pada umumnya menekankan
kompenen-kompenen structural (seperti penyiman sensorik, STM, dan LTM) yang
berhubungan dengan pemrosesan (sperti atensi,penyandian,pengulangan,
transformasi informasi. Model memori dengan konsep pemrosesan informasi
menekankan keberadaan serangkaian terhadap yang didalamnya informasi dipindah
dan diproses, sedangkan pandangan alternative Craik dan Lockhart (yakni level
pemrosesan) menyatakan bahwa jejak-jejak memori dibentuk sebagai produk
sampingan dari pemrosesan perceptual.
d) Efek Referensi Diri
Konsep level pemrosesan
mengalami kemajuan pesat ketika Rogers, kuiper, dan kirker (1977) menemukan
bahwa referensi diri (self-reference)
merupakan sebuah faktor yang kuat. Dengan menggunakan suatu metode yang
menyerupai metode craik dan Tulving (1975), para peneliti meminta
partisipasipan untuk mengevaluasi sebuah daftar yang berisi 40 kata sifat
(adjective) setelah para partisipan tersebut dibagi dalam empat kelompok tugas
(empat kondisi perlakuan): tugas structural,fonemik, semantic, dan refensi
sendiri.
5)
Jenis-Jenis Memori
Secara umum kita dapat
menganalogikan LTM sebagai suatu tempat penyimpanan (repository) segala hal
memori yang pada saat itu tidak sedang digunakan namun memiliki makna yang
penting dan dapat diambil kembali (retrievable). Sejumlah kategori umum dari
jenis informasi yang disimpan dalam LTM (Bower,1975) disusun berdasarkan
kemungkinan fungsi adaptifinya.
•Kemampuan spasial. Informasi
mengenai lokasi kita didunia dan objek-objek yang penting. Pengetahuan ini
memungkinkan kita melakukan pergerakan maneuver efektif dilingkukngan kita.
•Karakteristik-karakteristik
Fisik Dunia Sekeliling Kita. Informasi ini memungkinkan kita berinteraksi
secara aman dengan objek-objek yang kita jumpai.
•Hubungan Sosial. Penting untuk
mengetahui siapa kawan kita, siapa kerabat kita, dan siapa oramg yang dapat
kita percayai. Mengenai siapa musuh kita itu lebih pentung.
•Nilai-nilai Sosial.
Peengetahuan mengenai apa yang dianggap penting oleh kelompok kita.
•Keteramoilan-keteramoilan
motorik. Penggunaan alat, pemanipulasi objek.
•Keterampilan-keterampialn
perseptuail. Memungkinkan kita memahami stimuli dalam lingkungan kita, mulai
dari bhasa hingga music.
Sebagaimana telah kita
diskusikan sebelumnya, sistem memori kita tidak hanya menyimpaninformasi,
melainkan juga memproses dan mengarahkan informasi. Tergantung jenis informasi,
atau drajat kepentingan, skema organisasi yang berbeda-beda akan dilibatkan
dalam LTM . anda dapat mengamati bahwa LTM dapat dibagi menjadi memori ekspilit
(deklaratif) dan memori implicit (nondeklaratif). Memori eksplisit
diorganisasikan lagi menjadi memori episodic dan memori semantic. Memori
implicit dibagi menjadi memori procedural dan memori emosional. Terdapat pula sejumlah
subtype dalam kategori memori implicit dan memori eksplisit tersebut.
Memori eksplisit (exposit memory) terutama mengendalikan
pengembalian (retrieval) pengalaman-pengalaman sadar dan menggunakan i
syarat(cue) berupa rekognisi dan tugas-tugas recall. Memori implicit (implicit
memory), sebaliknya diekspresikan dalm bentuk mempermudah kinerja dan tidak
memerlukan kinerja dan tidak memerlukan rekoleksi yang sadar.
Memori Otobiografis
Isi LTM bukanlah menyerupai
suatu gudang yang menyimpan segala sesuatu yang kita alami. LTM memiliki suatu
fungsi kendali, yakni tempat informasi yang relevan dan bermakna mendapat
perhatian khusus. Memori otobiografis adalah memori yang dimiliki oleh seorang
individu mengenai masa lalunya. Meskipun memori pribadi telah menjadi minat
sebagian orang awam, sesungguhnya memori pribadi juga menjadi subjek sebuah
penelitian psikologis.
Memori otobiografis pada
umumnya memiliki kekuratan tinggi (bahkan sempurna). Pada umumnya, memori
biografis berisi informasi terkait emosi, deskripsi-diri,peristiwa-peristiwa
khusus, dan sejarah kehidupan sesorang yang bersangkutan.
e) Memori Episodik dan Memori
Semantik
Tulving (1972,1986a,1989b,
1993) mengklasifikasikan memori kedalam dua jenis: memori episodic dan memori
semantic. Klasivikasi Tulving kita anggap penting sebab kita amsusikan bahwa
suatu kondisi memori tunggal eksis dalm LTM.
Memori Episodik adalah suatu
“sistem memori neurokognitif yang memungkinkan seorang mengingat
peristiwa-peristiwa pada masa lalunya”. (Tulving,1993,hal 67). Artinya memori
pengalaman-pengalaman khusus (misalnya melihat pemandangan indah, merasakan
pegangan tangan) membentuk memori episodic. Peristiwa tersebut disimpan
sebagai” referansi otobiografis”. Memori episodic tidak memiliki struktur
formal sebagaimana yang didapati dalam memori simantik.
Memori semantic adalah memori
mengenai kata, konsep, peraturan, dan ide-ide abstrak: memori ini penting bagi
penggunaaan bahasa. Dalam kata-kata Tulving :
Memori semantic adalah sebuah
kamus mental, sebuah pengetahuan tetorganisasi yang dimiliki seseorang,
mengenai kata-kata dan symbol verbal lainnya, makna dan acuanya;mengenai
hubungan antara symbol-simbol dan verbal tersebut berserta peraturan-peraturan,
rumus dan algoritma yang digunakan pemanipulasian terhadap symbol-simbol,
konsep-konsep dan hubungan-hubungan tersebut. Memori semantic tidak mencakup
karakteristik-karakteristik perceptual dari input, namun mencakup referensi
kognitif dari sinya-sinyal input. (hal 217).
Memori semantic dan memori
episodic berbeda tida hanya dalam isinya, namun juga dalam keterangnanya
terhadap kelupaan. Informasi dalam memori episodic lenyap dengan cepat seiring
masuknya informasi baru secara konstan. Meskipun demikian pengetahuan yang
diperlukan untuk mengalikan 5 x 3 (yakni memori simantik) lebih “kebal”
terhadap kelupaan. Memori episodic diaktifkan lebih sering (dan akibatnya,
lebih sering menglami perunbahan), sedangkan memori semantic tidak diaktifkan
sesering memori episodic dan kondisinya relative stlabil seiring berlalunya
waktu.
Tulving berpendapat bahwa
sistem memori yang baik menggambarkan kompleksitas dan adaptibilitas manusia
adalah sistem klasifikasi yang terdiri dari tiga bagian : memori procedural,
memori semantic, dan memori episodic. Ketiga sistem tersebut dianggap bersifat
monohirarkis. Artinya, dalam sistem yang paling rendah, memori procedural
mencakup sistem berikutnya, yakni memori semantic sebagai suatu entitas
tunggal, sementara memori semantic mencakup memori episodic sebagai suatu
subsistem tunggal yang terspesialisasi. Meskipun setiap sistem memiliki
kemampuan yang unik.
Memori Prosedural, sebgai
bentuk memori terendah, mempertahankan hubungan-hubungan antara stimulus dan
respondan dapat disertakan dengan memori asosiatif sebagaimana yang disebutkan Oakley (1981).Memori semantic
memiliki kemampuan tambahan berupa mempresentasikan peristiwa internal
yang tidak ada saat kejadian,sementara
memori episodic memungkinkan adanya suatu kemampuan tambahan berupa kemampuan
memperoleh (dan mempertahankan) pengetahuan mengenai peristiwa yang dialami
secara pribadi.
6)
Dukungan
Neurosains
Bukti-bukti yang mendukung keberadaan
memori semantic dan memori episodic didemostrasikan secara dramatis oleh
Tulving, yang menyajikan dokumentasi fisikal mengenai sistem-sistem memori.
Terdapa dua jenis studi yang telah dilaporkan. Dalam sebuah studi, tulving
mendeskripsikan subuah studi khusus yang mengenai seseorang pria bernama
“K.C.,” yang mengalami cedera otak akibat kecelakaan frontal-parietal kiri
dalam otak K.C. studi kedua yang dilaporkan Tulving berkaitan dengan studi
pencitraan.
Studi
kedua mengindikasikan letak lokus (pusat) kortikal dari memori semantic dan
memori episodic, yakni melalui pengukuran terhadap aliran darah serebral
regional. Melalui pengukuran terhadap aliran darah dalam konteks (yang
diinterpretasikan sebagai indikasi adanya aktivitas moral yang terpusat dengan
menggunakan suatu prosedur pencitraan PET yang telah dimodifikasikan para
peneliti dapat menyusun sutu peta kortikal otak selama berlangsungnya proses
memori yang berbeda-beda. Ketika seseorang terlibat dalam aktivitas-aktivitas
memori semantic, sebagai contoh, region-region tertentu diotak akan “menyala,
sedangkan aktivitas-aktivitas episodic menyebabkan pengaktifan area lain dalam korteks.
Melalui
tenik-teknik mutrakhir. Para peneliti semakin memahami struktur arsitektual
otak manusia. Sebuah hal yang bahkan lebih menarik lagibagi para psikologi
kognitif adalah penemuan
karakteristik-karakteristik fungsional otak; hubungan internal antara
karakteristik tersebut, dan hubungan karakteristik dengan
memori,persepsi,emosi,bahasa, dan proses kognitif yang lain. Sebagai hasil dari
penemuan-penemuan tersebut, para psikolog mampu menyusun mengenai keberadaan
dua jeneis memori; memori jangka pendek dan memori jangka panjang. Sejumlah
data-data penelitian psikologi mendukung gagasan tersebut, namun pada masa kini
bukti-bukti tersebut ditambah dengan adanya bukti-bukti fisiologis berdasarkan
karakteristik structural dan karakteristik pemrosesan informasi di otak.
Sebagai
kesimpulan meskipun masih banyak hal yang perlu dipelajari lebih lanjut
mengenai hakikat neurobiologist pada memori, sesungguhnya kita telah mengetahui
sejumlah hal yang penting. Stimuli fisik dari dunia eksternal, seperti energy
cahaya dan energy suara, dideteksi oleh sistem sensorik, ditransduksikan
menjadi implus-implus saraf, dan ditransmisikan keotak. Di otak impuls-impuls
tersebut awalnya dianalisis dan secara serempak dikirimkan ke pusat-pusat
pengolahan informasi seperti hipokampus, yang salah satu fungsinya adalah
mengenali makna emosional dalam emosi.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
1.
Memori adalah
elemen pokok sebagian proses kognitif. Adapun peran memori dalam kehidupan
sehari-hari adalah untuk menyimpan informasi yang diterima oleh manusia
2.
Memori di bagi
menjadi dua yakni memori jangka panjang (long trem memory) dan memori jangka
pendek( short term memory).
3.
Memori jangka
pendek bersifat terbatas baik dalam kapasitas maupun durasi akan hilang dalam
waktu 20-30 detik jika tidak di ulang ulang. Sedangkan memori jangka panjang
memiliki kapasitas yang tidak terbatas dan dapat menahan informasi dalam jangka
waktu yang lebih lama, namun sering kali memerlukan usaha yang keras agar dapat
memasukkan informasi ke memori ini
- Saran
Semoga ada perbaikan dikemudian hari
DAFTAR PUSTAKA
Estem, M. B. (2008). Struktur dan Proses
Memori. XVI(Psikologi Kognitif), 74-75.
Solso, R. L., Maclin, O. H., &
Maclin, M. K. (2008). Psikologi Kognitif. Jakarta: Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar