|
Artikel Kelupaan dan Mengingat
A. Teori-teori
Kelupaan
Mengapa kelupaan dapaat terjadi? Apakah suatu
informasi benar-benar memasuki otak kita? Beberapa teori kelupaan diantaranya
adalah kegagalan penyandian (failure to encode), yakni
ketidakmampuan mengingat informasi akibat informasi tersebut tidak memasui otak
melalui reseptor-reseptor sensorik karena pengaruh sistem atensi. Kegagalan ini
disebabkan karena gagal memasukkan materi ke LTM, informasi tidak benar-benar
masuk ke memori, dan faktor stress. Berdasarkan hukum Yerkes-Dodson, tingkat
arousal yang sangat rendah atau sangat tinggi menghambat kinerja memoridan
proses-proses kognitif yang lain.
Gambar 1. Proses Memori Dasar
Kegagalan konsolidasi (consolidation
failure)
adalah hilangnya memori akibat gangguan organik yang terjadi saat pembentukan
jejak memori (memory trace) yang berakibat pada terbentuknya memori yang
tidak sempurna yang dirasakan sebagai kelupaan. Dalam kegagalan konsolidasi,
STM berjalan dengan normal namun gangguan terjadi pada proses perpindahan
informasi dari STM ke LTM.
Gambar 2. Tingkat Arousal atau Stres
Amnesia
adalah kelupaan akibat adanya problem di otak. Amnesia dapat disebabkan oleh
penyakit seperti Alzheimer dan sindrom Korsakoff dan oleh cedera traumatik di
otak (traumatic brain injury). Penyakit Alzheimer menyebabkan
problem-problem memori akibat molekul protein yang melekat secara berlebihan di
glumatate yang menghambat glumatate sebagai pengaktif proses memori di otak.
Sedangkan sindrom Korsakoff menyebabkan problem-problem memori sebagai akibat
dari defisiensi serius Vitamin B1. Penderita sindrom ini sering
melakukan konfabulasi (confabulate), yakni membentuk
detail-detail yang hilang (yang tidak mampu mereka ingat) dari memori mereka.
Amnesia retrograde (retrograde
amnesia) adalah hilangnya memori tentang peristiwa-peristiwa sebelum
terjadinya cedera otak. Sebagian besar lenyapnya memori terjadi lima atau
sepuluh menit sebelum kecelakaan (biasanya berupa benturan keras, dan lain
sebagainya). Amnesia anterograde (anterograde amnesia) adalah
lenyapnya memori tentang peristiwa yang terjadi setelah cedera. Dalm kasus
cedera otak, para pasien sering kali mengalami amnesia retrograde dan
anterograde sehingga mereka tidak dapat mengingat peristiwa yang terjadi
beberapa menit sebelum kecelakaan dan saat siuman serta saat kunjungan awal dari
dokter dan keluarganya.
Gambar 3. Problem Memori Terkait Dua Jenis Amnesia
Decay
(pembusukan) adalah memudarnya memori seiring berlalunya waktu atau
akibat jarang digunakannya memori tersebut. Decay dapat terjadi di STM
dan LTM (yakni informasi yang tidak diakses akan memudar secara alamiah).
Interferensi
(interference) adalah bercampurnya memori yang
serupa. Interferensi retroaktif (retroaktif interference)
terjadi ketika memori baru menghambat pengambila memori lama. Seperti ketika
kita mendapatkan password (untuk log in wifi di kampus) yang baru di
semester 3, password-password
sebelumnya tidak mampu lagi untuk kita ingat. Interferensi proaktif (proaktif
interference) terjadi saat memori lama menghambat pengambilan memori
baru.
Kegagalan
pengambilan (retrieval failure) adalah ketidakmampuan menemukan
isyarat memori (memory cue) yang diperlukaan dalam pengambilan memori
tersebut. Prinsio kekhasan penyandian (encoding specificity principle)
menyatakan bahwa operasi penyandian yang spesifik akan menentukan jenis jejak
memori (memory trace) yang disimpan. Jenis jejak memori menentukanjenis
isyarat pengambilan (retrieval cue) yang berkemungkinan berhasil dalam
meraih akses ke jejak ke memori tersebut.
Kelupaan
yang disengaja (motivated forgetting) adalah represi yang
disadari terhadap memori yang pada umumnya untuk menghindari pengalaman
traumatik. Represi (repression) adalah tindakan mendorong
pemikiran, memori, dan perasaan yang mengancam keluar dari kesadaran. Memori
yang direpres (ditekan) adalah memori yang disingkirkan seseorang dari
kesadarannya terutama memori yang menyakitkan seperti pelecehan sesual ketika
kanak-kanak (Solso, dkk, 2008).
B. Kekeliruan-kekeliruan
Memori
Sebagian besar
memori bersifat rekonstruktif. Otak tidak menyediakan akses instan ke replika
informasi yang persis seperti aslinya dari dunia luar yang disimoan di memori.
Memori dapat pula bersifat konstruktif, yakni pengalaman, perseptual, sosial,
bahkan hasrat untuk mengingat mempengaruhi apa yang kita ingat. Pengaruh
tersebut dapat berbentuk memori yang terkonstruksi dan baru namun tidak tepat.
Memori-memori
Palsu
Memori palsu
dapat dibentuk menggunakan pertanyaan yang sengaja diarahkan untuk membentuk
memori tersebut, penyebutan beberapa kata yang memliki kesamaan semantik,
memori yang direpres, pertanyaan manipulatif, hipnosis, pencitraan yang
diarahkan (guided imagery), dan dorongan orang lain (seperti terapis
kepada pasien), peristiwa yang baru saja terjadi dan tidak terpengaruh
variabel-variabel lain (seperti kelupaan). Pengujian secara eksperimen tentang
memori ini dikembangkan oleh Loftus dan Pickrell (1995) yang dikenal dengan
teknik “tersesat di pusat perbelanjaan (lost-in-the-mall technique)”.
C. Mengingat
Sebagian besar
kemampuan mengingat dan melupakan dikendalikan oleh proses neural tanpa upaya
sadar. Namun terkadang kita mengambil alih proses memori (misalnya disaatkita
menghafalkan sesuatu agar kita tidak melupakannya). Dengan itu kita mematikan
tendensi alamiah kita untuk membiarkan informasi memudar (decay) seiring
berlalunya waktu.
D. Faktor-faktor
yang Meningkatkan Kinerja Memori
Mempelajari
tugas-tugas yang memerlukan memori deklaratif (seperti tugas asosiasi
berpasangan) atau tugas yang memerlukan memori prosedural (seperti tugas
menggambar objek lewat pentulan kaca) menunjukkan peningkatan kinerja memori
apabila partisipan yang bersangkutan diizinkan tidur selama interval retensi,
dan menggunakan teknik yang dirancang untuk meningkatkan penyandian dan
memudahkan pengambilan (teknik mnemonik). Fase tidur non-REM membantu kinerja
memori deklaratif dan fase tider REM membantu kinerja memori prosedural.
E. Mnemonik
Adalah teknik
yang meningkatkan penyimpanan dan pengambilan informasi dalam memori. Para
peneliti telah merancang sejumlah ragam teknik mnemonik danteknik tersebut
melibatkan strategi-strategi seperti imagery dan mediasi (seperti metode
loci dan sistem kata bergantung), karakteristik fonemik dan ortografik (seperti
mengingat kata dan angka), isyarat atau pemicu fonemik, dan imagery
mediation (seperti mengingat nama dan metode kata kunci), dan
pengirganisasian semantik.
Metode Loci (method
of Loci)
Adalah metode
yang akar penggunaannya dapat dilacak. Metode ini mengasosiasikan objek tertentu
dengan tempat tertentu
Sistem Kata Bergantunng (Peg Word System)
atau Daftar Kata Bergantung (peg word system)
Seseorang
mempelajari serangkaian kata yang berfungsi sebagai gantungan untuk
menggantungkan item-item yang dihapalkan. Salah satu caranya adalah dengan
membayangkan sebuah interaksi antara kata penggantung dengan kata yang harus
diingat.
Metode Kata
Kunci (Key Word Method)
Sedikit berbeda dari teknik kata bergantung,
berfungsi dalam mempelajari bahasa asing.
Teknik-teknik
Verbal
Salah satunya
adalah teknik menggunakan akronim (acronym), yakni kata yang
dibentuk berdasarkan huruf pertama dalam sebuah frasa atau kumpulan kata-kata.
Akronim berfungsi sebagai isyarat atau pemicu kata-kata yang harus dihapalkan
serta yang tidak diikutsertakan dalam akronim tersebut, dan menyediakan
informasi tentang urutan kata atau nama dan jumlah item yang harus dihapalkan
Pembentukan akrostik
(acrostic), yakni frasa atau kalimat yang didalamnya huruf pertama
diasosiasikan dengan kata-kata yang harus diingat.
Diantara
sekian banyak pilihan, teknik mana yang paling baik? Menurut Douglas Herman
(1987), sejumlah teknik bekerja dengan baik bagi jenis materi tertentu,
sedangkan yang lain baik bagi materi lain.. teknik pembayangan atau pencitraan
(imagery mediation) baik bagi pembelajaran asosiasi berpasangan,
mnemonik-cerita bagi pembelajaran mengiggat bebas, dan metode loci bagi
pembelajaran serial.
Mengingat Nama
Menurut
lorayne dan Lucas (1974), proses mempelajari sebuah nama dihubungkan dengan
memori tentang wajah melibatkan tiga tahap: (1) Mengingat nama sendiri dengan
memperhatikan detail pelafalan nama tersebut, kemudian membentuk nama atau
frase pengganti bagi nama tersebut (2) Mencari karakteristik yang menonjol di
wajah seseorang (seperti dahi yang lebar, hidung bengkok, dan lain sebagainya),
(3) Menghubungkan kata pengganti dengan karakteristik yang menonjol tersebut (Solso,
dkk, 2008).
Sumber:
Solso, Robert L., (2008). Psikologi
Kognitif : Cognitive Psychology (Mikael
Rahardanto & Kristianto Batuadji, Penerjemah.) (Edisi Kedelapan). tt.:
Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar