Minggu, 26 November 2017

Nurul Ikhwana

PEMBENTUKAN KONSEP dan LOGIKA
Oleh : Nurul Ikhwana (16410177)

Pengertian Konsep
Menurut Hulse, Egeth dan Deese (1981) sebagai sekumpulan atau seperangkat sifat yang dihubungkan oleh aturan-aturan tertentu. Suatu sifat merupakan setiap aspek dari sesuatu objek, atau kejadian  yang memiliki sifat-sifat yang sama dengan objek atau kejadian yang lain.  Solso (1986) mendefinisikan bahwa konsep menunjukan pada sifat-sifat umum yang menonjol dari satu kelas objek atau ide. Maka, pembentukan konsep adalah suatu proses pengelompokan atau mengklasifikasikan sejumlah objek, peristiwa, atau ide yang serupa menurut sifat-sifat atau atribut-nilai tertentu yang dimilikinya kedalam satu kategori (Martin dan Caramazza, 1980). Misalnya seseorang mengelompokan sebuah meja, kursi,  dan sofa kedalam kategori perabot rumah atau furniture.
Proses pembentukan konsep
Pembentukan konsep merupakan suatu proses penemuan atribbut-atribut atau sifst-sifat penting dan menonjol pada sejumlah objek dan penyimpulan seperangkat aturan berdasarkan atribut-atribut itu (Tennyson, Youngers dan Suebsonthi, 1983; Solso, 1988).
Pembentukan konsep mencakup dua tahapan proses:
a.   Mula-mula seseorang membentuk representasi informasi (di dalam ingatan) mengenai kelas konsep yang diberikan.
b.  Mengembangkan keterampilan kognitif yang dibutuhkan bagi penggunaan informasiyang telah direpresentasikan untuk mengevaluasi dimensi-dimensi khusus, baik kesamaan maupun perbedaan  diantara contoh-contoh baru (Tennyson, Youngers dan Suebsonthi, 1983).

Suatu konsep didefinisikan secara afirmatif atau atributif jika konsep itu memiliki nilai atau sifat khusus pada dimensi tertentu. Hal ini telah banyak dikenal dalam kehidupan sehari-hari misalnya defenisi tentang ”bilangan genap”, yaitu suatu bilangan yang dapat dibagi dua sacara tepat.
Teori pembentukan sikap
Asosiasi
Teori asosiasi menerangkan bahwa belajar konsep  sebagai suatu proses asosiasi respons-respons yang muncul selama belajar dengan contoh-contoh yang mendefinisikan konsep. Solso (1988) mengakatan bahwa model dasar dari belajar asosiasi adalah berprinsip pada hubungan stimulus respons (S-R). Jadi prinsip ini memiliki anggapan dasar bahwa belajar konsep merupakan hasil (1) Penguatan pasangan yang benar mengenai suatu stimulus misalnya kotak merah, dengan respons yang beridentifiksikan sebagai suatu konsep. (2) Tanpa penguatan (seperti bentuk hukuman) terhadap pasangan yang tidak benar tentang stimulus, (misalnya lingkaran merah) dengan respons yang mengidentifikasikanya sebagai suatu konsep.
Pengujian Hipotesis
Teori pengujian hipotesis dalam belajar konsep menekankan bahwa manusia cenderung menyusun dan menguji coba berbagai hipotesis. Menurut Hulse, Egeth dan Deese (1981) diasumsikan bahwa prilaku seseorang senantiasa di bimbing oleh beberapa hipotesis.
Secara umum asumsi-asumsi yang mendasari teori pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:
1.  Hipotesis yang dimiliki seseorang dapat mengendalikan prilaku aktualnya.
2. Seseorang mengambil sampel dari serangkaian hipotesis yang tersedia.
3. Proses belajar berlangsung secara keseluruhan, atau tidak sama sekali(all-or-none) (Hayes-Roth, 1977). Menurut pandangan ini, setetelah seseorang mencoba menguji hipotesis yang ternyata benar pada sampel pertama, maka ioa tidak akan lagi membuat kesalahan.
4. Pengambilan sampel ulang dari tempat yang sama lalu diambil lagi sampel dari tempat yang sama sebagai penggantinya. Sebab, diasumsikan bahwa tidak ada memori bagi hipotesis penggantinya, dan pengujian hanya pada satu hipotesis pada suatu saat sehingga hal ini membuat para ahli masi terus mengadakan percobaan guna mengembangkan teori pengujian hipotesis (Ellis dan Hunt, 1993).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar