PEMBENTUKAN
KONSEP dan LOGIKA
Oleh
: Nurul Ikhwana (16410177)
Pengertian Konsep
Menurut
Hulse, Egeth dan Deese (1981) sebagai sekumpulan atau seperangkat sifat yang
dihubungkan oleh aturan-aturan tertentu. Suatu sifat merupakan setiap aspek
dari sesuatu objek, atau kejadian yang memiliki sifat-sifat yang sama
dengan objek atau kejadian yang lain. Solso (1986) mendefinisikan bahwa
konsep menunjukan pada sifat-sifat umum yang menonjol dari satu kelas objek
atau ide. Maka, pembentukan konsep adalah suatu proses pengelompokan atau
mengklasifikasikan sejumlah objek, peristiwa, atau ide yang serupa menurut
sifat-sifat atau atribut-nilai tertentu yang dimilikinya kedalam satu kategori
(Martin dan Caramazza, 1980). Misalnya seseorang mengelompokan sebuah meja, kursi,
dan sofa kedalam kategori perabot rumah atau furniture.
Proses
pembentukan konsep
Pembentukan
konsep merupakan suatu proses penemuan atribbut-atribut atau sifst-sifat
penting dan menonjol pada sejumlah objek dan penyimpulan seperangkat aturan
berdasarkan atribut-atribut itu (Tennyson, Youngers dan Suebsonthi, 1983;
Solso, 1988).
Pembentukan konsep
mencakup dua tahapan proses:
a.
Mula-mula seseorang membentuk
representasi informasi (di dalam ingatan) mengenai kelas konsep yang diberikan.
b. Mengembangkan
keterampilan kognitif yang dibutuhkan bagi penggunaan informasiyang telah
direpresentasikan untuk mengevaluasi dimensi-dimensi khusus, baik kesamaan
maupun perbedaan diantara contoh-contoh baru (Tennyson, Youngers dan
Suebsonthi, 1983).
Suatu konsep didefinisikan secara
afirmatif atau atributif jika konsep itu memiliki nilai atau sifat khusus pada
dimensi tertentu. Hal ini telah banyak dikenal dalam kehidupan sehari-hari
misalnya defenisi tentang ”bilangan genap”, yaitu suatu bilangan yang dapat
dibagi dua sacara tepat.
Teori pembentukan sikap
Asosiasi
Teori asosiasi menerangkan bahwa
belajar konsep sebagai suatu proses asosiasi respons-respons yang muncul
selama belajar dengan contoh-contoh yang mendefinisikan konsep. Solso (1988)
mengakatan bahwa model dasar dari belajar asosiasi adalah berprinsip pada
hubungan stimulus respons (S-R). Jadi prinsip ini memiliki anggapan dasar bahwa
belajar konsep merupakan hasil (1) Penguatan pasangan yang benar mengenai suatu
stimulus misalnya kotak merah, dengan respons yang beridentifiksikan sebagai
suatu konsep. (2) Tanpa penguatan (seperti bentuk hukuman) terhadap pasangan
yang tidak benar tentang stimulus, (misalnya lingkaran merah) dengan respons
yang mengidentifikasikanya sebagai suatu konsep.
Pengujian Hipotesis
Teori pengujian hipotesis dalam
belajar konsep menekankan bahwa manusia cenderung menyusun dan menguji coba
berbagai hipotesis. Menurut Hulse, Egeth dan Deese (1981) diasumsikan bahwa prilaku
seseorang senantiasa di bimbing oleh beberapa hipotesis.
Secara umum asumsi-asumsi yang
mendasari teori pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:
1. Hipotesis
yang dimiliki seseorang dapat mengendalikan prilaku aktualnya.
2. Seseorang
mengambil sampel dari serangkaian hipotesis yang tersedia.
3. Proses
belajar berlangsung secara keseluruhan, atau tidak sama sekali(all-or-none)
(Hayes-Roth, 1977). Menurut pandangan ini, setetelah seseorang mencoba menguji
hipotesis yang ternyata benar pada sampel pertama, maka ioa tidak akan lagi
membuat kesalahan.
4. Pengambilan
sampel ulang dari tempat yang sama lalu diambil lagi sampel dari tempat yang
sama sebagai penggantinya. Sebab, diasumsikan bahwa tidak ada memori bagi
hipotesis penggantinya, dan pengujian hanya pada satu hipotesis pada suatu saat
sehingga hal ini membuat para ahli masi terus mengadakan percobaan guna
mengembangkan teori pengujian hipotesis (Ellis dan Hunt, 1993).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar