Minggu, 26 November 2017

Esa Laili Sindiana

Nama : Esa Laili Sindiana
Nim : 16410097
Pembentukan Konsep dan Logika
Pembentukan Konsep
            Pembentukan konsep berhubungan dengan pengasahan sifat-sifat yang sesuai dengan kelas objek atau ide. Pembentuan konsep yang digunakan adalah pengetahuan yang dapat dipertimbangkan tentang hukum dan proses pembentukan konsep. Definisi awal konsep adalah “penggambaran mental, ide, atau proses”. Ini secara normal tersingkap melalui metode introspeksi eksperimen, yang telah secara luas diterima sebagai teknik utama psikologi. Kemunduran instropeksi sebagai sebuah metode dan populernya bevafiorisme.
            Konsep juga didefinisikan dengan ciri-cirinya. Karakteristik suatu objek atau kejadian juga merupakan karakteristik objek atau kejadian lain. Kekhususan diantara ciri yang dapat dibuat dalam dasar kuantitatif juga dalam dasar kualitatif telah dipaparkan. Mobilitas adalah ciri kualitatif yang juga dapat diukur secara kuantitatif. Mobil kia anda mungkin memiliki mobilitas (pernyataan kualitatif) namun mungkin tidak memiliki mobilitas secara mobil Lexus seseorang yang diukur berdasarkan kecepatan. Lalu, kedua cirri dimensional(kuantitatif) dan cirri atribusional (kuantitatif) membuka pembentukan konseptual, kedua hal tersebut telah dipelajari secara luas.
Asosiasi
Teori yang tertua dan paling berpengaruh dalam pembentukan konsep adalah prinsip asosiasi yang diketahui sebagai asosiasisme. Dalam format ringkas, prinsip memegang ikatan yang akan terbentuk antara kejadian objek setiap saat di munculkan bersama kembali. Jadi prinsip asosiasi mendalilkan bahwa pembelajaran konsep adalah hasil dari (1) penguatan pasangan tepat dari sebuah stimulus (misalnya kotak merah) dengan respon yang mengidentifikasinnya sebagai sebuah konsep, dan (2) non penguatan (bentuk hukuman) pasangan yang tidak tepat dari sebuah stimulus contohnya (lingkaran merah) dengan respon untuk mengidentifikasi sebagai konsep. Mekanisme seperti ini hanya menyisakan ruang kecil untuk konsep yang lazim di antara teoris kognitif modern dari struktur internal yang memilih, mengorganisir, dan mengubah bentuk informasi).
Pengujian hipotesis
Pendapat umum bahwa orang terkadang memecahkan masalah dan membentuk konsep dengan memformulasikan dan menguji hipotesis telah lama muncul dalam psikologi eksperimen.
Tahap awal dalam pembentukan konsep adalah memilih hipotesis atau strategi yang konsisten dengan objek penyelidikan kita. Ketika kita mencari untuk menemukan sesuatu, prosesnya meliputi pembentukan prioritas-prioritas, sebagai seorang peneliti mungkin mengatur urutan eksperimen, seorang pengacara mungkin menyatakan serangkaian pertanyaan, atau seorang dokter dapat memandu satu set diagnosis yang cocok dengan diagnosis lainya.
Dalam eksperimen pembentukan konsep Bruner dan koleganya (1956) memperkenalkan konsep sseluruh alam semesta kepada partisipan dan mengindikasikan suatu hal dari eksemplar konsep yang harus dicapai oleh partisipan, partisipan akan mengambil satu dari lain hal, diberitahu apakah itu hal positif atau negative, lalu mengambil hal yang lain dan seterusnya sampai mereka mencapai criteria.
Partisipan strategi bisa memilih dalam pembentukan konsep untuk menyertakan pemindaian dan pemusatan, masing-masing memiliki subtipenya dibawah ini :
Pemindahan simultan. Pertisipan mulai dengan seluruh hipotesis dan mengeliminasi yangtak dapat dipertahankan.
Pemindahan berturut-turut. Partisipan mulai dengan hipotesis tunggal, mengembangkan jika berhasil dan jika tidak berhasil, dapat mengantinya dengan hipotesis lain berdasarkan pengalaman sebelumnya.
Pemusatan konservatif. Partisipan memformulasikan hipotesis, memilih kejadian positif sebagai fokus, dan kemudian membuat urutan penyusunan kembali (tiap kali hanya mengubah satu cirri) dengan memperhatikan cirri yang ,mana menjadi positif dan negative
Kemungkinan fokus,  dikarakterisasikan dengan mengganti lebih dari satu cirri dalam waktu yang sama. Walaupun teknik pemusatan konservatif bersifat metodelogis dan sepertinya terdepan untuk sebuah konsep yang sah, partisipan mungkin memilih suatu kemungkinan dengan harapan dapat menentukan konsepnya dengan lebih cepat,
Dari strategi yang diutarakan sebelumnya pemfokusan konservatif menjadi paling efektif, teknik memindai hanya memberikan tingkat kesuksesan marginal. Kesulitan dengan model Bruner adalah dalam hal tersebut mengasumsikan partisipan berpegang pada suatu strategi, dimana secara actual, partisipan berada dalam kebimbangan dan berpindah-pindah diantara beberapa strategi selama menjalankan tugas.
Logika
            Berpikir adalah proses umum menentukan sebuah isi dalam pikiran, sementara logika adalah ilmu berpikir.  Berpikir dan logika telah menjadi subjek spekulasi untuk waktu yang lama. Lebih dari 2000 tahun yang lalu Aristoteles memperkenalkan suatu system penalaran atau validasi argument yang kita sebut silogisme. Silogisme mempunyai 3 langkah sebuah premi, premis minor, dan mayor, dan konklusi.
            Konklusi diraih ketika penalaran silogisme diakui valid, jika premis premisnya akurat dan bentuknya benar maka, sangat mungkin untuk menggunakan logika silogisme untuk validasi argument. Konklusi yang tak logis dapay ditentukan sebab-sebabnya terisolasi.
            Sebuah ciri menarik daripenggunaan logika silogisme dalam penelitian kognitif adalaj kemampuanya memungkinkan kita untuk mengevaluasi atau mengesahkan pe,benaran dan proses pemikiran berdasarkan bentuknya alih-alih isinya.
Penalaran deduktif
            Konklusi anda dihasilkan dari proses penalaran yang disebut penalaran deduktif, yang merupakan teknik logis dimana konklusi terkait digambarkan dari lebih banyak prinsip dasar. Johnson-Laird (1995( telah mengidentifikasi 4 kemungkinan dalam studi ilmiah tentang lohika deduktif :
1.     Kesimpulan relasional berdasarkan perangkat logis dari hubungan sebagai : lebih dari, di sebelah kanan dari, dan setelah. Anda harus memiliki logis lebih dari
2.    Kesimpulan preposisional berdasarkan negasi dan dalam konsep jika, atau dan. Anda mungkin memfrasakan kembali masalah “jika Bill lebih tinggi”.
3.    Silogisme berdasarkan pasangan premis yang masing-masing berisi pemberi hal ini senderung mendatangkan kesimpulan.
Ketertarikan mengacu pada bagaimana dua tindakan membentuk sebuah hubungan dengan mudah atau alami.
Isi karena bisamempertahankan bentuk argument sambil mengubah-ubah isinya, yang belakangan juga telah menjadi alat yang berguna dalam analisis proses penalaran perhatian silogisme berikut :
Semua manusia bisa mati
Socrates adalah manusia
Oleh karena itu Socrates bisa mati
Bisa dievaluasi dengan menggunakan bentuk yang sama tapi beda isinya :
Semua manusia bermoral
Hitler adalah manusia
Oleh karena itu, Hitler bermoral
Jika premis dan silogisme ini benar, maka kesimpulan yang benar, walaupun suatu kesimpulan mungkin lebih sulit diterimm dari pada kesimpulan yang lain. Kecenderungan untuk menerima kesimpulan dari silogisme yang tidak valid jika kesimpulanya konsisten dengan sikap penilai pernah dibuktikan oleh Jnis dan Frick dalam eksperimen mereka para sarjana diminta untuk menilai kekuatan argument, dengan kekuatan yang didefinisikan sebagai “sebuah kesimpulan yang secara logis mengikuti premis-premisnya” beberapa persoalan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Banyak ular yang berwarna cerah berbisa
Ilar Cooperhead tidak berwarna cerah
Jadi Cooperhead bukan ular berbisa
Hasilnya menyatakan bahwa kesalahan partisipan cenderung di buat kearah prasangka mereka mengenai kesimpulan itu.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar