Nama : Esa Laili Sindiana
Nim : 16410097
Pembentukan Konsep dan Logika
Pembentukan Konsep
Pembentukan
konsep berhubungan dengan pengasahan sifat-sifat yang sesuai dengan kelas objek
atau ide. Pembentuan konsep yang digunakan adalah pengetahuan yang dapat
dipertimbangkan tentang hukum dan proses pembentukan konsep. Definisi awal
konsep adalah “penggambaran mental, ide, atau proses”. Ini secara normal
tersingkap melalui metode introspeksi eksperimen, yang telah secara luas
diterima sebagai teknik utama psikologi. Kemunduran instropeksi sebagai sebuah
metode dan populernya bevafiorisme.
Konsep
juga didefinisikan dengan ciri-cirinya. Karakteristik suatu objek atau kejadian
juga merupakan karakteristik objek atau kejadian lain. Kekhususan diantara ciri
yang dapat dibuat dalam dasar kuantitatif juga dalam dasar kualitatif telah
dipaparkan. Mobilitas adalah ciri kualitatif yang juga dapat diukur secara
kuantitatif. Mobil kia anda mungkin memiliki mobilitas (pernyataan kualitatif)
namun mungkin tidak memiliki mobilitas secara mobil Lexus seseorang yang diukur
berdasarkan kecepatan. Lalu, kedua cirri dimensional(kuantitatif) dan cirri
atribusional (kuantitatif) membuka pembentukan konseptual, kedua hal tersebut
telah dipelajari secara luas.
Asosiasi
Teori yang tertua dan paling
berpengaruh dalam pembentukan konsep adalah prinsip asosiasi yang diketahui
sebagai asosiasisme. Dalam format ringkas, prinsip memegang ikatan yang akan
terbentuk antara kejadian objek setiap saat di munculkan bersama kembali. Jadi
prinsip asosiasi mendalilkan bahwa pembelajaran konsep adalah hasil dari (1)
penguatan pasangan tepat dari sebuah stimulus (misalnya kotak merah) dengan
respon yang mengidentifikasinnya sebagai sebuah konsep, dan (2) non penguatan
(bentuk hukuman) pasangan yang tidak tepat dari sebuah stimulus contohnya
(lingkaran merah) dengan respon untuk mengidentifikasi sebagai konsep.
Mekanisme seperti ini hanya menyisakan ruang kecil untuk konsep yang lazim di
antara teoris kognitif modern dari struktur internal yang memilih,
mengorganisir, dan mengubah bentuk informasi).
Pengujian
hipotesis
Pendapat umum bahwa orang
terkadang memecahkan masalah dan membentuk konsep dengan memformulasikan dan
menguji hipotesis telah lama muncul dalam psikologi eksperimen.
Tahap awal dalam pembentukan
konsep adalah memilih hipotesis atau strategi yang konsisten dengan objek
penyelidikan kita. Ketika kita mencari untuk menemukan sesuatu, prosesnya
meliputi pembentukan prioritas-prioritas, sebagai seorang peneliti mungkin
mengatur urutan eksperimen, seorang pengacara mungkin menyatakan serangkaian
pertanyaan, atau seorang dokter dapat memandu satu set diagnosis yang cocok
dengan diagnosis lainya.
Dalam eksperimen pembentukan
konsep Bruner dan koleganya (1956) memperkenalkan konsep sseluruh alam semesta
kepada partisipan dan mengindikasikan suatu hal dari eksemplar konsep yang
harus dicapai oleh partisipan, partisipan akan mengambil satu dari lain hal,
diberitahu apakah itu hal positif atau negative, lalu mengambil hal yang lain
dan seterusnya sampai mereka mencapai criteria.
Partisipan
strategi bisa
memilih dalam pembentukan konsep untuk menyertakan pemindaian dan pemusatan,
masing-masing memiliki subtipenya dibawah ini :
Pemindahan
simultan.
Pertisipan mulai dengan seluruh hipotesis dan mengeliminasi yangtak dapat
dipertahankan.
Pemindahan
berturut-turut.
Partisipan mulai dengan hipotesis tunggal, mengembangkan jika berhasil dan jika
tidak berhasil, dapat mengantinya dengan hipotesis lain berdasarkan pengalaman
sebelumnya.
Pemusatan
konservatif.
Partisipan memformulasikan hipotesis, memilih kejadian positif sebagai fokus,
dan kemudian membuat urutan penyusunan kembali (tiap kali hanya mengubah satu
cirri) dengan memperhatikan cirri yang ,mana menjadi positif dan negative
Kemungkinan
fokus, dikarakterisasikan dengan mengganti lebih dari
satu cirri dalam waktu yang sama. Walaupun teknik pemusatan konservatif
bersifat metodelogis dan sepertinya terdepan untuk sebuah konsep yang sah,
partisipan mungkin memilih suatu kemungkinan dengan harapan dapat menentukan
konsepnya dengan lebih cepat,
Dari strategi yang diutarakan
sebelumnya pemfokusan konservatif menjadi paling efektif, teknik memindai hanya
memberikan tingkat kesuksesan marginal. Kesulitan dengan model Bruner adalah
dalam hal tersebut mengasumsikan partisipan berpegang pada suatu strategi,
dimana secara actual, partisipan berada dalam kebimbangan dan berpindah-pindah
diantara beberapa strategi selama menjalankan tugas.
Logika
Berpikir
adalah proses umum menentukan sebuah isi dalam pikiran, sementara logika adalah
ilmu berpikir. Berpikir dan logika telah
menjadi subjek spekulasi untuk waktu yang lama. Lebih dari 2000 tahun yang lalu
Aristoteles memperkenalkan suatu system penalaran atau validasi argument yang
kita sebut silogisme. Silogisme
mempunyai 3 langkah sebuah premi,
premis minor, dan mayor, dan konklusi.
Konklusi
diraih ketika penalaran silogisme diakui valid, jika premis premisnya akurat
dan bentuknya benar maka, sangat mungkin untuk menggunakan logika silogisme
untuk validasi argument. Konklusi yang tak logis dapay ditentukan
sebab-sebabnya terisolasi.
Sebuah
ciri menarik daripenggunaan logika silogisme dalam penelitian kognitif adalaj
kemampuanya memungkinkan kita untuk mengevaluasi atau mengesahkan pe,benaran
dan proses pemikiran berdasarkan bentuknya alih-alih isinya.
Penalaran deduktif
Konklusi
anda dihasilkan dari proses penalaran yang disebut penalaran deduktif, yang
merupakan teknik logis dimana konklusi terkait digambarkan dari lebih banyak
prinsip dasar. Johnson-Laird (1995( telah mengidentifikasi 4 kemungkinan dalam
studi ilmiah tentang lohika deduktif :
1. Kesimpulan
relasional
berdasarkan perangkat logis dari hubungan sebagai : lebih dari, di sebelah
kanan dari, dan setelah. Anda harus memiliki logis lebih dari
2. Kesimpulan
preposisional
berdasarkan negasi dan dalam konsep jika, atau dan. Anda mungkin memfrasakan
kembali masalah “jika Bill lebih tinggi”.
3. Silogisme berdasarkan pasangan premis
yang masing-masing berisi pemberi hal ini senderung mendatangkan kesimpulan.
Ketertarikan
mengacu pada bagaimana dua tindakan membentuk sebuah hubungan dengan mudah atau
alami.
Isi karena
bisamempertahankan bentuk argument sambil mengubah-ubah isinya, yang belakangan
juga telah menjadi alat yang berguna dalam analisis proses penalaran perhatian
silogisme berikut :
Semua manusia bisa
mati
Socrates adalah
manusia
Oleh karena itu
Socrates bisa mati
Bisa dievaluasi
dengan menggunakan bentuk yang sama tapi beda isinya :
Semua manusia
bermoral
Hitler adalah
manusia
Oleh karena itu,
Hitler bermoral
Jika premis dan
silogisme ini benar, maka kesimpulan yang benar, walaupun suatu kesimpulan
mungkin lebih sulit diterimm dari pada kesimpulan yang lain. Kecenderungan
untuk menerima kesimpulan dari silogisme yang tidak valid jika kesimpulanya
konsisten dengan sikap penilai pernah dibuktikan oleh Jnis dan Frick dalam
eksperimen mereka para sarjana diminta untuk menilai kekuatan argument, dengan
kekuatan yang didefinisikan sebagai “sebuah kesimpulan yang secara logis
mengikuti premis-premisnya” beberapa persoalan yang digunakan adalah sebagai
berikut :
Banyak ular yang
berwarna cerah berbisa
Ilar Cooperhead
tidak berwarna cerah
Jadi Cooperhead bukan
ular berbisa
Hasilnya menyatakan bahwa
kesalahan partisipan cenderung di buat kearah prasangka mereka mengenai
kesimpulan itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar