Nama : Mihmidati Hilmia
N I M : 16410212
PEMBENTUKAN
KONSEP DAN LOGIKA
Kemampuan berpikir
manusia (kognisi) menjadi daya tarik tersendiri bagi para psikolog. Mereka
percaya bahwa salah satu aspek manusia ini turut berpengaruh pada keadaan
mental atau psikis individu. Diantara kemampuan berpikir tersebut, ada yang
disebut dengan konsep dan logika. Keduanya tak luput dari proses yang membentuk
representasi mental baru melalui transformasi informasi oleh interaksi kompleks
dari atribusi mental, termasuk di dalamnya pertimbangan, pengabstrakan,
penalaran, penggambaran, kreativitas, dan lain sebagainya.
Otak besar atau cerebrum
yang merupakan bagian terbesar dari otak manusia adalah bagian yang
memproses semua kegiatan intelektual, seperti kemampuan berpikir, menalar,
mengingat, membayangkan, serta merencanakan masa depan. Otak besar kemudian
dibagi menjadi belahan kiri dan belahan kanan (Otak Kiri dan Otak Kanan) yang
masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda. Belahan otak kiri diketahui lebih
aktif ketika digunakan untuk berpikir logis dan matematis. Konsep dan logika
ini bersifat dinamis yang terbentuk pada diri kita sejak usia dini dan semakin
berkembang seiring bertambahnya pengetahuan dan kemampuan kognisi kita.
Pembentukan konsep
dan logika sudah biasa kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kedua hal
tersebut sangat dibutuhkan ketika kita ingin mengetahui kesimpulan akan suatu
hal atau juga dapat kita gunakan dalam pengambilan keputusan. Namun,
pembentukan konsep dan logika ini sebenarnya melalui beberapa proses yang
kadang tidak kita sadari secara langsung. Kemampuan untuk mengolah berbagai
informasi-informasi baru atau bahkan pengalaman-pengalaman masa lalu biasa kita
gunakan sebagai bahan untuk memahami, menalar dan menimbang suatu hal. Misalnya
saja membandingkan dua benda (besar-kecil, panjang-pendek, jauh-dekat, dan
lain-lain), menghubungkan beberapa kejadian, memahami sebab-akibat suatu
peristiwa, memprediksi probabilitas keberhasilan belajar, sebagai sarana
intropeksi diri, dan lain sebagainya.
Pembentukan
Konsep
Menurut Solso (2008), pembentukan konsep
merupakan salah satu hasil dari proses berpikir yang sangat berhubungan dengan
pengasahan sifat-sifat yang sesuai dengan kelas objek atau ide. Berpikir
sendiri adalah proses yang membentuk representasi mental baru melalui
transformasi informasi oleh interaksi kompleks dari atribusi mental yang
mencakup pertimbangan, pengabstrakan, penalaran, penggambaran, pemecahan
masalah logis, pembentukan konsep, kreativitas, dan kecerdasan. Solso (2008)
mengajukan tiga ide dasar berpikir, yaitu:
a.
Berpikir
adalah kognitif yang terjadi secara “internal”, tapi keputusan diambil lewat
perilaku.
b. Berpikir adalah proses yang melibatkan
beberapa manipulasi pengetahuan dalam sistem kognitif.
c.
Berpikir
bersifat langsung dan menghasilkan perilaku yang bertujuan untuk “memecahkan”
masalah atau langsung menuju solusi.
Dengan demikian yang dimaksud pembentukan
konsep adalah suatu proses pengelompokan atau mengklasifikasikan sejumlah
objek, peristiwa, atau ide yang serupa menurut sifat-sifat atau atribut-nilai
tertentu yang dimilikinya kedalam satu kategori (Martin dan Caramazza, 1980).
Terdapat dua teori tentang pembentukan konsep (dalam Solso, 2008), yaitu:
1.
Asosiasi
Teori pembentukan ini adalah
konsep tertua dan yang paling berpengaruh. Pembelajaran konsep diyakini sebagai
hasil dari penguatan pasangan yang tepat dari sebuah stimulus dengan respons
yang mengidentifikasikannya sebagai sebuah konsep dan non-penguatan (bentuk
hukuman) pasangan yang tidak tepat dari sebuah stimulus dengan respons untuk
mengidentifikasikannya sebagai konsep.
2.
Pengujian
hipotesis
Pengujian hipotesis telah diperkenalkan
oleh Bruner, Goodnow, dan Austin (1956) dalam buku A Study of Thinking.
Mereka memperkenalkan analisis hasil metodologi sederhana dalam pembentukan
konsep. Menurut mereka, tahap awal dalam pembentukan konsep adalah memilih
hipotesis atau strategi yang konsisten dengan objek yang diselidiki sehingga
kemudian terbentuk prioritas-prioritas (proses) untuk menemukan sesuatu.
Terdapat strategi yang paling efektif yang dapat digunakan dari beberapa
strategi yang diutarakan Bruner dkk, yaitu pemfokusan atau pemusatan
konservatif. Melalui strategi tersebut, partisipan hipotesis dan memilih
kejadian positif sebagai fokusnya. Ia kemudian mengurutkan atau menyusun
kembali dengan memperhatikan ciri mana yang positif dan negatif.
Logika
Secara singat, logika diartikan sebagai ilmu berpikir.
Aristoteles memperkenalkan sistem penalaran atau validasi argumen: silogisme
sebagai salah satu langkah dalam proses logika manusia. Silogisme memiliki 3
langkah, yaitu: premis mayor, premis minor, dan konklusi. Konklusi diperoleh
ketika penalaran silogistik diakui valid, jika premis-premisnya akurat dan
bentuknya benar. Salah satu metode yang digunakan dalam logika ini adalah
penalaran deduktif. Terdapat empat kemungkinan logika deduktif yang
Johnson-Laird, (1995) sajikan, yaitu:
a. Kesimpulan relasional berdasarkan
perangkat logis dari hubungan sebagai: lebih dari, di sebelah kanan dari,
dan setelah.
b. Kesimpulan preposisional berdasarkan
negasi dan dalam koneksi seperti jika, atau, dan dan.
c. Silogisme berdasarkan pasangan premis
yang masing-masing berisi pemberi sifat tunggal seperti seluruh atau sebagian.
d. Menjumlahkan kesimpulan kuantitatif
berdasarkan premis yang berisi lebih dari satu kesimpulan.
Selain penalaran deduktif, ada pula penalaran silogistik yang
biasa dipakai dalam logika berpikir. Bentuk dasar yang dipakai adalah seperti
ini: “Semua A adalah B. Semua C adalah B. Jadi seluruh A adalah C”. Salah satu
cara untuk memecahkan silogisme bisa dengan menggambar diagram Venn.
Dalam logika, terdapat istilah Efek Atmosfer yang merupakan
kecenderungan untuk menerima atau menolak suatu argumen berdasarkan bentuknya.
Misalnya: perbedaan dalam memasangkan anggota A dan B akan menciptakan atmosfer
berbeda, dan ujungnya kesimpulannya pun berbeda. Penelitian menunjukkan bahwa
orang cenderung menarik kesimpulan dalam permasalahan silogistik berdasarkan
gambaran internal yang pertama kali terbentuk mengenai premis; dan terkadang
gambaran yang tidak sebenarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar