Minggu, 26 November 2017

Mihmidati Hilmia

Nama  : Mihmidati Hilmia
N I M : 16410212
PEMBENTUKAN KONSEP DAN LOGIKA
Kemampuan berpikir manusia (kognisi) menjadi daya tarik tersendiri bagi para psikolog. Mereka percaya bahwa salah satu aspek manusia ini turut berpengaruh pada keadaan mental atau psikis individu. Diantara kemampuan berpikir tersebut, ada yang disebut dengan konsep dan logika. Keduanya tak luput dari proses yang membentuk representasi mental baru melalui transformasi informasi oleh interaksi kompleks dari atribusi mental, termasuk di dalamnya pertimbangan, pengabstrakan, penalaran, penggambaran, kreativitas, dan lain sebagainya.
Otak besar atau cerebrum yang merupakan bagian terbesar dari otak manusia adalah bagian yang memproses semua kegiatan intelektual, seperti kemampuan berpikir, menalar, mengingat, membayangkan, serta merencanakan masa depan. Otak besar kemudian dibagi menjadi belahan kiri dan belahan kanan (Otak Kiri dan Otak Kanan) yang masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda. Belahan otak kiri diketahui lebih aktif ketika digunakan untuk berpikir logis dan matematis. Konsep dan logika ini bersifat dinamis yang terbentuk pada diri kita sejak usia dini dan semakin berkembang seiring bertambahnya pengetahuan dan kemampuan kognisi kita.
Pembentukan konsep dan logika sudah biasa kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kedua hal tersebut sangat dibutuhkan ketika kita ingin mengetahui kesimpulan akan suatu hal atau juga dapat kita gunakan dalam pengambilan keputusan. Namun, pembentukan konsep dan logika ini sebenarnya melalui beberapa proses yang kadang tidak kita sadari secara langsung. Kemampuan untuk mengolah berbagai informasi-informasi baru atau bahkan pengalaman-pengalaman masa lalu biasa kita gunakan sebagai bahan untuk memahami, menalar dan menimbang suatu hal. Misalnya saja membandingkan dua benda (besar-kecil, panjang-pendek, jauh-dekat, dan lain-lain), menghubungkan beberapa kejadian, memahami sebab-akibat suatu peristiwa, memprediksi probabilitas keberhasilan belajar, sebagai sarana intropeksi diri, dan lain sebagainya.
Pembentukan Konsep
Menurut Solso (2008), pembentukan konsep merupakan salah satu hasil dari proses berpikir yang sangat berhubungan dengan pengasahan sifat-sifat yang sesuai dengan kelas objek atau ide. Berpikir sendiri adalah proses yang membentuk representasi mental baru melalui transformasi informasi oleh interaksi kompleks dari atribusi mental yang mencakup pertimbangan, pengabstrakan, penalaran, penggambaran, pemecahan masalah logis, pembentukan konsep, kreativitas, dan kecerdasan. Solso (2008) mengajukan tiga ide dasar berpikir, yaitu:
a.    Berpikir adalah kognitif yang terjadi secara “internal”, tapi keputusan diambil lewat perilaku.
b.    Berpikir adalah proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan dalam sistem kognitif.
c.    Berpikir bersifat langsung dan menghasilkan perilaku yang bertujuan untuk “memecahkan” masalah atau langsung menuju solusi.
Dengan demikian yang dimaksud pembentukan konsep adalah suatu proses pengelompokan atau mengklasifikasikan sejumlah objek, peristiwa, atau ide yang serupa menurut sifat-sifat atau atribut-nilai tertentu yang dimilikinya kedalam satu kategori (Martin dan Caramazza, 1980). Terdapat dua teori tentang pembentukan konsep (dalam Solso, 2008), yaitu:
1.     Asosiasi
Teori pembentukan ini adalah konsep tertua dan yang paling berpengaruh. Pembelajaran konsep diyakini sebagai hasil dari penguatan pasangan yang tepat dari sebuah stimulus dengan respons yang mengidentifikasikannya sebagai sebuah konsep dan non-penguatan (bentuk hukuman) pasangan yang tidak tepat dari sebuah stimulus dengan respons untuk mengidentifikasikannya sebagai konsep.
2.    Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis telah diperkenalkan oleh Bruner, Goodnow, dan Austin (1956) dalam buku A Study of Thinking. Mereka memperkenalkan analisis hasil metodologi sederhana dalam pembentukan konsep. Menurut mereka, tahap awal dalam pembentukan konsep adalah memilih hipotesis atau strategi yang konsisten dengan objek yang diselidiki sehingga kemudian terbentuk prioritas-prioritas (proses) untuk menemukan sesuatu. Terdapat strategi yang paling efektif yang dapat digunakan dari beberapa strategi yang diutarakan Bruner dkk, yaitu pemfokusan atau pemusatan konservatif. Melalui strategi tersebut, partisipan hipotesis dan memilih kejadian positif sebagai fokusnya. Ia kemudian mengurutkan atau menyusun kembali dengan memperhatikan ciri mana yang positif dan negatif.
Logika
Secara singat, logika diartikan sebagai ilmu berpikir. Aristoteles memperkenalkan sistem penalaran atau validasi argumen: silogisme sebagai salah satu langkah dalam proses logika manusia. Silogisme memiliki 3 langkah, yaitu: premis mayor, premis minor, dan konklusi. Konklusi diperoleh ketika penalaran silogistik diakui valid, jika premis-premisnya akurat dan bentuknya benar. Salah satu metode yang digunakan dalam logika ini adalah penalaran deduktif. Terdapat empat kemungkinan logika deduktif yang Johnson-Laird, (1995) sajikan, yaitu:
a.    Kesimpulan relasional berdasarkan perangkat logis dari hubungan sebagai: lebih dari, di sebelah kanan dari, dan setelah.
b.    Kesimpulan preposisional berdasarkan negasi dan dalam koneksi seperti jika, atau, dan dan.
c.    Silogisme berdasarkan pasangan premis yang masing-masing berisi pemberi sifat tunggal seperti seluruh atau sebagian.
d.    Menjumlahkan kesimpulan kuantitatif berdasarkan premis yang berisi lebih dari satu kesimpulan.
Selain penalaran deduktif, ada pula penalaran silogistik yang biasa dipakai dalam logika berpikir. Bentuk dasar yang dipakai adalah seperti ini: “Semua A adalah B. Semua C adalah B. Jadi seluruh A adalah C”. Salah satu cara untuk memecahkan silogisme bisa dengan menggambar diagram Venn.
Dalam logika, terdapat istilah Efek Atmosfer yang merupakan kecenderungan untuk menerima atau menolak suatu argumen berdasarkan bentuknya. Misalnya: perbedaan dalam memasangkan anggota A dan B akan menciptakan atmosfer berbeda, dan ujungnya kesimpulannya pun berbeda. Penelitian menunjukkan bahwa orang cenderung menarik kesimpulan dalam permasalahan silogistik berdasarkan gambaran internal yang pertama kali terbentuk mengenai premis; dan terkadang gambaran yang tidak sebenarnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar