Jumat, 22 Desember 2017

Artikel Kesadaran

Nama  : Fachriza Mahdiyatul Husna
NIM    : 16410036
Kelas   : Psikologi Kognitif D
 
A.   Sejarah Kesadaran
Psikologi ilmiah berawal pada abad ke-19 dengan studi terhadap pengalaman-pengalaman kesadaran. Sebenarnya para filsuf dan orang awamjauh sebelum abad tersebut sudah merenungkan  perihal tentang pikiran dan hakikat diri manusia. Di awal abad ke-20, topik tentabg kesadaran hampir disingkirkan dari ranah psikologi oleh para pengikut behaviorisme yang dipimpin oleh John Watson dan B. F. Skinner. Sepanjang paruh akhir abad ke-20, peramg suci untuk memperebutkan pikiran manusia. Para psikokog kognitif berjuang untuk mempertahankan kesadaran sebagai topik terpenting dalam psikologi, sedangkan behavioris mempertahankan psikologi sebagai ilmu yang sepenuhnya objektif. Dalam hal ini antikesadaran kalah karena metode-metode dan doktrin-doktrin behaviorisme terlalu angkuh (imperious) sampai-sampai topik yang autentik dianggap tabu. Dalam tahun-tahun belakangan ini, kesadaran menjadi topik yang semakin marak diperbincangkan dalam pemikiran dan tulisan para psikolog, filsuf, dan ilmuwan neurosains dibandingkan topik-topik lain yang membahas pikiran.
Kendati demikian, secara bertahap teori-teori belajar mendapat tantangan dari teori-teori persepsi, memori, dan representasi internal tentang proses-proses mental. Pemrosesan informasi dan kognisi menjadi topik sering diperbincangkan. Sehingga era 1990-an menjadi dekade keemasan bagi studi kesadaran (Zeman, 2001). Minat terhadap kesadaran terus berkembang hingga kini (Solso, dkk, 2008).

B.   Kerangka Kerja Kesadaran: AWAREness
Kerangka kerja (framework) umum kesadaran atau yang disebut sebagai AWAREness memiliki karakteristik-karakteristik utama yang meliputi Attention, Wakefulness, Architecture, Recall of knowledge, dan Emotive. Kelima elemen tersebut merupakan suatu upaya untuk mengurangi variansi dalam pendefinisian pengalaman subjektif kita (kesadaran). Arsitektur terlibat dalam fisiologis, sedangkan elemen yang lain terlibat dalam proses psikologis. Seluruh proses memberikan kontribusi terhadap kesadaran dan sejumlah proses berinteraksi satu sama lain.
1.   Attention (Atensi/Perhatian), yakni pemusatan sumber daya mental ke hal-hal eksternal maupun internal. Atensi eksternal biasanya diarahkan kepada hal-hal yang menarik minat seseorang. Atensi dikendalikan oleh "mata pelacak (searching eye) yang mencari detail-detail objek, bukan bersifat arbirer (sewenang-wenang. Selain itu, atensi juga dapat dialihkan ke dalam seperti merenungkan pikiran-pikiran pribadi, memori-memori, dan citra visual.
2.   Wakefulness (Kesiagaan; Keterjagaan), kontinum dari tidur hingga terjaga. Kesadaran merupakan suatu kondisi mental yang dialami seseorang sepanjang hidupnya dalam setiap harinya. Kesadaran terdiri dari berbagai level awareness dan eksitasi yang berbeda. Kondisi kesadaran dapat diubah dengan meditasi, obat-obatan, dan atensi yang intensif. Kesadaran sebagai suatu kondisi kesiagaan memiliki komponen arousal yang mempengaruhi atensi.
3.   Architecture (Arsitekur), yakni lokasi fisik struktur-struktur fisiologis beserta proses-proses yang berhubungan dengannya yang menyokong kesadaran. Diasumsikan bahwa kesadaran berpusat di otak dan dapat diidentifikasi melalui penyelidikan terhadap korelasi neural kesadaran. Kesadaran tidak dilakukan oleh sebuah neuron tunggal saja (karena memang kesadaran bukanlah suatu proses tunggal), melainkan oleh sejumlah besar proses-proses neurologis yang diasosiasikan dengan interpretasi terhadap fenomena sensorik, semantik, kognitif, dan emosional baik secara fisik maupun imajinatif. Bahkan tampaknya seluruh bagian otak terlibat dalam berbagai aspek awareness.
4.   Recall of Knowledge (Mengingat Pengetahuan), yakni proses pengambilan infomasi tentang pribadi yang bersangkutan dan dunia di sekelilingnya. Dengan kesadaran, manusia mampu mendapatkan akses ke pengatahuan melalui recall dan rekognisi terhadap informasi tentang diri pribadi dan dunia. Proses tersebut dilaksanakan dengan bantuan proses-proses atensional baik secara internal maupun eksternal. Bagian ini memiliki 3 komponen: recall pengetahuan tentang diri pribadi, recall informasi-informasi umum, dan recall terhadap pengetahuan kolektif individu yang bersangkutan.
Self-knowledge (Pengetahuan Diri), yakni pemahaman tentang informasi jati diri pribadi seseorang. Apabila terdapat pengetahuan fundamental bahwa diri Anda adalah Anda, inilah yang disebut kesadaran-diri (self-awareness). Pengetahuan diri terdiri terdiri dari kesadaran diri dan informasi-informasi lain mengenai diri. World knowledge (pengetahuan tentang dunia). Pengetahuan ini menjadikan kita mampu mengingat sejumlah fakta dari memori jangka panjang. Tingkat kesadaran kita dapat meningkat apabila aktivitas neurologis yang berkaitan dengan pemahaman kita terhadap suatu objek dalam memori jangka panjang kita juga meningkat. Dan aktivasi pengetahuan (activation of knowledge), seseorang menyadari tindakan-tindakan orang lain. Berdasarkan teori evolusi, kemampuan bertahan hidup akan meningkat apabila seorang anggota kelompok dalam kegiatan kooperatifnya memahami apa yang dipikirkan rekannya, selain mengamatai dan memahami perilaku rekannya.
5.   Emotive (Emotif), yakni komponen-komponen afektif yang diasosiasikan dengan kesadaran. Seperti rasa muak atau rasa sukacita yang timbul saat kita mengamati sebuah bangunan, dan lain sebagainya.
Selain itu, terdapat pula sejumlah atribut sekunder yang tercakup dalam kerangka kerja ini, yakni novelty, emergence, selectivity, dan subjectivity.
1.   Novelty (Kebaruan), yakni kecenderungan untuk tidak hanya fokus pada pikiran dan peristiwa sentral, tetapi juga untuk menemukan item-item baru (novel), kreatif, dan inovatif. Kebaruan dapat muncul dari perubahan dalam lingkungan, diskonfirmasi atau ketidakmunculan harapan (seperti adanya unsur kejutan), atau pelanggaran terhadap perilaku terampil yang rutin (seperti adanya peluang mengambil keputusan suatu aliran tindakan yang rutin dilakukan)
2.   Emergence (Kemunculan), kesadaran berkaitan dengan pemikiran pribadi dan internal. Proses-proses yang berhubungan dengan kesadaran berpusar pada informasi internal dan refleksi-diri. Proses-proses ini menimbulkan impresi fenomenologis bahwa kesadran muncul dari aktivitas di otak.
3.   Selectivity (Selektivitas) dan Subjectivity (Subjektivitas), manusia secara konstan memililih sedikit pikiran pada setiap waktu, namun pikiran tersebut dapat berubah dengan cepat akibat gangguan pikiran-pikiran baru atau syarat-syarat eksternal.
Kerangka kerja kesadaran di atas atau yang disebut AWAREness berpadu untuk memberikan sumbangsih bagi pengalaman manusiawi seseorang terkait kenikmatan dan rasa sakit didunia ini (Solso, dkk, 2008).

C.   Fungsi-fungsi Kesadaran
Sejumlah fungsi kesadaran (Baars & McGovern, 1996) diantaranya adalah:
1.      Fungsi konteks-setting (context-setting), yakni fungsi dimana sostem-sistem bekerja untuk mendefinisikan konteks dan pengetahuan mengenai sebuah stimuli yang datang ke dalam memori. Peran fungsi ini adalah menjernihkan pemahaman tentang stimulus yang bersangkutan.
2.      Fungsi adaptasi dan pembelajaran (adaptation and learning), kesadarn diperlukan untuk menangani informasi baru dengan sukses.
3.      Fungsi prioritisasi (prioritizing)  dan fungsi akses, dimana kesadaran berfungsi untuk mengakses besranya jumlah informasi yang tersedia di tingkat ketidaksadran.
4.      Fungsi rekrutmen dan kontrol (recruitment and control), kesadaran memasuki sistem-sistem motorik untuk menjalankan tindakan-tindakan sadar.
5.      Fungsi pengambilan keputusan (decision-making) dan fungsi eksekutif, berperan membawa informasi dan sumber daya keluar dari ketidaksadaran untuk membantu pengambilan keputusan dan penerapan kendali.
6.      Fungsi deteksi dan penyuntingan kekeliruan (error detection and editing), berfokus pada kesadaran yang memasuki sistem norma (yang berada di tataran ketidaksadaran) sehingga kita yang sadar dapat mengetahui saat kita membuat kekeliruan.
7.      Fungsi monitor diri (self-monitoring) dalam bentuk refleksi-diri, percakapan internal, dan imagery membantu mengendalikan fungsi-fungsi sadar dan fungsi-fungsi tidak sadar dalam diri kita.
8.      Fungsi pengorganisasian dan fleksibilitas (organization and flexibility), memungkinkan kita mengandalkan fungsi-fungsi otomatis dalam situasi-situasi yang telah diprediksikan sekaligus mengandalkan kita memasuki sumber-sumber daya pengetahuan yang terspesialisasi dalam situasi-situasi tidak terduga (Solso, dkk, 2008).

D.   Tingkat –tingkat Kesadaran
Tingkat-tingkat kesadaran atau kondisi-kondisi kesiagaan yang bervariasi (kesadaran yang memiliki sejumlah tingkatan) melibatkan aspek-aspek AWAREness. Dalam hal ini kita akan membahas beberapa hal berikut.
1.   Tidur
Perbedaan paling jelas antara kesadarn dan ketidaksadaran adalah tidur dan terjaga. Dalam EEG (electroencephalograph), terekam gelombang otak selama periode tidur. Perhatikan gambar berikut









Gambar 1. Rekaman EEG saat seseorang beralih dari fase terjaga ke fase tidur terlelap.

Dalam kondisi relax dan tetap terjaga walaupun dengan mata tertutup, otak mengeluarkan gelombang alpha. Muatan elektriknya sekitar 8-12 putaran per detik. Pada tahap I terjadi periode singkat aktivitas gelombang tetha (4-7 Hz) yang mengindikasikan rasa mengantuk. Tahap II, terdapat kumparan tidur (sleep spindles) yang berupa lonjakan-lonjakan ritmik aktivitas EEG yang berkisar pada 12-15 Hz. Pada tahap III terdapat sejumlah gelombang delta yang berfrekuensi sangat rendah sekitar 1-4 Hz dan pola kumparan masih terjadi. Tahap IV mirip dengan tahap III namun memiliki lebih banyak gelombang delta. Pada tahap ini orang berada dalam tahap tidur yang paling dalam sehingga ia sangat sulit dibangunkan. Dalam studi mengenai tidur, kita dapat mengamati kondisi sadar menjadi tidak sadar, lalu kembali ke kesadaran lagi. Dengan rekaman EEG dan instrumen-instrumen lainnya kita bisa menghubungkan tingkat kesadaran dengan pengukuran fisiologis terhadap aktivitas otak.
2.   Bermimpi
Bermimpi terjadi pada fase tidur REM. Menurut hipotesis  sintesis-aktivasi (activation synthesis hypothesis), aktivitas otak yang berlangsung selama REM diinterpretasikan dengan cara yang sama seperti saat kita sadar: otak mengakses struktur-struktur pengetahuan yang tersimpan dalam LTM dan menggunakan pola kita berbicara sehari-hari dalam bentuk cerita dan narasi. Mimpi melibatkan pengalaman dan emosi yang sama dengan yang kita jumpai sehari-hari: bahagia, marah, takut, sedih, dan cemas.
 










Gambar 2 menunjukkan karakteristik behavioral setiap tahapan tidur serta fase tidur REM, yakni fase tidur yang dicirikan oleh adanya pergerakan bola mata dengan cepat dan terjadinya mimpi. Gambar menunjukkan bahwa seseorang beralih dari kondisi terjaga dan tidur-tidur ayam ke fase tidur yang dalam dan tenang, selanjutnya ke fase REM dan akhirnya kembali ke kesadaran.

Tidur menimbulkan ketidaksinambungan (discontinuity) antara kesadaran saat terjaga dan kewaspadaan akan apa yang terjadi selama tidur. Menurut Steve Smith dan  Texas A&M University, memori yang aneh/ganjil (bizarre) dan irrasional dipisahkan dari realita dan diinterpretasikan sebagai mimpi. Orang-orang yang mampu menerapkan kendali kognitif dalam mimpi mereka akan mengalami mimpi yang terang atau jernih (lucid dreaming) dimana seseorang menyadari bahwa ia sedang bermimpi. Orang yang  demikian dapat membuat keputusan berdasarkan kemauan sendiri dalam mimpi mereka
3.   Penggunaan obat-obatan
Obat dapat manjur karena otak memiliki reseptor yang peka terhadapnya. Namun reseptor tersebut tidak memproses senyawa tertentu, sehingga kesadaran pengonsumsi obat-obatan secara signifikan berbeda dengan kesadaran normal saat kita terjaga. Beberapa obat penenang (depressant: seperti alkohol, barbiturat, dan mariyuana) menghambat aktivitas sistem saraf, obat-obat lain (obat perangsang (stimulant) seperti nikotin, kokaine, dan methamphetamin). Obat-obat lain (obat halusinogenik
(hallucinogen)
seperti LSD/acid, psylocibyn/jamur) mengubah pemahman kita terjadap realita. Semua obat bekerja dalam neurotransmitter dan menghasilkan dampak-dampaknya.
Obat mempengaruhi kewaspadaan kita akan aspek fisiologis dan psikologis dari pengalaman sadar kita. Obat-obatan halusinogenik mengubah kesadaran diri, dunia, dan informasi-informasi sensorik. Halusinasi merupakan pengalaman visual yang terasa sangat nyata, tidak dapat dirasakan orang lain selain individu yang bersangkutan.
4.   Meditasi
Meditasi (meditation) adalah kondisi konsentrasi rileks dimana pikiran dikosongkan. Berdasarkan penelitian ilimiah, meditasi membantu mengurangi stres dan meredakan rasa sakit,  memperlancar kondisi fisiologis yang rileks (Austin, 1999; Lazar, dkk, 2000), mempengaruhi otak dengan efek meditasi pada korteks prefrontal kiri (terlibat dalam perencanaan, pengambilan keputusan yang logis, dan mood positif) (Bennet-Goleman, 2001) (Solso, dkk, 2008).

E.   Model-model Kesadaran
Terdapat sejumlah model kognitif tentang kesadaran. Diantaranya adalah (1) yang diajukan oleh Johnson-Laird (1998), model komputasional yang menyatakan bahwa struktur arsitektural kognitif berupa sistem pemrosesan paralel yang didominasi hierarki kontrol. (2) Model Schachter yakni model DICE (dissociable interactions and concious experience) yang menjelaskan disosiasi (pemisahan) memori dalam fungsi memori normal dan abnormal pada orang yang mengalami kerusakan otak. Kesadaran dalam suatu sistem berisi sumber daya pengetahuan yang terpisah. (3) Model Shallice (1998) berfokus pada sistem pemrosesan informasi yang memiliki empat subsistem (penataan pendirian/contention scheduling, yakni sebentuk skrip behavioral; sistem penyeliaan/supervisory system) yang mengawasi penataan pendirian; sistem bahasa; dan sistem memori episodik). (4) Teori medan kerja global (global workspace theory) dari Baars (1983, 1988) memandang kesadaran sebagai sebuah panggung tempat terjadinya “sistem penyiaran global (global broadcasting system) yang menyebarkan informasi di seluruh otak. Teori ini akan dibahas lebih dalam.
Teori medan kerja global (global workspace theory) dari Baars
Teori ini dianalogikan dengan metafora gedung pertunjukan. Panggung dalam gedung dianalogikan sebagai sistem memori kerja. Di dalam otak, terdapat area terang yang digerakkan oleh lampu sorot atensi yang selektif. Di sekeliling area tersebut terdapat area tepian (fringe) yang terdiri dari peristiwa-peristiwa penting namun disadari hanya secara samar. Audiens yang duduk di kursi yang gelap menerima informasi dari area yang terang. Aktivitas di belakang panggung juga membentuk kejadian di atas panggung. Area terang di atas panggung secara global mendistribusikan informasi ke seluruh gedung pertunjukan kepada para penonton dan pada seluruh sistem di belakang panggung. Pada saat itu sistem-sistem di belakang panggung juga memberikan input yang mebentuk pertunjukan di area yang teramg tersebut.
Teori ini juga berfokus pada keterbatasan kapasitas penyimpanan pengalaman sadar dalam STM (yang hanya 7 + / - 2). Keterbatasan ini diakibatkan oleh himpunan luas proses-proses ketidaksadaran dalam wujud “semacam hutan neuron yang rapi dan teratur…dan bekerja secara paralel dengan banyak hal lainnya yang terjadi secara bersamaan, dan sistem ini hampir tidak memiliki kesadaran terhadap detail dan terdesentralisasi secara luas dalam mengerjakan tugas apapun” (Baars, 1997, hal. 295). Proses tersebut dilaksanakan tanpa adanya komando, namun kesadaran memungkinkan akses ke sumber daya pengetahuan yang tidak disadari. Keberdaan akses global tersebut meminimalisir masalah yang timbul akibat kapasitas STM yang terbatas (Solso, dkk, 2008).

F.   Proses-proses Otomatis
Proses-proses otomatik (automatic processes) adalah proses yang tidak dapat dikedalikan tanpa disertai niat atau kesiagaan eksternal yang berlangsung dengan sangat efisien. Berikut akan dijelaskan sejumlah proses kognisi yang berlangsung dengan sedikit atau tanpa kesadaran.
Memori Implisit
Memori implisit (implicit memory) mengacu pada memori yang diukur melalui suatu perubahan kinerja yang berhubungan dengan beberapa pengalaman sebelumnya. Memori ini banyak diungkap ketika informasi yang diperoleh sebelumnya memudahkan kinerja dalam tugas dan tidak memerlukan proses mengingat secara sadar terhadap pengalaman-pengalamantersebut.


Studi-studi Priming
Penggunaan prime (pemicu) mengaktifkan asosiasi-asosiasi mental yang berada tepat di bawah ambang kesadaran. Prime memiliki dampak terhadap kinerja seseorang dalam tugas-tugas berikutnya sekalipun partisipan yang bersangkutan tidak menyadari penyebabnya. Topik tersebut meningkatkan kemungkinan priming subliminal (subliminal priming) atau dampahk suatu prime yang disajikan di bawah ambang batas sensorik (sensory threshold). Ambang batas sensorik adalah tingkat energi paling rendah yang dibutuhkan untuk mengaktifkan sebuah respon neural. Studi priming juga telah digunakan dalam area kognisi sosial (social cognition)-konsep psikologi kognitif dan psikologi sosial- untuk mempelajari dampak-dampak priming terhadap pertimbangan sosial (social judgment).
Efek pemaparan belaka (mere exposure effect) adalah meningkatnya preferensi atau rasa suka seseorang pada suatu objek akibat pemaparan sebelumnya terhadap objek tersebut. Biasanya para pemasang iklan menggunakan efek ini. Kebanyakan orang seringkali memberikan kesan baik terhadap suatu objek akibat familiaritas objek tersebut.
Metakognisi                                    
Metakognisi (metacognition) yaitu mengetahui tentang mengetahui. Secara umum, metakognisi merupakan bagian dari kemampuan monitor-diri terhadap pengetahuan pribadi (self-knowledge monitoring). Kita dapat mengendalikan proses-proses kognitif untuk secara aktif mencari informasi, namun sebagian besar monitoring terhadap memori berlangsung secara otomatis. Monitoring mengacu pada cara kita mengevaluasi apa yang telah kita ketahui. Proses yang terlibat dalam monitoring metakognisi meliputi Ease of Learning Judgments (Pertimbangan Pemudahan Pembelajaran), Judgments of Learning  (Pertimbangan Mengenai Hasil Pembelajaran), Feeling of Knowing Judgments (Pertimbangan Mengenai Perasaan Mengetahui), dan Confidence in retrieved answers (Keyakinan terhadap jawaban-jawaban yang diingat). Kendali metakognisi meliputi strategi-strategi pembelajaran seperti Allocation of Study Time (Alokasi Waktu Belajar), Termination of Study (tindakan Mengakhiri Belajar), Selection of Memory Search Strategies (Strategi-strategi Pemilihan Pencarian Memori), dan Decisions to Terminate the Search (Keputusan-keputusan untuk Mengakhiri Pencarian).
Sistem metakognisi mencakup 2 jenis monitoring, yakni bersifat prospektif yang terjadi sebelum dan selama proses akuisisi informasi, dan bersifat retrospektif yang terjadi setelah akuisisi informasi. Ease of Learning Judgments dan Judgments of Learning   adalah contoh monitoring prospektif.
Ease of Learning (Pemudahan Pembelajaran) meliputi seleksi strategi yang cocok bagi pembelajaran terhadap informasi baru sekaligus menentukan aspek informasi yang dianggap paling mudah untuk dipelajari. Proses ini memiliki keakuratan dalam memprediksi hasil belajar.
Judgments of Learning (Pertimbangan Hasil Pembelajaran) terjadi selama dan setelah tahap akuisisi memori. Partisipan diminta mempelajari sebuah daftar berisi item-item lalu diminta memperkirakan item yang menurut mereka telah dipelajari paling baik. Hasil proses ini menjadi semakin akurat ketika para partisipan melakukan sejumlah ujicoba.
Feeling of Knowing (Perasaan Mengetahui) dapat bersifat prospektif dan retrospektif. Feeling of Knowing umumnya diukur sebagai indikasi seberapa baiknya seorang partisipan berpikir dirinya sanggup mengenali pilihan jawaban yang tepat dalam suatu tugas pilihan berganda yang diberikan. Studi ini umumnya menggunakan tugas Recall-Judgment-Recognition dimana partisipan diuji dengan pertanyaan terkait informasi umum. Jika tidak mampu menjawab, partisipan diminta memberikan pertimbangan evalusi tentang partisipan yang bersangkutan mampu mengenali jawaban tersebut diberikan dalam bentuk soal pilihan ganda. Feeling of Knowing cukup akurat, namun jauh dari prediktor yang sempurna bagi rekognisi.
Confidence Judgment (Keyakinan terhadap Pertimbangan Diri) bersifat retrospektif karena pertimbangan dibuat sesudah pengambilan suatu item dari memori. Confidence judgment berhubungan dengan keakuratan pengingatan.
Metacognitive monitoring, partisipan memberi evalusi tentang kondisi metakognisi mereka. Kondisi metakognisi alami terjadi saat seseorang mengalami kesulitan mengambil suatu item dari memori, namun pada saat yang bersaam orang tersebut menyadari bahwa memori tersebut sangat dekat dalam jangkauan. Kondisi ini lazim disebut TOT (tip of the tongue/ di ujung lidah). TOT berfungsi sebagai suatu mekanisme untuk mengevaluasi kondisi memori kita dan mengarahkan kendali metakognitif.
Cara-cara yang telah disebutkan di atas seperti Ease of Learning, Judgments of Learning, Feeling of Knowing, dan Confidence adalah cara meneliti monitoring metakognitif. Proses-proses tersebut saling berhubungan dengan kendali metakognitif (Solso, dkk, 2008).


Sumber: Solso, Robert L., (2008). Psikologi Kognitif : Cognitive Psychology (Mikael Rahardanto & Kristianto Batuadji, Penerjemah.) (Edisi Kedelapan). tt.: Erlangga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar