Nama : Fachriza Mahdiyatul Husna
NIM : 16410036
Kelas : Psikologi Kognitif D
|
A.
Bahasa
dan Pengetahuan
Alasan pentingnya kajian bahasa
dan kata-kata dalam psikologi kognitif adalah bahwa kemampuan bahasa berfungsi
sebagai demarkasi (batas pemisah) filogenetik karena tingkat perkembangan
kemampuan verbal manusia jauh melampaui spesies-spesies lain. Tak heran jika
sebagian besar pengetahuan kita bersifat verbal karena menurut beberapa ahli
(Baddeley, 1990a, 1990b) perkiraan kata-kata yang maknanya diketahui oleh
seseorang jumlahnya 20.000 hingga 40.000 kata, sedangkan memori kognisi jauh
lebih besar daripada angka tersebut. Selain itu, struktur semantik memungkinkan
manusia mengidentifikasi jenis-jenis benda yang tersimpan dalam memori dan
bagaimana benda-benda itu berhubungan dengan benda-benda yang lain.
Konsep-konsep dan hubungan-hubungan serta penemuan-penemuan dalam studi tentang
kata-kata juga mengungkap berbagai fakta sehingga struktur pengetahuan menjadi
jelas dan kaya makna. Kajian mengenai cara kata-kata dipresentasikan dalam
memori dapat menambah pengetahuan kita mengenai isi, struktur, dan proses representasi
pengetahuan (Solso, dkk, 2008).
B.
Pengorganisasian Pengetahuan Secara Semantik
Menurut perspektif kognitif,
struktur kognitif yang mendetail akan mempresentasikan cara informasi semantik
diorganisasikan dalam memori. Berikut sejumlah model kognitif tersebut.
1. Model Set-Teoretik (Set-Theoretical Model)
Model ini membahas konsep-konsep
semantik (semantic concept). Konsep (concept) adalah
ide abstrak tentang kategori informasi atau unit suatu pengetahuan. Seperti
pisang, jika digabungkan dengan apel, jeruk, dan anggur, akan menjadi bagian
dari konspe buah. Selain itu, unit-unit pengetahuan yang bergabung akan
membentuk konsep yang berbeda, seperti pisang jika digabungkan dengan pepaya
dan jambu akan membentuk konsep buah yang berserat. Dalam model set-teoretik, konsep semantik
direpresentasikan oleh rangkaian elemen atau kumpulan informasi. Perbedaan
model ini dengan model pengelompokan (clustering model) adalah konsep yang
direpresentasikan dalam LTM bisa melalui eksamplar atau item-item yang berpadu
membentuk konsep tersebut dan bisa juga dengan atribut-atribut (karakteristik)
eksamplar itu sendiri.
Gambar 1.
Atribut-atribut Dua Set (Penguin dan Burung)
2. Model Perbandingan-Fitur
Semantik (Semantic Feature-Comparison Model)
Model ini sama dengan model set-teoretik
dalam struktur teoretiknya. Perbedaannya terletak pada makna katanya yang
direpresentasikan sebagai rangkaian fitur-fitur semantik. Makna unit leksikal
(suatu kata) dapat direpresentasikan oleh fitur-fitur yang merupakan aspek
esensial (hakikat) kata (fitur penegas; defining features) dan fitur
aspek insidental (fitur karakteristik; characteristic features).
Misalnya seekor burung dideskripsikan dengan fitur-fitur: memiliki sayap dan
sepasang kaki (sebagai fitur penegas), dada berwarna merah, memakan cacing,
sulit dijinakkan, dan muncul di musim semi (fitur karakteristik). Pengujian
kesahihan suatu proposisi (misalnya "murai adalah sejenis burung) dalam dua
jenis fitur di atas disusun berdasarkan fitur yang penting (yakni fitur
penegas) alih-alih berdasarkan fitur yang kurang penting (karakteristik).
Tahap pertama dalam validasi pernyataan
adalah membandingkan kedua fitur dari dua kategori leksikal (murai dan burung).
Jika terdapat tumpang-tindih (overlap) yang signifikan, pernyataan
menjadi valid. Jika tidak ada overlap, maka pernyataan dianggap tidak
sah (invalid). Jika ditemukan sejumlah overlap, tahap kedua
diaktifkan dimana sistem kognitif membuat perbandingan spesifik antara dua unit
leksikal berdasarkan fitur-fitur penegas yang dimiliki kedua unit tersebut.
3. Model-model
Jaringan Semantik (Semantic Network Models)
Gambar 2. Struktur memori
hipotetik menggunakan hierarki tiga tingkat. Diadaptasi dari Collins dan
Quillian (1969).
Sebuah ciri menarik model ini
adalah mengeksplisitkan cara-cara pengambilan informasi dari memori semantik.
Pencarian memori dengan validasi dalil yang spesifik dapat ditempuh dengan
jalur yang tidak langsung (circuitous route), yakni dengan menentukan
nodusnya terlebih dahulu kemudian mengkategorikannya dengan nodus lain yang
melibatkan karakteristik-karakteristiknya (verifikasi kedua sasaran dan
verifikasi konsep-konsep yang berhubungan). Yang perlu diketahui adalah bahwa
proses infrastruktural selama retrieval membutuhkan waktu.
4. Model Aktivasi
Menyebar (Spreading Activation Model)
Gambar 3. Teori aktivasi menyebar utuk menjelaskan
pemrosesan semantik.
Model ini
mengimplikasikan adanya aktivasi konsep-konsep yang semakin menyebar dapat
menjelaskan hasil-hasil eksperimen priming (pemancingan ingatan dengan
menayangkan kata-kata yang terkait). Misalnya dengan melakukan prime
pada kata api dengan menayangkan gambar kebakaran atau api, akan
meningkatkan rekognisi asosiasi dari api, seperti kata merah dan bahkan
kata apel (yang sama-sama berwarna merah; dan ini yang disebut dengan
asosiasi sekunder atau aktivasi asoiasi demi asosiasi yang semakin menyebar).
Dalam asosiasi sekunder ini penghitungan kekuatan api untuk memicu merah
dikonseptualisasikan sebagai fungsi penyajian terakhir yang bersifat aljabar (function
of the algebraic summation) dari seluruh asosiasi yang bersaing mendapatkan
atensi kognitif (Solso, dkk, 2008).
C.
Jaringan-jaringan
Proposisional
Proposisi (proposition)
adalah unit pengetahuan terkecil yang dapat berdiri sendiri (memiliki makna
yang independen) sebagai pernyataan yang terpisah (Anderson, 1985), misalnya “bayi
menangis”. Beberapa konsep representasi proposional pengetahuan diantaranya
adalah sebagai berikut.
1. Human
Associative Memory (HAM)
dan Representasi Pengetahuan
Menurut Anderson dan Bower (1973), memori
asosisatif manusia (Human Associative Memory; HAM) adalah
konseptualisasi representasi pengetahuan dalam jaringan asosiasi semantik. Ciri
utamanya adalah penggunaan proposisi yang berupa ungkapan atau pernyataan
tentang sifat-sifat dunia. Proposisi adalah suatu representasi atau abstraksi
yang menyerupai kalimat; sejenis struktur lemah yang menghubungkan ide atau
konsep. Proposisi diilustrasikan dengan contoh-contoh semantik. Namun bentuk
informasi lainnya seperti representasi visual juga dapat ditampilkan dalam
memori.
Dalam representasi ini, struktur utama dalam
penyimpanan memori berupa konstruksi subjek-predikat yang dihubungkan oleh
nodus fakta. Jika kalimat yang ditemukan semakin rumit, maka akan melibatkan
sebuah penghubung atau relation (R) dan objek (O). Bahkan dalam kalimat
yang lebih rumit lagi akan melibatkan konteks (C). Perhatikan contoh berikut.
Gambar 4.
Struktur utama representasi proposisional dan perkembangannya yang semakin
rumit.
2. ACT (Adaptive
Control of Thought/Pengendalian Pikiran secara Adaptif)
Model yang dikembangkan oleh Anderson
(1983a) ini merupakan pengembangan model representasi pengetahuan dan
pemrosesan informasi yang lebih komprehensif dibandingkan HAM. Secara umum,
kerangka kerjanya terdiri dari 3 jenis memori.
a) Memori kerja (working
memory) adalah memori
jangka pendek yang aktif bekerja dan berisi informasi yang dapat diakses sistem
pada saat itu juga, termasuk memori yang diambil dari memori deklaratif jangka
panjang.
Memori
ini mengacu pada memori aktif dan menjadi pusat dari sebagian besar proses-proses
yang terlibat di dalam gambar tersebut.
b) Memori deklaratif (declarative
memory) adalah
pengetahuan kita tentang dunia (seperti pengetahuan tentang kopi yang baik
berasal dari Indonesia). Infomasi episodik dan semantik disertakan dalam memori
ini. Representasi pengetahuannya memasuki sistem dalam wujud chunks
(bongkahan) atau unit-unit kognitif, yang terdiri dari item-item seperti
proposisi, strings atau rentetan informasi yang berurutan (seperti
“satu, dua, tiga”), atau citra-citra visual (“sebuah lingkaran berada di atas
bujur sangkar”). Informasi baru disimpan dalam memori ini melalui memori kerja.
Pemanggilan informasi dari memori deklaratif ke memori kerja menyerupai
pemanggilan informasi dari memori permanen sebuah komputer.
c) Memori produktif, menyerupai memori prosedural yang mengacu
pada pengetahuan yang diperlukan untuk melakukan hal-hal fisik (seperti
mengikat tali sepatu dan mengerjakan soal-soal matematika). Hanya saja
perbedaanya terletak antara mengetahui “bagaimana (how)” dengan mengetahui apa
(what)”
Dalam ACT, Anderson mengajukan
teori representasi pengetahuan yang bersifat trisandi (tricode). Ketiga
sandi tersebut adalah sebagai berikut.
a) String temporal (“string” adalah rangkaian informasi yang berurutan),
merekam struktur peristiwa yang berkesinambungan. Dengan sandi ini kita dapat
mengingat urutan peristiwa dalam kehidupan kita (contohnya kita dapat mengingat
urutan peristiwa suatu film).
b) Citra spasial. Informasi konfigural (yakni informasi
yang ditampilkan dalam bentuk gambar, bentuk, atau huruf) disandikan dalam
memori tanpa memperhatikan ukuran konfigurasi. Artinya kita dapat mengenal
huruf Z selama orientasinya tepat (misalnya jika seandainya huruf Z diputar 90
derajat maka akan dikenal sebagai huruf N) meskipun ukurannya beragam (besar
maupun kecil).
c)
Proposisi abstrak. Penyandian representasi proposisional
bersifat lebih abstrak dibandingkan jenis sandi yang lain karena penyandiannya
bersifat independen atau terpisah dari urutan informasi (misalnya proposisi
“Bill, John, pukul” tidak menjelaskan siapa yang memukul dan siapa yang
dipukul. Namun yang dapat kita pahami adalah John dan Bill terlibat dalam
kegiatan pukul-memukul)
Gambar 5. Proposisi ACT
mengenai penyandian terhadap kalimat “Pengacara bertubuh tinggi itu meyakini
para pria tersebut berasal dari Mars”. Dari Anderson (1983a).
Representasi pengetahuan
proposisional serupa dengan HAM. Berdasarkan gambar 5, representasi yang
proposisional melibatkan struktur, kategori, dan informasi atribut. Sebuah
nodus sentral berarti struktur proposisional dan garis-garis penghubung dari
nodus tersebut menunjuk ke sejumlah elemen yang beragam (seperti hubungan
“meyakini”, objek “pria dari Mars”, dan agen “pengacara bertubuh tinggi”).
Selain fitur-fitur umum AC0054 diatas, sistem tersebut juga diterapkan dalam
kondisi dan tugas kognitif lainnya, seperti kendali kognisi, memori terhadap
fakta, perolehan bahasa (language acquisition), dan aktivasi menyebar.
3. Para Pakar dan
Pengorganisasian
Dua karakteristik para pakar yang tidak
dimiliki para amatir dalam bidangnya, yakni memiliki pengetahuan yang
terorganisasi dan bersifat domain-spesific serta mengerti cara
penggunaan pengetahuan tersebut secara efektif dan bijaksana. Pengetahuan para
pakar lebih besar dibandingkan amatir, dan mereka mengorganisasikan pengetahuan
berdasarkan prinsip-prinsip umum alih-alih berdasarkan fitur-fitur permukaan
(misalnya: dalam tugas menyortir kartu dimana setiap kartu memiliki diagram dan
deskripsi mengenai suatu permasalahan fisika, para amatir menata permasalahan
berdasarkan fitur literal dan fitur permukaan, seperti "masalah tersebut
terkait dengan balok yang diletakkan dalam bidang miring"; sedangkan para
pakar cenderung menata permasalahan berdasarkan prinsipnyang digunakan untuk
menyelesaikan masalah, seperti "prinsip konversi energi") (Solso,
dkk, 2008).
D.
Koneksionisme
dan Representasi Pengetahuan
Koneksionisme (connectionism)
adalah teori tentang pikiran yang menegaskan bahwa terdapat sebuah set besar
berisi unit-unit sederhana yang saling terhubung dalam jaringan yang
terdistribusi secara paralel (parallel distributed network atau jaringan PDP (parallel
distrubuted processing).[1] Kerja mental (seperti memori dan persepsi)
terdistribusi di sepanjang jaringan neural yang rumit dan beroperasi secara
paralel. Unit-unit saling merangsang (excite) atau menghambat (inhibit)
satu sama lain dalam sistem baik secara bersamaan atau paralel.
Representasi pengetahuan yang
bersifat koneksionistik sangat berbeda dengan model-model yang menyimpan objek,
citra, dan pikiran. Dalam model ini pola-pola tersebut tidak disimpan. Item
yang disimpan adalah kekuatan koneksi antara unit-unit yang memungkinkan
pembentukan pola tersebut. Pengetahuan direpresentasikan dalam model-model PDP
sebagai koneksi-koneksi antar unit yang secara teoritik serupa dengan cara
jaringan neural merepresentasikan informasi (Solso, dkk, 2008).
E.
Teori-teori
Representasi Pengetahuan secara Visual
Tiga kedudukan teoritik yang
berbeda terkait bagaimana informasi disimpan dalam memori, yakni hipotesis
penyandian ganda, hipotesis proposisional-konseptual, hipotesis
ekuivalensi-fungsional.
1. Hipotesis
Penyandian Ganda (Dual-Coding Hypothesis) menyatakan bahwa informasi dapat
disandikan dan disimpan dalam satu atau kedua sistem: simbolik verbal dan imagery
(imajinal) nonverbal. Kedua sandi tersebut kadang saling meliputi satu sama
lain (overlap) selama pemrosesan informasi. Dalam sistem tersebut, skema
penyandian akan mendominasi suatu kata tertentu.
2. Hipotesis
Proposisional-Konseptual (Conceptual-Propotitional Hypothesis) menyatakan bahwa informasi disimpan dalam
format (bentuk) proposisional-abstrak yang mendefinisikan objek, peristiwa, dan
hubungan antara objek-peristiwa tersebut secara spesifik. Hipotesis ini elegan
secara teoritik dan sesuai dengan HAM, namun sulit untuk mempertanggungjawabkan
data-data mengenai proses imajinal yang melibatkan isomorfisme[2]urutan kedua (second-order isomorphic)
terhadap objek fisik yang sesungguhnya.
Gambar
6. Bentuk-bentuk Visual yang Lazim Digunakan dalam Tugas Rotasi Mental.
Shepard (1968) dan Shepard dan
Chipman (1970) mempresentasikan hubungan antara objek eksternal dengan
representasi internal dari objek yang tidak termasuk jenis isomorfik dengan
memaki istilah isomorfisme. Perbedaan ismorfisme jenis ini dengan jenis pertama
adalah pada isomorfisme urutan kedua, dimana objek tidak direpresentasikan
secara langsung (struktural) dalam otak, namun cara kerja hubungan internalnya
menyerupai cara kerja hubungan eksternal sehingga disebut "urutan kedua/second
order") (Solso, dkk, 2008).
F.
Peta
Kognitif (Cognitive Map)
Peta kognitif mengacu pada
pengetahuan spasial umum. Berdasarkan eksperimen Thorndyke dan Hayes-Roth
(1982), manusia menggunakan dua pengetahuan spasial dalam upaya memahami dunia
fisik: pengetahuan rute (route knowledge) dan pengetahuan survei (survey
knowledge). Pengetahuan rute berhubungan dengan jalur spesifik untuk
berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain (misalnya ketika seseorang
menjelaskan rute menuju perpustakaan UIN Malang saat ditanya orang lain),
sedangkan pengetahuan survei berkaitan dengan hubungan global antara
petunjuk-petunjuk dari lingkungan (misalnya mempelajari peta untuk menemukan
letak perpustakaan UIN Malang; atau menjawab "Perpustakaannya ada di
sebelah sana" ketika ditanya seseorang dimana letak perpustakaan UIN
Malang) (Solso, dkk, 2008).
G.
Sinestesia
(Synesthesia)
Sinestesia adalah sebuah
kondisi dimana sensasi yang lazimnya dialami dalam modalitas tunggal, malah
dialami dalam dua modalitas. Misalnya perseptual penglihatan dialami juga dalam
modalitas pendengaran: melihat angka dalam warna, mengekspresikan warna kuning
terang menggunakan nada bas, atau mendeskripsikan danau yang gelap dengan nada
treble (nada yang tinggi). Sinestasia dapat diukur dan diungkapkan dalam bentuk
pernyataan yang sahih berdasarkan pengukuran-pengukuran (Solso,
dkk, 2008).
Sumber:
Solso, Robert L., (2008). Psikologi
Kognitif : Cognitive Psychology (Mikael
Rahardanto & Kristianto Batuadji, Penerjemah.) (Edisi Kedelapan). tt.:
Erlangga
[1] yakni
pemrosesan informasi terjadi melalui interaksi banyak elemen pemrosesan
sederhana yanh disebut unit, dimana masing-masing unit mengirimkan sinyal
eksitatoris dan inhibitoris ke unit-unit lain (McClelland, Rumelhart, dan
Hinton, 1986).
[2] Isomorfisme adalah konsep psikologi Gestalt yang menyatakan bahwa
bentuk/wujud stimuli akan menimbulkan peta gambaran yang serupa dengan stimuli
aslinya, namun lebih merupakan representasi simbolik di medan rangsangan
korteks dan bukan merupakan salinan yang sama persis dengan stumuli aslinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar