|
A.
Sejarah
Kesadaran
Psikologi ilmiah berawal pada
abad ke-19 dengan studi terhadap pengalaman-pengalaman kesadaran. Sebenarnya
para filsuf dan orang awamjauh sebelum abad tersebut sudah merenungkan perihal tentang pikiran dan hakikat diri
manusia. Di awal abad ke-20, topik tentabg kesadaran hampir disingkirkan dari
ranah psikologi oleh para pengikut behaviorisme yang dipimpin oleh John Watson
dan B. F. Skinner. Sepanjang paruh akhir abad ke-20, peramg suci untuk
memperebutkan pikiran manusia. Para psikokog kognitif berjuang untuk
mempertahankan kesadaran sebagai topik terpenting dalam psikologi, sedangkan
behavioris mempertahankan psikologi sebagai ilmu yang sepenuhnya objektif.
Dalam hal ini antikesadaran kalah karena metode-metode dan doktrin-doktrin
behaviorisme terlalu angkuh (imperious) sampai-sampai topik yang
autentik dianggap tabu. Dalam tahun-tahun belakangan ini, kesadaran menjadi
topik yang semakin marak diperbincangkan dalam pemikiran dan tulisan para
psikolog, filsuf, dan ilmuwan neurosains dibandingkan topik-topik lain yang
membahas pikiran.
Kendati demikian, secara
bertahap teori-teori belajar mendapat tantangan dari teori-teori persepsi,
memori, dan representasi internal tentang proses-proses mental. Pemrosesan
informasi dan kognisi menjadi topik sering diperbincangkan. Sehingga era
1990-an menjadi dekade keemasan bagi studi kesadaran (Zeman, 2001). Minat
terhadap kesadaran terus berkembang hingga kini (Solso, dkk, 2008).
B.
Kerangka
Kerja Kesadaran: AWAREness
Kerangka kerja (framework)
umum kesadaran atau yang disebut sebagai AWAREness memiliki
karakteristik-karakteristik utama yang meliputi Attention, Wakefulness,
Architecture, Recall of knowledge, dan Emotive.
Kelima elemen tersebut merupakan suatu upaya untuk mengurangi variansi dalam
pendefinisian pengalaman subjektif kita (kesadaran). Arsitektur terlibat dalam
fisiologis, sedangkan elemen yang lain terlibat dalam proses psikologis.
Seluruh proses memberikan kontribusi terhadap kesadaran dan sejumlah proses
berinteraksi satu sama lain.
1. Attention (Atensi/Perhatian), yakni pemusatan sumber daya mental ke
hal-hal eksternal maupun internal. Atensi eksternal biasanya diarahkan kepada
hal-hal yang menarik minat seseorang. Atensi dikendalikan oleh "mata
pelacak (searching eye) yang mencari detail-detail objek, bukan bersifat
arbirer (sewenang-wenang. Selain itu, atensi juga dapat dialihkan ke dalam
seperti merenungkan pikiran-pikiran pribadi, memori-memori, dan citra visual.
2. Wakefulness (Kesiagaan; Keterjagaan), kontinum dari tidur hingga terjaga.
Kesadaran merupakan suatu kondisi mental yang dialami seseorang sepanjang
hidupnya dalam setiap harinya. Kesadaran terdiri dari berbagai level awareness
dan eksitasi yang berbeda. Kondisi kesadaran dapat diubah dengan meditasi,
obat-obatan, dan atensi yang intensif. Kesadaran sebagai suatu kondisi
kesiagaan memiliki komponen arousal yang mempengaruhi atensi.
3. Architecture (Arsitekur), yakni lokasi fisik struktur-struktur
fisiologis beserta proses-proses yang berhubungan dengannya yang menyokong
kesadaran. Diasumsikan bahwa kesadaran berpusat di otak dan dapat
diidentifikasi melalui penyelidikan terhadap korelasi neural kesadaran.
Kesadaran tidak dilakukan oleh sebuah neuron tunggal saja (karena memang
kesadaran bukanlah suatu proses tunggal), melainkan oleh sejumlah besar
proses-proses neurologis yang diasosiasikan dengan interpretasi terhadap
fenomena sensorik, semantik, kognitif, dan emosional baik secara fisik maupun
imajinatif. Bahkan tampaknya seluruh bagian otak terlibat dalam berbagai aspek awareness.
4. Recall of
Knowledge (Mengingat
Pengetahuan), yakni proses
pengambilan infomasi tentang pribadi yang bersangkutan dan dunia di
sekelilingnya. Dengan kesadaran, manusia mampu mendapatkan akses ke pengatahuan
melalui recall dan rekognisi terhadap informasi tentang diri pribadi dan
dunia. Proses tersebut dilaksanakan dengan bantuan proses-proses atensional
baik secara internal maupun eksternal. Bagian ini memiliki 3 komponen: recall
pengetahuan tentang diri pribadi, recall informasi-informasi umum,
dan recall terhadap pengetahuan kolektif individu yang bersangkutan.
Self-knowledge
(Pengetahuan Diri), yakni pemahaman tentang informasi jati
diri pribadi seseorang. Apabila terdapat pengetahuan fundamental bahwa diri
Anda adalah Anda, inilah yang disebut kesadaran-diri (self-awareness).
Pengetahuan diri terdiri terdiri dari kesadaran diri dan informasi-informasi
lain mengenai diri. World knowledge (pengetahuan tentang dunia).
Pengetahuan ini menjadikan kita mampu mengingat sejumlah fakta dari memori
jangka panjang. Tingkat kesadaran kita dapat meningkat apabila aktivitas neurologis
yang berkaitan dengan pemahaman kita terhadap suatu objek dalam memori jangka
panjang kita juga meningkat. Dan aktivasi pengetahuan (activation
of knowledge), seseorang menyadari tindakan-tindakan orang lain.
Berdasarkan teori evolusi, kemampuan bertahan hidup akan meningkat apabila
seorang anggota kelompok dalam kegiatan kooperatifnya memahami apa yang
dipikirkan rekannya, selain mengamatai dan memahami perilaku rekannya.
5. Emotive (Emotif), yakni komponen-komponen afektif yang
diasosiasikan dengan kesadaran. Seperti rasa muak atau rasa sukacita yang
timbul saat kita mengamati sebuah bangunan, dan lain sebagainya.
Selain itu, terdapat pula
sejumlah atribut sekunder yang tercakup dalam kerangka kerja ini, yakni novelty,
emergence, selectivity, dan subjectivity.
1. Novelty (Kebaruan), yakni kecenderungan untuk tidak hanya
fokus pada pikiran dan peristiwa sentral, tetapi juga untuk menemukan item-item
baru (novel), kreatif, dan inovatif. Kebaruan dapat muncul dari
perubahan dalam lingkungan, diskonfirmasi atau ketidakmunculan harapan (seperti
adanya unsur kejutan), atau pelanggaran terhadap perilaku terampil yang rutin
(seperti adanya peluang mengambil keputusan suatu aliran tindakan yang rutin
dilakukan)
2. Emergence (Kemunculan), kesadaran berkaitan dengan pemikiran
pribadi dan internal. Proses-proses yang berhubungan dengan kesadaran berpusar
pada informasi internal dan refleksi-diri. Proses-proses ini menimbulkan
impresi fenomenologis bahwa kesadran muncul dari aktivitas di otak.
3. Selectivity (Selektivitas) dan Subjectivity (Subjektivitas),
manusia secara konstan memililih sedikit pikiran pada setiap waktu, namun
pikiran tersebut dapat berubah dengan cepat akibat gangguan pikiran-pikiran
baru atau syarat-syarat eksternal.
Kerangka kerja kesadaran di
atas atau yang disebut AWAREness berpadu untuk memberikan sumbangsih
bagi pengalaman manusiawi seseorang terkait kenikmatan dan rasa sakit didunia
ini (Solso,
dkk, 2008).
C.
Fungsi-fungsi
Kesadaran
Sejumlah fungsi kesadaran
(Baars & McGovern, 1996) diantaranya adalah:
1. Fungsi konteks-setting
(context-setting), yakni fungsi dimana sostem-sistem bekerja untuk
mendefinisikan konteks dan pengetahuan mengenai sebuah stimuli yang datang ke
dalam memori. Peran fungsi ini adalah menjernihkan pemahaman tentang stimulus
yang bersangkutan.
2. Fungsi adaptasi dan
pembelajaran (adaptation and learning), kesadarn diperlukan untuk
menangani informasi baru dengan sukses.
3. Fungsi prioritisasi
(prioritizing) dan fungsi
akses, dimana kesadaran berfungsi untuk mengakses besranya jumlah informasi
yang tersedia di tingkat ketidaksadran.
4. Fungsi rekrutmen
dan kontrol (recruitment and control), kesadaran memasuki
sistem-sistem motorik untuk menjalankan tindakan-tindakan sadar.
5. Fungsi pengambilan
keputusan (decision-making) dan fungsi eksekutif, berperan membawa
informasi dan sumber daya keluar dari ketidaksadaran untuk membantu pengambilan
keputusan dan penerapan kendali.
6. Fungsi deteksi dan
penyuntingan kekeliruan (error detection and editing), berfokus pada
kesadaran yang memasuki sistem norma (yang berada di tataran ketidaksadaran)
sehingga kita yang sadar dapat mengetahui saat kita membuat kekeliruan.
7. Fungsi monitor diri
(self-monitoring) dalam bentuk refleksi-diri, percakapan internal,
dan imagery membantu mengendalikan fungsi-fungsi sadar dan fungsi-fungsi
tidak sadar dalam diri kita.
8. Fungsi pengorganisasian
dan fleksibilitas (organization and flexibility), memungkinkan kita
mengandalkan fungsi-fungsi otomatis dalam situasi-situasi yang telah
diprediksikan sekaligus mengandalkan kita memasuki sumber-sumber daya
pengetahuan yang terspesialisasi dalam situasi-situasi tidak terduga (Solso,
dkk, 2008).
D.
Tingkat
–tingkat Kesadaran
Tingkat-tingkat kesadaran atau
kondisi-kondisi kesiagaan yang bervariasi (kesadaran yang memiliki sejumlah
tingkatan) melibatkan aspek-aspek AWAREness. Dalam hal ini kita akan
membahas beberapa hal berikut.
1. Tidur
Perbedaan
paling jelas antara kesadarn dan ketidaksadaran adalah tidur dan terjaga. Dalam
EEG (electroencephalograph), terekam gelombang otak selama periode
tidur. Perhatikan gambar berikut
Gambar 1. Rekaman EEG saat
seseorang beralih dari fase terjaga ke fase tidur terlelap.
Dalam kondisi relax dan tetap terjaga
walaupun dengan mata tertutup, otak mengeluarkan gelombang alpha. Muatan
elektriknya sekitar 8-12 putaran per detik. Pada tahap I terjadi periode
singkat aktivitas gelombang tetha (4-7 Hz) yang mengindikasikan rasa mengantuk.
Tahap II, terdapat kumparan tidur (sleep spindles) yang berupa
lonjakan-lonjakan ritmik aktivitas EEG yang berkisar pada 12-15 Hz. Pada tahap
III terdapat sejumlah gelombang delta yang berfrekuensi sangat rendah sekitar
1-4 Hz dan pola kumparan masih terjadi. Tahap IV mirip dengan tahap III namun
memiliki lebih banyak gelombang delta. Pada tahap ini orang berada dalam tahap
tidur yang paling dalam sehingga ia sangat sulit dibangunkan. Dalam studi
mengenai tidur, kita dapat mengamati kondisi sadar menjadi tidak sadar, lalu
kembali ke kesadaran lagi. Dengan rekaman EEG dan instrumen-instrumen lainnya
kita bisa menghubungkan tingkat kesadaran dengan pengukuran fisiologis terhadap
aktivitas otak.
2. Bermimpi
Bermimpi terjadi pada fase tidur REM.
Menurut hipotesis sintesis-aktivasi (activation
synthesis hypothesis), aktivitas otak yang berlangsung selama REM
diinterpretasikan dengan cara yang sama seperti saat kita sadar: otak mengakses
struktur-struktur pengetahuan yang tersimpan dalam LTM dan menggunakan pola
kita berbicara sehari-hari dalam bentuk cerita dan narasi. Mimpi melibatkan
pengalaman dan emosi yang sama dengan yang kita jumpai sehari-hari: bahagia,
marah, takut, sedih, dan cemas.
Gambar
2 menunjukkan karakteristik behavioral setiap tahapan tidur serta fase tidur
REM, yakni fase tidur yang dicirikan oleh adanya pergerakan bola mata dengan
cepat dan terjadinya mimpi. Gambar menunjukkan bahwa seseorang beralih dari
kondisi terjaga dan tidur-tidur ayam ke fase tidur yang dalam dan tenang,
selanjutnya ke fase REM dan akhirnya kembali ke kesadaran.
Tidur menimbulkan ketidaksinambungan (discontinuity)
antara kesadaran saat terjaga dan kewaspadaan akan apa yang terjadi selama
tidur. Menurut Steve Smith dan Texas
A&M University, memori yang aneh/ganjil (bizarre) dan irrasional
dipisahkan dari realita dan diinterpretasikan sebagai mimpi. Orang-orang yang
mampu menerapkan kendali kognitif dalam mimpi mereka akan mengalami mimpi yang
terang atau jernih (lucid dreaming) dimana seseorang menyadari bahwa ia
sedang bermimpi. Orang yang demikian
dapat membuat keputusan berdasarkan kemauan sendiri dalam mimpi mereka
3. Penggunaan
obat-obatan
Obat dapat manjur karena otak memiliki
reseptor yang peka terhadapnya. Namun reseptor tersebut tidak memproses senyawa
tertentu, sehingga kesadaran pengonsumsi obat-obatan secara signifikan berbeda
dengan kesadaran normal saat kita terjaga. Beberapa obat penenang (depressant:
seperti alkohol, barbiturat, dan mariyuana) menghambat aktivitas sistem saraf,
obat-obat lain (obat perangsang (stimulant) seperti nikotin,
kokaine, dan methamphetamin). Obat-obat lain (obat halusinogenik
(hallucinogen) seperti LSD/acid, psylocibyn/jamur) mengubah pemahman kita terjadap realita. Semua obat bekerja dalam neurotransmitter dan menghasilkan dampak-dampaknya.
(hallucinogen) seperti LSD/acid, psylocibyn/jamur) mengubah pemahman kita terjadap realita. Semua obat bekerja dalam neurotransmitter dan menghasilkan dampak-dampaknya.
Obat mempengaruhi kewaspadaan kita akan
aspek fisiologis dan psikologis dari pengalaman sadar kita. Obat-obatan
halusinogenik mengubah kesadaran diri, dunia, dan informasi-informasi sensorik.
Halusinasi merupakan pengalaman visual yang terasa sangat nyata, tidak dapat
dirasakan orang lain selain individu yang bersangkutan.
4. Meditasi
Meditasi (meditation) adalah kondisi
konsentrasi rileks dimana pikiran dikosongkan. Berdasarkan penelitian ilimiah,
meditasi membantu mengurangi stres dan meredakan rasa sakit, memperlancar kondisi fisiologis yang rileks
(Austin, 1999; Lazar, dkk, 2000), mempengaruhi otak dengan efek meditasi pada
korteks prefrontal kiri (terlibat dalam perencanaan, pengambilan keputusan yang
logis, dan mood positif) (Bennet-Goleman, 2001) (Solso,
dkk, 2008).
E. Model-model
Kesadaran
Terdapat sejumlah model
kognitif tentang kesadaran. Diantaranya adalah (1) yang diajukan oleh
Johnson-Laird (1998), model komputasional yang menyatakan bahwa struktur
arsitektural kognitif berupa sistem pemrosesan paralel yang didominasi hierarki
kontrol. (2) Model Schachter yakni model DICE (dissociable interactions and
concious experience) yang menjelaskan disosiasi (pemisahan) memori dalam
fungsi memori normal dan abnormal pada orang yang mengalami kerusakan otak.
Kesadaran dalam suatu sistem berisi sumber daya pengetahuan yang terpisah. (3)
Model Shallice (1998) berfokus pada sistem pemrosesan informasi yang memiliki
empat subsistem (penataan pendirian/contention scheduling, yakni
sebentuk skrip behavioral; sistem penyeliaan/supervisory system) yang
mengawasi penataan pendirian; sistem bahasa; dan sistem memori episodik). (4)
Teori medan kerja global (global workspace theory) dari Baars (1983,
1988) memandang kesadaran sebagai sebuah panggung tempat terjadinya “sistem
penyiaran global (global broadcasting system) yang menyebarkan informasi
di seluruh otak. Teori ini akan dibahas lebih dalam.
Teori medan kerja global (global
workspace theory) dari Baars
Teori ini dianalogikan dengan
metafora gedung pertunjukan. Panggung dalam gedung dianalogikan sebagai sistem
memori kerja. Di dalam otak, terdapat area terang yang digerakkan oleh lampu
sorot atensi yang selektif. Di sekeliling area tersebut terdapat area tepian (fringe)
yang terdiri dari peristiwa-peristiwa penting namun disadari hanya secara
samar. Audiens yang duduk di kursi yang gelap menerima informasi dari area yang
terang. Aktivitas di belakang panggung juga membentuk kejadian di atas
panggung. Area terang di atas panggung secara global mendistribusikan informasi
ke seluruh gedung pertunjukan kepada para penonton dan pada seluruh sistem di
belakang panggung. Pada saat itu sistem-sistem di belakang panggung juga
memberikan input yang mebentuk pertunjukan di area yang teramg tersebut.
Teori ini juga berfokus pada
keterbatasan kapasitas penyimpanan pengalaman sadar dalam STM (yang hanya 7 + /
- 2). Keterbatasan ini diakibatkan oleh himpunan luas proses-proses
ketidaksadaran dalam wujud “semacam hutan neuron yang rapi dan teratur…dan
bekerja secara paralel dengan banyak hal lainnya yang terjadi secara bersamaan,
dan sistem ini hampir tidak memiliki kesadaran terhadap detail dan
terdesentralisasi secara luas dalam mengerjakan tugas apapun” (Baars, 1997,
hal. 295). Proses tersebut dilaksanakan tanpa adanya komando, namun kesadaran
memungkinkan akses ke sumber daya pengetahuan yang tidak disadari. Keberdaan
akses global tersebut meminimalisir masalah yang timbul akibat kapasitas STM
yang terbatas (Solso, dkk, 2008).
F. Proses-proses
Otomatis
Proses-proses otomatik (automatic
processes) adalah
proses yang tidak dapat dikedalikan tanpa disertai niat atau kesiagaan
eksternal yang berlangsung dengan sangat efisien. Berikut akan dijelaskan
sejumlah proses kognisi yang berlangsung dengan sedikit atau tanpa kesadaran.
Memori Implisit
Memori implisit (implicit
memory) mengacu pada memori yang diukur melalui suatu perubahan kinerja
yang berhubungan dengan beberapa pengalaman sebelumnya. Memori ini banyak diungkap ketika informasi yang
diperoleh sebelumnya memudahkan kinerja dalam tugas dan tidak memerlukan proses
mengingat secara sadar terhadap pengalaman-pengalamantersebut.
Studi-studi
Priming
Penggunaan
prime (pemicu) mengaktifkan asosiasi-asosiasi mental yang berada tepat
di bawah ambang kesadaran. Prime memiliki dampak terhadap kinerja
seseorang dalam tugas-tugas berikutnya sekalipun partisipan yang bersangkutan
tidak menyadari penyebabnya. Topik tersebut meningkatkan kemungkinan priming
subliminal (subliminal priming) atau dampahk suatu prime yang disajikan di
bawah ambang batas sensorik (sensory threshold). Ambang batas
sensorik adalah tingkat energi paling rendah yang dibutuhkan untuk mengaktifkan
sebuah respon neural. Studi priming juga telah digunakan dalam area kognisi
sosial (social cognition)-konsep psikologi kognitif dan psikologi
sosial- untuk mempelajari dampak-dampak priming terhadap pertimbangan
sosial (social judgment).
Efek pemaparan belaka (mere exposure effect) adalah
meningkatnya preferensi atau rasa suka seseorang pada suatu objek akibat
pemaparan sebelumnya terhadap objek tersebut. Biasanya para pemasang iklan
menggunakan efek ini. Kebanyakan orang seringkali memberikan kesan baik
terhadap suatu objek akibat familiaritas objek tersebut.
Metakognisi
Metakognisi (metacognition) yaitu mengetahui tentang
mengetahui. Secara umum, metakognisi merupakan bagian dari kemampuan
monitor-diri terhadap pengetahuan pribadi (self-knowledge monitoring).
Kita dapat mengendalikan proses-proses kognitif untuk secara aktif mencari
informasi, namun sebagian besar monitoring terhadap memori berlangsung
secara otomatis. Monitoring mengacu pada cara kita mengevaluasi apa yang
telah kita ketahui. Proses yang terlibat dalam monitoring metakognisi
meliputi Ease of Learning Judgments (Pertimbangan Pemudahan
Pembelajaran), Judgments of Learning (Pertimbangan
Mengenai Hasil Pembelajaran), Feeling of Knowing Judgments (Pertimbangan
Mengenai Perasaan Mengetahui), dan Confidence in retrieved answers (Keyakinan
terhadap jawaban-jawaban yang diingat). Kendali metakognisi meliputi
strategi-strategi pembelajaran seperti Allocation of Study Time (Alokasi
Waktu Belajar), Termination of Study (tindakan Mengakhiri Belajar), Selection
of Memory Search Strategies (Strategi-strategi Pemilihan Pencarian Memori),
dan Decisions to Terminate the Search (Keputusan-keputusan untuk
Mengakhiri Pencarian).
Sistem
metakognisi mencakup 2 jenis monitoring, yakni bersifat prospektif yang terjadi
sebelum dan selama proses akuisisi informasi, dan bersifat retrospektif yang
terjadi setelah akuisisi informasi. Ease of Learning Judgments dan Judgments
of Learning adalah contoh monitoring prospektif.
Ease of Learning (Pemudahan Pembelajaran) meliputi
seleksi strategi yang cocok bagi pembelajaran terhadap informasi baru sekaligus
menentukan aspek informasi yang dianggap paling mudah untuk dipelajari. Proses
ini memiliki keakuratan dalam memprediksi hasil belajar.
Judgments of Learning (Pertimbangan Hasil Pembelajaran) terjadi
selama dan setelah tahap akuisisi memori. Partisipan diminta mempelajari sebuah
daftar berisi item-item lalu diminta memperkirakan item yang menurut mereka
telah dipelajari paling baik. Hasil proses ini menjadi semakin akurat ketika
para partisipan melakukan sejumlah ujicoba.
Feeling of Knowing (Perasaan Mengetahui) dapat
bersifat prospektif dan retrospektif. Feeling of Knowing umumnya diukur
sebagai indikasi seberapa baiknya seorang partisipan berpikir dirinya sanggup
mengenali pilihan jawaban yang tepat dalam suatu tugas pilihan berganda yang
diberikan. Studi ini umumnya menggunakan tugas Recall-Judgment-Recognition
dimana partisipan diuji dengan pertanyaan terkait informasi umum. Jika tidak
mampu menjawab, partisipan diminta memberikan pertimbangan evalusi tentang
partisipan yang bersangkutan mampu mengenali jawaban tersebut diberikan dalam
bentuk soal pilihan ganda. Feeling of Knowing cukup akurat, namun jauh
dari prediktor yang sempurna bagi rekognisi.
Confidence Judgment (Keyakinan terhadap Pertimbangan Diri) bersifat
retrospektif karena pertimbangan dibuat sesudah pengambilan suatu item dari
memori. Confidence judgment berhubungan dengan keakuratan pengingatan.
Metacognitive monitoring, partisipan memberi evalusi tentang
kondisi metakognisi mereka. Kondisi metakognisi alami terjadi saat seseorang
mengalami kesulitan mengambil suatu item dari memori, namun pada saat yang bersaam
orang tersebut menyadari bahwa memori tersebut sangat dekat dalam jangkauan.
Kondisi ini lazim disebut TOT (tip of the tongue/ di ujung lidah). TOT
berfungsi sebagai suatu mekanisme untuk mengevaluasi kondisi memori kita dan
mengarahkan kendali metakognitif.
Cara-cara
yang telah disebutkan di atas seperti Ease of Learning, Judgments of
Learning, Feeling of Knowing, dan Confidence adalah cara meneliti monitoring
metakognitif. Proses-proses tersebut saling berhubungan dengan kendali
metakognitif (Solso, dkk, 2008).
Sumber:
Solso, Robert L., (2008). Psikologi
Kognitif : Cognitive Psychology (Mikael
Rahardanto & Kristianto Batuadji, Penerjemah.) (Edisi Kedelapan). tt.:
Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar