NIZAL
ARDIANSYAH
16410072
PENGENALAN
OBJEK DALAM PSIKOLOGI KOGNITIF
Kemampuan
mengenali jenis – jenis objek yang familiar merupakan suatu karakteristik
mengagumkan yang dimiliki manusia. Pengenalan tersebut merupakan kemampuan
kognitif yang pada umumnya dilakukan secara cepat dan tanpa banyak usaha.
Adanya pengenalan pola ( pattern recognition ) melibatkan sebuah interaksi
rumit antara sensasi, persepsi, memori, dan pencarian kognitif dengan tujuan
pengenalan terhadap pola tersebut.
1.Teori Gestalt
Organisasi pola ( pattern organization)
bagi psikolog Gestalt melibatkan kerjasama
seluruh stimuli dalam menghasilkan sebuah kesan yang melampaui gabungan seluruh
sensasi. Beberapa pola stimuli, menurut Max Wertheimer (1923) diorganisasikan
secara natural. Hukum – hukum Gestalt meliputi :
a.Hukum keterdekatan ( law of promiximity)
b.Hukum kesamaan ( law of similarity )
c.Hukum penutupan ( law of closure )
d.Hukum simetri ( law of symetry)
e.Hukum kontinuitas ( law of continuity)
f.Hukum nasib bersama ( law of common fate)
Asumsi yang dikemukakan oleh Kohler,
awalnya, bahwa pengorganisasian spontan terhadap suatu pola adalah suatu fungsi
natural dari stimulus itu sendiri. Namun demikian, teori ini mengalami
kontroversi yang masih terus berlanjut.
Studi
terhadap pengenalan pola yang telah dilakukan oleh para psikolog kognitif telah
memperluas bidang penelitian para psikolog Gestalt awal. Beberapa psikolog
kognitif modern berkonsentrasi pada struktur – struktur dan proses – proses
internal yang berhubungan dengan pengenalan pola yang rumit, alih – alih
menekankan pada karakteristik dari stimuli sederhana
2.Pengenalan
pola visual
Masing – masing sudut pandang memiliki
kesamaan dasar teori satu sama lain, sedangkan perbedaan yang ada akan
menyediakan sebuah kerangka organsiasional. Seorang konstruktivis akan
menyatakan bahwa otak bersifat interpretatif. Otak menggunakan heuristik dan
algoritma untuk memproses sinyal – sinyal informasi. Namun diantara keduanya
otak cenderung mengandalkan heuristik sehingga akan sering membuat kekeliruan.
Kekeliruan tersebut umumnya bersumber pada ilusi perseptual yang menyebabkan
kita melihat yang sesungguhnya tidak ada di dunia fisik. Jenis ilusi
menggambarkan cara pikiran mengorganisasikan stimuli visual sekaligus
menggambarkan pentingnya pikiran dalam pengenalan objek adalah ilusi yang
disebut kontur ilusoris ( ilusory contour ) . Dalam kontur ilusoris ini
terdapat inhibisi lateral ( lateral inhibition) yakni tendensi dari elemen –
elemen neural yang saling berdekatan dalam retina untuk merintangi sel - sel di
sekelilingnya, sehingga memperkuat kesan terhadap kontur. Para psikolog Gestalt
mengajukan argumen bahwa manusia membentuk ilusi – ilusi subjektif karena
adanya figur sederhana dan familiar dalam wujud yang baik di sebuah lingkungan.
Gagasan ini dikenal sebagai hukum Prägnanz dan dianggap hukum utama persepsi Gestalt
3.Teori Perseptual
Para psikolog yang telah mempelajari persepsi mengembangkan dua teori utama tentang cara manusia memahami dunia. Teori pertama, persepsi konstruktif ( constructive perception)
menyatakan bahwa manusia “merekonstruksi” persepsi dengan secara aktif memilih stimuli dan menggabungkan sensansi dengan memori. Para konstruktivis berpendapat bahwa perubahan pola pada stimulus asli tetap dapat dikenali karena adanya interfensi bawah – sadar ( unconscious interference ) , yakni sebuah proses pengintegrasian informasi secara spontan untuk menyusun interpretasi. Sedangkan teori kedua,
persepsi langsung ( direct perception ) , menyatakan bahwa persepsi terbentuk dari perolehan informasi secara langsung dari lingkungan. Kedua teori tersebut sama – sama menjelaskan persepsi namun berfokus pada tahap – tahap proses yang berbeda.
Para psikolog yang telah mempelajari persepsi mengembangkan dua teori utama tentang cara manusia memahami dunia. Teori pertama, persepsi konstruktif ( constructive perception)
menyatakan bahwa manusia “merekonstruksi” persepsi dengan secara aktif memilih stimuli dan menggabungkan sensansi dengan memori. Para konstruktivis berpendapat bahwa perubahan pola pada stimulus asli tetap dapat dikenali karena adanya interfensi bawah – sadar ( unconscious interference ) , yakni sebuah proses pengintegrasian informasi secara spontan untuk menyusun interpretasi. Sedangkan teori kedua,
persepsi langsung ( direct perception ) , menyatakan bahwa persepsi terbentuk dari perolehan informasi secara langsung dari lingkungan. Kedua teori tersebut sama – sama menjelaskan persepsi namun berfokus pada tahap – tahap proses yang berbeda.
4.Pemrosesan Bottom – Up Vs Pemrosesan Top
– Down
Terdapat dua pola dalam mengenali suatu
pola. Teori pertama,
pemrosesan
bottom – up (bottom – up processing) yakni teori yang mengatakan bahwa proses
pengenalan diawali oleh identifikasi terhadap bagian – bagian spesifik suatu
pola sebagai landasannya. Teori kedua,
pemrosesan
top – down ( top – down processing) mengajukan gagasan bahwa proses pengenalan
diawali oleh hipotesis mengenai suatu pola yang diikuti oleh pengenalan bagian
pola tersebut.
Pemrosesan
top – down memerlukan sejumlah waktu pelaksanaan. Para peneliti menguji
pengenalan wajah telah menemukan bahwa wajah dapat diinterpretasikan
berdasarkan bagian – bagian secara fitural dan konfigurasional.
5.Pencocokan
template
Sebuah teori mula – mula tentang cara otak
mengenali pola dan objek disebut teori pencocokan template ( template maching
). Teori pencocokan template sebagai teori pengenalan pola, memiliki kelemahan
dan kelebihan. Kelebihan dari teori ini yakni dalam mengenali suatu pola otak
melakukan pembandingan stimuli visual dengan sesuatu yang berbentu internal
yang tersimpan dalam memori. Kelemahannya, suatu interpretasi dari teori
pencocokan template akan menghadapi kesulitan.
6.Analisis
fitur
Sebuah pendekatan terhadap problem
bagaimana kita menyaring informasi dari stimuli rumit disebut analisis fitur (
feature analysis) . Teori ini mengatakan bahwa pengenalan objek merupakan
pemrosesan informasi tingkat tinggi yang didahului oleh pengidentifikasian
stimuli kompleks yang masuk ke retina sesuai dengan fitur – fitur yang lebih
sederhana.Dua aliran utama penelitian – neurologis dan behavioral – telah
mendukung hipotesis analisis – fitural.
7.prototype
Teori ini mengasumsikan bahwa membentuk
template yang spesifik atau bahkan membentuk fitur – fitur berbagai ragam pola
yang harus diidentifikasi, kita akan menyimpan
sejumlah pola abstraksi dalam memori. Sebagai sebuah teori pengenalan pola,
pencocokan template memiliki kegunaan dalam program – program komputer, namun
dalam bentuknya yang kaku, pencocokan template tidak dapat menjelaskan
pengenalan objek manusia yang sangat beragam, akurat dan ekonomis.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar